Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Untuk Istriku, Terima Kasih
27 September 2017 7:50 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:19 WIB
Tulisan dari Jamil Azzaini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Saya yakin Anda sepakat dengan saya bahwa keberhasilan suami dan anggota keluarga sangat ditentukan oleh dukungan istri. Hubungan yang buruk dengan istri bisa membuat suasana hati kacau dan berdampak pada buruknya kualitas pekerjaan sang suami. Oleh karena itu wahai suami, marilah berterima kasih kepada istri kita. Begitu pula, keberhasilan anak-anak sangat ditentukan oleh kiprah, sepak terjang dan pengorbanan sang ibu.
ADVERTISEMENT
Pengorbanan istri begitu besar kepada keluarga. Diantara pengorbanan besar yang rela mereka lakukan adalah mengganti, "mengerem" atau bahkan "mengubur" mimpi-mimpi mereka demi kepentingan keluarga. Orang sekelas Direktur Utama, ibu Karen Agustiawan juga mengundurkan diri dari Pertamina salah satu alasanya untuk kepentingan keluarga.
Berani mengganti, "mengerem" atau bahkan hingga "mengubur" mimpi bukanlah keputusan yang ringan. Sebab dalam dunia personal development, pasti semua tahu pentingnya mimpi atau visi hidup. Visi atau mimpi hidup menjadi sumber energi bagi siapapun yang memiliki. Ia menjadi kompas bagi yang telah menyusunnya. Ia menjadi sesuatu yang bisa membuat harga diri pembuatnya semakin tinggi bila terwujud.
Namun ternyata, seorang istri rela meletakkan itu semua demi kepentingan suami dan anaknya. Ia rela menjadi teman bicara sepanjang hari bagi anak dan suaminya. Ia rela belajar ilmu baru agar bisa digunakan untuk meningkatkan kualitas anak dan suaminya. Ia sangat ingin anaknya tumbuh di atas rata-rata teman sebayanya. Ia menjadi mentor, coach, sahabat, dan sparing partner bagi anaknya.
ADVERTISEMENT
Saat sang suami galau dan gelisah, istrilah orang pertama yang menjadi tempat curhatnya. Dan hebatnya, istri menghentikan semua aktifitasnya demi ketenangan hati sang suami. Bukan hanya itu, ia rela mengalihkan menggunakan waktu produktifnya untuk suaminya dan mengorbankan semua aktifitasnya.
Kebahagiaanya adalah ketika suaminya melaju lebih cepat, berkembang menjadi "bintang" punya kepercayaan diri yang tinggi dan suami memiliki legacy yang ditinggalkan untuk semesta. Ia cukup bangga dengan itu semua, walau ia terkadang harus "mengubur" mimpi-mimpi hidupnya.
Wahai para suami, marilah kita berlomba untuk berterima kasih kepada istri.
Salam SuksesMulia
Jamil Azzaini
CEO Kubik Leadership (www.kubik.co.id)