Konten dari Pengguna

Apakah Anda Termasuk "Lelet?"

Jamil Azzaini
CEO Kubik Leadership, Founder Akademi Trainer www.KubikLeadership.com. Ia juga pebisnis dan penulis 10 buku di Gramedia dan Mizan. Mentor banyak tokoh
23 Mei 2017 14:29 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:19 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jamil Azzaini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilustrasi "Apakah Anda Termasuk 'Lelet?'" (Foto: Ryan Johnston)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi "Apakah Anda Termasuk 'Lelet?'" (Foto: Ryan Johnston)
Saya tahu kata "lelet" dari istri saya. "Lelet" itu bermakna lambat.  Banyak contoh lelet, misalnya: datang ke kantor atau tempat pertemuan selalu telat. Apabila mengerjakan tugas selalu lewat batas waktu. Orang lain mampu mengerjakan satu hari sementara orang lelet berhari-hari.
ADVERTISEMENT
Pada era serba cepat saat ini, orang-orang yang lelet akan tertinggal. Apabila Anda ingin berhasil dalam karier, saran saya jangan lelet. Sementara lelet bagi pengusaha akan menyebabkan produk atau jasanya tak mampu menjawab kebutuhan zaman.
Siapa orang-orang yang lelet?
Pertama, para pemalas. Ciri utama orang yang pemalas adalah sering menunda-nunda pekerjaan. Kosa kata yang sering digunakan oleh pemalas adalah "entar", "ogah", "males banget", dan sejenisnya.
Semakin tua para pemalas itu semakin mengalami depresi dan minder, namun sayang  banyak diantara mereka yang tidak menyadari. Bukan hanya itu, para pemalas semakin tua berpeluang menjadi troublemaker. Tak banyak yang dikerjakan tetapi ingin memperoleh berbagai fasilitas yang diperoleh oleh orang yang berprestasi.
ADVERTISEMENT
Kepada orang-orang yang malas, ingatlah nasihat bangsa Korea:
Kedua, orang yang tidak tahu prioritas. Banyak orang yang sibuk tetapi sebenarnya hasilnya tidak seberapa. Mereka bekerja tetapi mengerjakan sesuatu yang tidak penting. Mereka tak tahu bahwa dirinya lelet karena mereka sudah merasa bekerja.
Ketiga, orang yang takut berbuat salah. Kesalahan dalam bekerja itu sesuatu yang wajar.  Dari berbagai kesalahan kita belajar untuk menjadi yang lebih baik. Nah, orang-orang yang lelet biasanya sangat takut melakukan kesalahan, tetapi ironisnya dia justru tidak menuntaskan pekerjaannya.
ADVERTISEMENT
Lelet sangat merugikan Anda. Lelet membuat Anda tak terekam "radar" persaingan orang-orang berkualitas. Lelet juga merugikan orang-orang di sekitar Anda. Lelet itu menjadi beban bagi pimpinan Anda. Lelet sudah saatnya dimasukkan ke dalam keranjang sampah.
Setuju?
Salam SuksesMulia
Jamil Azzaini Kubik Leadership www.kubik.co.id