Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
3 Ramadhan 1446 HSenin, 03 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Apa Peninggalan Anda?
9 Desember 2017 15:20 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:19 WIB
Tulisan dari Jamil Azzaini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Di sela-sela jadwal saya memberikan seminar dan training di KBRI Cairo pada tahun 2014, saya berkesempatan berwisata ke tempat-tempat bersejarah. Kunjungan pertama saya ke Piramida. Sebelum pulang ke tanah air saya mampir ke Benteng Sholahuddin Al Ayubi atau Citadel. Saya sempat juga "ngintip" Universitas Al Azhar Cairo.
Komentar saya "orang-orang berpengaruh meninggalkan peninggalan yang melegenda." Entah bagaimana piramida dibangun, ribuan batu disusun tanpa semen namun kokoh dan menjulang tinggi. Dengan berat lebih dari satu ton setiap batu, entah bagaimana setiap batu itu dibawa. Tidak mungkin piramida dibangun oleh orang bermental kerdil dan tak punya nyali.
Lain lagi saat saya berkunjung ke Citadel. Benteng yang berada di tempat yang paling tinggi namun mendapat suplai air dari sungai nil yang jauh lebih rendah. Mengapa? karena pembuat benteng itu telah membuat saluran air di atas benteng dengan memperhitungkan ketinggian. Tak mungkin benteng ini dibuat oleh orang yang malas dan tak memiliki kreativitas.
Kita mungkin tak bisa meninggalkan warisan berupa bangunan atau karya fisik yang fenomenal. Tetapi kita bisa meninggalkan karya yang dikenang oleh anak cucu kita. Apakah melalui buku yang kita tulis, gerakan atau komunitas yang kita aktifkan, peradaban atau nilai-nilai yang kita perjuangkan dan sosialisasikan. Kepedulian masal yang terus menerus kita sebarkan.
Cobalah renungkan saat Anda sudah meninggal puluhan atau ratusan tahun kemudian. Anak dan cucu serta generasi pengganti Anda berselancar di dunia maya. Mereka membuka google kemudian menuliskan nama Anda. Kira-kira keterangan apa yang Anda harapkan dibaca oleh mereka? Apakah mereka bangga dengan Anda? Apakah mereka lebih bersemangat mendoakan Anda?
Memang kita bekerja, berkarya, dan berjuang bukan karena ingin dipuja anak dan cucu serta generasi mendatang. Namun di era sosia media saat ini, berbagai aktivitas kita terekam di google. Sahabat saya pak Nukman mengatakan "mbah google adalah malaikat elektronik" Sehingga saya berkesimpulan, orang-orang hebat saat ini pasti bisa dilacak oleh google di masa yang akan datang.
Semoga yang terekam di google tentang Anda sesuatu yang bisa dibanggakan anak dan cucu sekaligus sebagai bekal di kehidupan abadi. Semoga menginspirasi...
ADVERTISEMENT
Salam Sukses Mulia
Jamil Azzaini
CEO Kubik Leadership