Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Ilmu Padi dan Ilmu Klakson
8 September 2017 9:43 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
Tulisan dari Jamil Azzaini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saya yakin sebagian besar anda pernah mendengar "ilmu padi" yang bermakna semakin berisi semakin menunduk. Semakin pinter dan semakin ahli seseorang seharusnya semakin menunduk.
ADVERTISEMENT
Hati-hati, apabila anda penggunaan falsafah ini keliru maka bisa merugikan anda.
Ada orang yang punya potensi hebat, keahlian yang dibutuhkan banyak orang dan ilmu yang dalam tapi tidak ditampakkan. Ia khawatir menonjolkan diri. Ia khawatir dikatakan "sok" atau "blagu."Â Mereka ingin seperti padi, makin berisi makin menunduk. Ini salah kaprah. Potensi, keahlian dan ilmu itu harus ditampakkan dalam bentuk karya dan gagasan, tak perlu malu.
Apabila anda memiliki potensi, keahlian dan ilmu maka yang digunakan bukan "ilmu padi" tapi yang digunakan "ilmu klakson." Apa maknanya? Tunjukkan bahwa anda memiliki hal itu. Bunyikan dalam bentuk ide dan karya yang nyata.
Ketahuilah, orang yang punya potensi, keahlian dan ilmu tetapi tidak dioptimalkan itu namanya "kufur nikmat" alias tidak bersyukur. Maka segera bunyikan "klakson" anda. Tuliskan ide dan gagasan anda, sebarkan dan realisasikan, Hasilkan karya nyata dari tangan dan kaki Anda.
ADVERTISEMENT
Nah, saat potensi anda sudah melejit. Keahlian anda sudah dirasakan manfaatnya oleh banyak orang. Ilmu anda telah menginspirasi dan mencerahkan orang di berbagai penjuru. Saat itulah "ilmu padi" lebih banyak digunakan. Rendahkan hati anda, tundukkan ego anda.
Gunakanlah falsafah "ilmu padi" dan "ilmu klakson" pada tempat, waktu, dan takaran yang tepat. Setuju?
Salam SuksesMulia
Jamil Azzaini
CEO Kubik Leadership (www.kubik.co.id)