Konten Media Partner

Kisah Guru Muda Mengajar Anak-anak Adat di Hutan Harapan Jambi

22 September 2023 10:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Puput Asmarita mengajar anak-anak Batin Sembilan di Sekolah Besamo yang terletak di sudut Hutan Harapan, Jambi. (Foto: Sobar Alfahri)
zoom-in-whitePerbesar
Puput Asmarita mengajar anak-anak Batin Sembilan di Sekolah Besamo yang terletak di sudut Hutan Harapan, Jambi. (Foto: Sobar Alfahri)
ADVERTISEMENT
Puput Asmarita (24) menghampiri dua anak perempuan yang sedang duduk di ruang Sekolah Besamo, terletak di sudut kawasan Hutan Harapan, Kabupaten Batanghari, Jambi. Dua bola matanya mengarah ke jari jemari mungil yang sedang menulis.
ADVERTISEMENT
Puput pun duduk dan merangkul salah satu anak perempuan itu. Dengan lemah lembut, ia mengarahkan bagaimana menulis angka dan mengajarkan berhitung.
Tidak lama kemudian, perempuan yang mengenakan hijab ini melangkah ke papan tulis lalu merangkai kalimat. Salah satu pelajar bernama Safira (11) antusias membaca apa yang ditulis guru tersebut.
Puput Asmarita mengajar anak-anak Batin Sembilan di Sekolah Besamo yang terletak di sudut Hutan Harapan, Jambi. (Foto: Sobar Alfahri)
Suasana belajar dan mengajar ini berlangsung di ruangan yang tidak begitu luas, Sabtu (9/9) lalu. Hanya terdapat empat meja dan delapan kursi di ruangan berdinding papan berwarna putih. Walau demikian, sudah ada peta, spanduk alfabet dan angka, gambar organ manusia, dan alat bantu belajar lainnya, yang terpajang di ruang Sekolah Besamo itu.
"Saya di sini mengajar Suku Batin Sembilan. Saya mengajar membaca, menulis, berhitung, dan ilmu pengetahuan. Itu yang paling penting," kata Puput.
ADVERTISEMENT
Murid yang hadir pagi itu hanya enam orang. Sisanya tidak hadir dengan berbagai alasan, misalnya karena harus mengikuti orang tuanya dalam berburu dan meramu di hutan.
Meski mengenakan baju berwarna-warni alias tidak seragam, terpancar semangat belajar dari wajah enam murid yang hadir.
"Tingkat kelas (mereka) berbeda-beda. Karena muridnya cuma sedikit dan gurunya cuma satu, itu digabung," ujar Puput.
Perempuan kelulusan Universitas Islam Negeri (UIN) STS Jambi ini memang belum lama mengajar untuk anak-anak Batin Sembilan. Namun, ia bahagia bisa melakukannya.
"Yang paling bikin semangat ialah mereka mempunyai semangat yang tinggi untuk belajar. Meskipun mereka belajar serius itu hanya beberapa menit, selebihnya main. Tetapi mereka senang belajar atau semangat banget," katanya dengan wajah semringah.
ADVERTISEMENT
Ia tidak ragu bila nanti diharuskan masuk ke tengah hutan untuk mengajar kelompok Batin Sembilan yang lain, termasuk para orang tua. Dengan ketulusannya, ia ingin mencerdaskan anak-anak bangsa di area pedalaman.
"Jadi, masuk ke pedalaman lagi. Saya sebagai sarjana pendidikan, ikut mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional mencerdaskan anak bangsa. Ikut membantu meratakan pendidikan Indonesia," katanya.
Puput Asmarita menyambut anak-anak Batin Sembilan yang ingin belajar di Sekolah Besamo yang terletak di sudut Hutan Harapan, Jambi. (Foto: Sobar Alfahri)
Puput sendiri sebenarnya bukan penduduk yang tinggal di dekat Hutan Harapan. Rumahnya jauh, berada di Sungai Gelam, Kabupaten Muaro Jambi. Ia hanya bisa pulang satu kali dalam sebulan.
Walau terkadang rindu dengan keluarganya, tidak menyurutkan keinginan Puput untuk mengajar anak-anak Batin Sembilan.
Sekolah Besamo sendiri didirikan PT Restorasi Ekosistem Indonesia (Reki) sejak tahun 2012 khusus untuk masyarakat adat Batin Sembilan. Tempat pendidikan ini tercatat di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Batanghari sebagai sekolah yang terhubung dengan Sekolah Dasar Negeri (SDN) 36 Batanghari.
ADVERTISEMENT
Sejak tahun 2016 hingga sekarang, sudah sebanyak 23 anak yang lulus dari Sekolah Besamo. Ada yang melanjutkan ke jenjang pendidikan SMP, ada juga yang tidak melanjutkan dengan kembali membantu orang tua.
Menurut survei KKI Warsi, sekitar 15 persen atau 300 keluarga Batin Sembilan hidup di dalam kawasan Hutan Harapan. Masyarakat adat Batin Sembilan bermukim di kawasan hutan yang merupakan benteng terakhir hutan dataran rendah yang tersisa di Sumatera.

Penulis: M Sobar Alfahri

Karya tersebut bagian dari program Training Jurnalis Konservasi yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jambi x Pundi Sumatra yang didukung TFCA Sumatra.