Belajar dari Hari Moekti

Jamil Azzaini
CEO Kubik Leadership, Founder Akademi Trainer www.KubikLeadership.com. Ia juga pebisnis dan penulis 10 buku di Gramedia dan Mizan. Mentor banyak tokoh
Konten dari Pengguna
25 Juni 2018 17:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jamil Azzaini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Hari Moekti Meninggal (Foto: harimoekti/instagram)
zoom-in-whitePerbesar
Hari Moekti Meninggal (Foto: harimoekti/instagram)
ADVERTISEMENT
Tadi malam, saat sedang duduk santai, menunggu tayangan pertandingan Piala Dunia antara Senegal dan Jepang, putri saya mendatangi saya dan berkata "Pak, Ustaz Hari Moekti Meninggal". Saya jawab "informasinya validkah?" Anak saya menjawab "sepertinya valid pak".
ADVERTISEMENT
Saya pun kemudian membuka WhatsApp, dan ternyata di berbagai group WhatsApp sudah ramai berita tentang meninggalnya Ustaz Hari Moekti. Saya tertunduk dan berucap "Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, Allahummaghfirlahu warhamhu wa afihi wa'fuanhu". Tanpa terasa air mata menetes di pipi.
Saya berjumpa langsung dan bertatap muka dengan Kang Hari Moekti pada tahun 1995. Saat itu ia sedang galau tentang profesi yang ditekuninya, rocker. Dalam proses pencarian jati dirinya saya pernah mempertemukan beliau dengan Gito Rolies, seorang mantan artis yang sudah benar-benar hijrah ketika itu.
Dan perjumpaan berikutnya tahun 1996, ia menyatakan sudah berhijrah, meninggalkan gemerlap dunia rocker yang selama ini menjadi sumber nafkahnya. Dan yang membuat saya angkat topi kepada mantan rocker ini adalah semangat belajarnya dan rendah hati.
ADVERTISEMENT
Saat saya mengundang beliau di awal tahun 2000 untuk menjadi pembicara di sekolah yang saya dirikan di Lampung, di kampung, ia pun bersedia hadir. Bahkan saat jumpa dengan beliau, ia mencium tangan saya, yang kemudian saya balas mencium tangannya. Karena dialah yang sebenarnya layak untuk dicium tangannya, bukan saya. Sejak saat itu, kami sudah jarang berinteraksi karena kesibukan kami masing-masing.
Pergaulan saya dengan orang-orang yang berhijrah hingga hari ini membuat saya berkesimpulan "mereka adalah orang-orang luar biasa dan layak menjadi teladan bagi banyak orang". Mereka yang hijrah dan bersahabat dengan saya sebelumnya berprofesi sebagai pembunuh, pengedar narkoba, preman sadis, selebritis urakan, pemabok, dan profesi lainnya adalah orang-orang yang punya nyali dan mental pemenang sekaligus pejuang.
ADVERTISEMENT
Mereka berhijrah bukan hanya untuk dirinya tetapi setelah itu mereka aktif mengajak teman-temannya untuk berada di jalan yang benar, jalan yang diyakini menyelamatkan kehidupannya di dunia dan akhirat.
Mereka memiliki konsistensi, daya juang, keteguhan, kerelaan meninggalkan kenikmatan-kenikmatan yang semu dan menipu. Mereka sangat layak menjadi guru.
Bertransformasi menjadi sesuatu yang baru memerlukan energi besar dan keteguhan pendirian. Mereka rela meninggalkan besarnya penghasilan dan rela mencampakkan berbagai kenikmatan. Mereka sangat layak menjadi panutan.
Hormatku untuk orang-orang yang berhijrah, hormatku untuk Kang Hari Moekti. Kalian semua layak berada di tempat yang terpuji, baik di bumi maupun di kehidupan yang abadi.
Salam Sukses Mulia,
Jamil Azzaini CEO Kubik Leadership Founder Akademi Trainer
ADVERTISEMENT