Kreasikan Anyaman Pandan, Berdayakan Sesama Perempuan

Konten Media Partner
28 Desember 2022 15:44 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Deny Moroyati ketika memamerkan produknya dalam acara yang diadakan Pemerintah Provinsi Jambi dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur terkait program Misi Dagang dan Investasi. (Foto: M Sobar Alfahri)
zoom-in-whitePerbesar
Deny Moroyati ketika memamerkan produknya dalam acara yang diadakan Pemerintah Provinsi Jambi dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur terkait program Misi Dagang dan Investasi. (Foto: M Sobar Alfahri)
ADVERTISEMENT
Jambikita.id – Deny Moroyati (54) sedari dulu tertarik dengan hal yang berbau kebudayaan lokal dan lingkungan. Saat masih berkuliah di Universitas Jambi, dia percaya diri menggunakan kambuik, tas anyaman khas Bukit Tinggi, Sumatera Barat, untuk membawa perlengkapan kuliahnya. Dia menjadikan tas itu sebagai style-nya, dan tidak peduli pada komentar orang lain.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, dia bergabung dalam organisasi Mapala. Kecintaan pada kebudaayan lokal dan lingkungan ini, kelak mengantarkan Deny mengkreasikan anyaman pandan dan memberdayakan sesama perempuan.
Ketika tahun 2018, perempuan paruh baya itu melakukan riset dan belajar mengenai kerajinan anyaman pandan di Yogyakarta. Dia pun mengenal anyaman pandan yang berada di Desa Tangkit, Kabupaten Muaro Jambi.
Selang beberapa bulan kemudian, akhir tahun 2018, dia mendirikan usaha tas anyaman pandan bernama D’moroy. Galeri D’moroy berada di RT 14, Kelurahan Thehok, Kecamatan Jambi Selatan, Kota Jambi. Tas yang diproduksinya dapat dilihat melalui akun instagram bernama @demoroycreation. Harga produk anyaman pandan D’moroy dimulai dari Rp 250.000 hingga Rp 750.000.
“Harga produk kami bergantung dengan kreasi, desain dan tingkat kesulitan. Kita juga menerima pesanan custom. Terkadang sebagian orang, termasuk ibu pejabat, menginginkan tas yang desainnya berbeda dan tidak dipakai orang lain,” ujar Deny, Sabtu (24/12).
ADVERTISEMENT
Melalui D’Moroy, Deny telah memberdayakan sesama perempuan. Dia mempekerjakan 4 orang ibu rumah tangga yang tinggal di Kota Jambi. Proses menganyam kebanyakan dilakukan di rumah mereka masing-masing. Anyaman yang setengah jadi akan dibawa ke rumah Deny atau D’Moroy untuk dikreasikan menjadi tas yang siap dibeli.
Tidak hanya mempekerjakan para perempuan di Kota Jambi, Deny pun telah bermitra dengan sejumlah perempuan yang berada di Desa Tangkit. Dia sekaligus melestarikan kerajinan anyaman pandan yang telah “mangakar” di desa tersebut.
Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Jambi Hesnidar Haris, bersama jajarannya melihat produk anyaman D'moroy. (Foto: M Sobar Alfahri)
Saat ini, Deny sedang berproses membentuk kemitraan dan memperluas jaringan di dua desa. Dia berharap akan lebih banyak lagi orang yang merasakan manfaat UMKM itu.
"Saya tidak hanya fokus memproduksi supaya bisa berjualan saja, tapi bagaimana produk ini dapat bermanfaat untuk orang lain. Kita cari orang lain yang bisa dididik untuk menganyam dan mau membentuk komitmen dengan kami," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Desain tas yang diproduksi D’moroy memiliki unsur muatan lokal. Salah satunya dihiasi dengan manik-manik Sebalik Sumpah, yakni perhiasan khas Orang Rimba. Ada pula tas anyaman yang dihiasi kain batik dari berbagai daerah di Jambi.
Produk D’moroy sudah sampai di berbagai provinsi, yakin DKI Jakarta, Sumatera Barat, Manado, dan lainnya. Deny optimis produknya akan dikenal di berbagai negara luar.
(M Sobar Alfahri)