SSS#3: Konsep Kelas Menurut Karl Marx

Jan Ekklesia
Sosiolog dan Pendiri GEMA Politik Indonesia
Konten dari Pengguna
13 Agustus 2021 0:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jan Ekklesia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
SSS#3 : Karl Marx, Sumber : Dok Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
SSS#3 : Karl Marx, Sumber : Dok Pribadi
ADVERTISEMENT
Halo, teman-teman Kumparan! Tulisan ini merupakan konten dari Self, Social, Society (SSS). Tulisan ini secara garis besar akan membahas mengenai para tokoh sosial/hukum/politik/psikologi dan teorinya, dikemas dalam bentuk series, sederhana, dan mudah dimengerti.
ADVERTISEMENT
Karl Marx (1818 - 1883) adalah seorang ideolog, ekonom, dan sosiolog pada era pasca revolusi Industri terjadi di Eropa. Marx lahir di kota Trier, Jerman, dengan keluarga yang cukup berada. Perubahan signifikan dalam hidup Marx adalah ketika dirinya bersekolah di Berlin. Pada masa itu, pengaruh filsafat Hegel mendominasi pikiran dan tulisannya sehingga ia secara terang - terangan menyebut bahwa dirinya adalah seorang hegelian muda.
Teorinya mengenai perjuangan kelas dapat dianggap salah satu teori populer yang menginisiasi munculnya api gerakan revolusi. Menurut Marx, sejarah manusia ini tidak lain hanyalah sejarah dari perjuangan kelas. Sejarah muncul karena ada kontestasi dan perjuangan kelas. Begitu juga dengan munculnya perubahan sosial, yaitu didasari melalui ketegangan dan perjuangan. Mesin kemajuan peradaban ialah perjuangan ketimbang pertumbuhan damai; pertikaian adalah induk dari segalanya.
ADVERTISEMENT
Dengan kata lain, Marx mendasari perubahan sosial dengan apa yang disebut sebagai konflik sosial. Orang - orang yang berada dalam situasi atau pola hidup yang serupa sesuai dengan "kelas"nya. Menurut Marx, perbedaan kelas - kelas muncul oleh kepemilikan alat produksi dan modal. Dengan kata lain, ada kelas yang ditindas dan ada kelas yang menindas.
Perubahan sosial Marx juga dimulai dari komunisme primitif, dimana tidak ada yang menindas. Dilanjutkan dengan perbudakan, yaitu pemilik budak menindas budak. Kemudian Feodalisme, yaitu pemilik tanah mengeksploitasi penggarap. Kapitalisme, yaitu kelas borjuis menindas kelas proletar. Perubahan masyarakat selanjutnya menuju tatanan Sosialis, yaitu manajer negara mengeksploitasi pekerja. Terakhir, sampailah kepada komunisme, yaitu keadaan masyarakat tanpa kelas.
ADVERTISEMENT
Pembagian masyarakat kedalam kelas - kelas membangkitkan pandangan mengenai etika, politik, filsafat, agama, dan paradigma tertentu. Kebangkitan ini dapat berdampak pada peneguhan atau pemberontakan terhadap kelas dominan. Kebangkitan ini akan memunculkan kesadaran kelas, yaitu kesadaran subjektif atas kepentingan kelas objektif yang mereka miliki bersama orang lain dalam posisi yang sama pada konteks sistem produksi. Ada perasaan senasib sepenanggungan antar anggota kelas.
Walaupun demikian, Marx menambahkan ada yang namanya kesadaran palsu, yaitu gagalnya kelompok dalam mengetahui nasib suatu kelas ditentukan oleh kehadiran kelas lain. Tujuan utamanya adalah kepentingan diri sendiri. Kesadaran palsu ini semata - mata merupakan bayangan dari struktur ekonomi yang objektif, yaitu menggiring masyarakat kepada suatu aksi revolusi bersama. Marx percaya bahwa kesadaran kelas membawa kepada suatu perubahan sosial yang signifikan.
ADVERTISEMENT
***
(JME)