Berutang Saat Menjadi Pengantin

Jamil Azzaini
CEO Kubik Leadership, Founder Akademi Trainer www.KubikLeadership.com. Ia juga pebisnis dan penulis 10 buku di Gramedia dan Mizan. Mentor banyak tokoh
Konten dari Pengguna
9 Oktober 2017 17:23 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jamil Azzaini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pernikahan (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pernikahan (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saya sering mendapat banyak curhat seputar pesta pernikahan, baik dari orang kantoran maupun dari pengusaha pemula. Demi menjadi raja dan ratu sehari banyak orang yang melakukan persiapan pesta pernikahan berbulan-bulan. Ada orang-orang yang ingin terlihat "wah" sehingga melakukan pestanya dengan mewah.
ADVERTISEMENT
Dengan alasan demi harga diri, demi gengsi, demi anak satu-satunya, demi anak pertama atau demi anak bungsu mereka rela mengadakan pesta yang semu.  Hanya ingin mendapat pengakuaan "hebat" beberapa jam, mereka rela meminjam. Decak kagum boleh jadi mereka dapat dalam waktu sesaat.  Namun, usai pesta pernikahan hidup mereka menjadi sekarat.
Kehidupan pernikahan yang terpenting bukanlah saat pesta. Buat apa kita mendapat tepuk tangan dari para undangan  namun setelah itu tak mampu membayar tagihan.  Untuk apa pesta pernikahan mewah namun setelah itu Anda tak punya rumah.  Rasa syukur kepada Sang Maha Pemurah tidak harus diwujudkan dalam bentuk pesta yang mewah. 
Kesederhanaan tidak akan menurunkan harga diri Anda. Pikirkanlah usai pesta, jangan hanya fokus untuk menjadi raja dan ratu sehari saja. Orang-orang datang ke pernikahan  bukan untuk melihat kemewahan, namun ingin mendoakan Anda.. Bukankah doa lebih khusyu dan khidmat bila dilakukan dalam kesederhanaan?
ADVERTISEMENT
Keberkahan ada dalam kesederhaan. Ketenangan itu menjauh dari segala kemewahan. Kenikmatan itu hadir bila tidak ada keterpaksaan.  Kebahagiaan mendekati orang-orang yang tampil apa adanya, bukan yang memaksakan diri demi gengsi.
Kepada orang tua, jangan ajari anak atau menantumu hidup dengan topeng, terlihat wah padahal hidupnya susah.  Wahai kepada para pemuda yang hendak menikah, fokuslah pada kehidupan setelah pesta. Jadilah raja dan ratu sehari yang sederhana saja.  Ketahuilah, setelah pesta usai masih banyak kewajiban yang perlu Anda tunaikan. Jangan sampai penghasilan Anda terkuras untuk membayar hutang karena kemeriahan pesta pernikahan. Setuju?
Salam SuksesMulia
Jamil Azzaini
CEO Kubik Leadership (wwe.kubik.co.id)