news-card-video
12 Ramadhan 1446 HRabu, 12 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

KABUR! FOMO Gen Z Ikuti Jejak Nabi: Solusi atau Pelarian?

Moch Nur Riza Pratama Nugroho
Mahasiswa Sastra Universitas Negeri Surabaya yang selalu memahami dinamika sosial melalui perspektif rasional.
11 Maret 2025 9:40 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Moch Nur Riza Pratama Nugroho tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Riza Pratama
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Riza Pratama
ADVERTISEMENT
Pernahkah kamu ingin kabur dari masalah? Tren #KaburAjaDulu yang viral di kalangan Gen Z mungkin terkait dengan dirimu. Namun, apa tujuan tren ini? Apakah sekadar pelarian? Atau bahkan hanya FOMO (Fear of Missing Out) saja? Mari kita lihat dalam perspektif Islam.
ADVERTISEMENT
Dalam podcast Escape episode pertama bersama Raymond Chin, Ustaz Felix Siauw mengungkap tujuan dan makna di balik tren ini. Menurutnya, 'escape' atau kabur sebenarnya bisa menjadi langkah awal untuk menemukan solusi. "Kalau kamu tidak mau keluar dari apa yang menjadi pakem dirimu, maka kamu tidak akan pernah menjadi siapa pun di masa depan," ujarnya.
Lalu, apa tujuan dari kabur ini? Apakah Gen Z sekadar FOMO?
Menariknya, Ustaz Felix mengungkap bahwa kabur adalah kegiatan para nabi. Benarkah begitu? Siapa nabi yang pernah kabur? Ya, Rasulullah. "Apa yang dilakukan Rasulullah? Beliau kabur dengan naik ke Gua Hira untuk melihat masalah dengan jelas dan menemukan solusi," ujarnya.
Jadi, kabur bukanlah hal baru. Bahkan Rasulullah pun pernah melakukan itu. Lalu, apa bedanya kabur ala Rasulullah dengan Gen Z? Apakah kita kabur untuk mencari solusi atau sekadar melarikan diri?
ADVERTISEMENT
Sekilas, tren #KaburAjaDulu menunjukkan bahwa banyak orang yang memilih untuk ke luar zona nyaman, tepatnya ke luar negeri. Mereka beranggapan bahwa hidup di luar negeri akan meningkatkan segala hal, mulai dari taraf berpikir, ekonomi, relasi, dan sebagainya. Selain itu, 'Indonesia gelap' menjadi salah satu faktor utama yang mendorong keinginan untuk kabur dari negeri ini. Masyarakat melihat bahwa kasus-kasus di Indonesia sudah melampaui batas, itu disebabkan oleh ketidakhadiran negara dalam hukum kepada rakyat. Misalnya, segala bentuk tindak pidana sering mendapatkan ganjaran yang tidak sesuai dengan seharusnya. Dengan begitu, kepercayaan masyarakat menurun kepada negara.
Apakah besar efek dari hukum yang lemah? Ya, karena hanya hukum yang mampu menjaga stabilitas sosial dan hak setiap individu. Jika hukum suatu negara lemah, maka stabilitas akan terganggu, termasuk ekonomi. Maka tidak heran jika mayoritas ekonomi rakyat Indonesia berada di menengah ke bawah. Kesejahteraan pun menurun sehingga tren #KaburAjaDulu banyak diterapkan oleh sebagian orang sebagai bentuk usaha untuk meningkatkan kesejahteraan hidup.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut menunjukkan bahwa Gen Z melek informasi dan konflik sosial. Meski Gen Z sering disebut 'worst generation' karena sering mengalami FOMO (takut ketinggalan tren), tetapi di balik stigma itu, mereka adalah generasi yang kreatif dan potensial. Tren #KaburAjaDulu bisa jadi bentuk protes terhadap tekanan sosial dan ekonomi. Apakah mereka generasi lemah? Atau sedang mencari cara baru untuk berkembang?
Lalu, kapan waktu yang tepat untuk kabur? Menurut Ustaz Felix, sekarang adalah waktu yang tepat di bulan Ramadan. Bukan kabur dari masalah, tetapi dari diri yang lemah. Kapan lagi kita bisa kabur jika bukan di bulan suci ini? Ini adalah kesempatan emas untuk meninggalkan pola hidup negatif yang menghambat pertumbuhan diri.
ADVERTISEMENT
Jadi, apa langkahmu selanjutnya? Apakah kamu siap menjadi bagian dari perubahan?