Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Atletpreneurship
24 Agustus 2018 13:03 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
Tulisan dari Jamil Azzaini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bulan Agustus tahun 2018 ini, banyak peristiwa besar, selain hari Pramuka, batas pencalonan kandidat capres dan cawapres, Idul Adha, Garuda Muda U16 Juara AFF di Sidoarjo, hari ulang tahun kemerdekaan yang ke 73, ada juga pembukaan Asian Games. Di balik peristiwa besar tersebut pasti ada peristiwa besar dan tentu juga ada peristiwa yang memilukan.
ADVERTISEMENT
Salah satu peristiwa yang memilukan namun jarang menjadi sorotan adalah nasib keluarga para pejuang kemerdekaan dan juga nasib para atlet di masa tuanya. Saya dulu pernah mengidolakan salah satu atlet yang pernah bersinar karena keahliannya, namun saat saya berjumpa dimasa tuanya, sang atlet yang dulu menjadi idola banyak orang ternyata hidupnya menggelandang tanpa kejelasan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Saya menjadi ingat pesan orang tua angkat saya “Manfaatkan masa jayamu untuk menyelamtkanmu disaat ragamu mulai melemah”. Kejayaan itu ada waktunya, kemampuan juga atas batas waktunya, kejayaan dan kesuksesan pun ada siklusnya. Apalagi kejayaan atau kesuksesan yang mengandalkan kekuatan tenaga, fisik dan otot, yang biasanya dimiliki oleh seorang atlet.
ADVERTISEMENT
Ada dua pilihan yang bisa dipilih, semakin menua semakin melemah atau semakin tua semakin menguat. Waktu muda berjaya dan bisa memidahkan kejayaan di lapangan kedalam kejayaan dalam kehidupan hingga tua atau jaya di lapangan tetapi berantakan dalam kehidupan. Pilihlah, kejayaan di lapangan dipindahlan ke kejayaan dalam kehidupan dari sekarang hingga menua.
Kepada para atlet dan siapapun yang mengandalkan tenaga, fisik dan otot untuk memenangkan dan mempertahankan kedigjayaannya, persiapkanlah masa tua Anda dari sekarang. Ada 5 pilihan yang bisa Anda pilih saat Anda tua: un-employee, employee, self employee, business owner, investor.
Menurut pengalaman dan pengamatan saya, yang paling memungkinkan ditekuni adalah pilihan 3 yang terakhir. Dan yang sangat saya sarankan adalah pilihan 2 terakhir yaitu business owner dan investor. Seorang yang saat mudanya mengandalkan fisik dan kekuatan tenaga dan saat tuanya memilih menjadi pemiliki bisnis atau investor saya menyebutnya ATLETPRENEURSHIP.
ADVERTISEMENT
Perpaduan kemampuan entrepreneur dan leadership dari seseorang yang saat mudanya mengandalkan kekuatan fisik dan tenaga.
Bisakah seorang menjadi business owner atau investor, atau menjadi atletprenur? Bisa banget, selama tahu prosesnya, mudah dan murah. Tentu bagi mereka yang semangat kehidupannya sama besar dengan semangat juaranya. Ada empat pondasi agar siapapun kita termasuk atlet bisa menjadi business owner atau investor (atletpreneurship).
Pertama, buang mental block. Banyak orang yang berpikir dan merasa bahwa ia tidak punya bakat atau tidak punya darah bisnis. Pikiran dan perasaan inilah yang menghambat seseorang untuk memulai bisnis.
Pikiran yang menghambat seseorang maju dan bertumbuh, dalam buku Kubik Leadership (Gramedia) pikiran yang menghambat ini disebut sebagai rantai gajah. Orang yang memiliki rantai gajah yang besar dan banyak akan sangat sulit bergerak dan memulai. Silakan baca buku best seller tersebut.
ADVERTISEMENT
Kedua,Jual Namamu. Jadikan popularitas namamu menjadi pintu rezeki bagimu. Saat seseorang berprestasi biasanya akan didatangi para pemilik bisnis untuk menjadi bintang iklan, model, endorser. Meski ini lebih dekat ke self employee apabila ada peluangnya ambil, apabila tidak ada peluangnya ciptakanlah.
Menjadi atletprenurship bisa dimulai dari mengkomersilkan nama dan popularitas Anda.
Tentu yang lebih menantang adalah, popularitas nama Anda dijadikan brand bisnis Anda. Apabila Anda merasa belum memiliki kemampuan bisnis yang memadai gandenglah seseorang yang sudah memiliki pengalaman bisnis yang teruji untuk bekerjasama dengan Anda.
Ketiga, bergabunglah dengan komunitas pengusaha. Ada pepatah yang mengatakan “elang berkumpul dengan elang, ayam berkumpul dengan ayam”. Maknanya atlet biasanya berkumpul dengan atlet, artis berkumpul dengan artis. Nah, luaskan pergaulan sejak Anda masih berjaya. Selain bergaul dengan teman profesi Anda, bergaulah dengan para pemilik bisnis dan investor. Anda akan merasakan suasana dan sesuatu yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Keempat, mulai dari sekarang. Otot bisnis dan leadership itu perlu dilatih. Jangan nunggu tua untuk memulai menjadi atletpreneurship. Mulailah dari saat Anda masih berjaya, jangan menunggu menua. Ingat, saat muda tenaga yang menjadi tulangpunggungmu, saat tua atletpreneurship yang membantu hidupmu.
Salam SuksesMulia
Jamil Azzaini
CEO Kubik Leadership
Founder Akademi Trainer