Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kritik Sosial Seno Gumira Ajidarma dalam Karya Sastra
7 Desember 2020 12:53 WIB
Tulisan dari Putri Jasmine Amalia Hasan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seno Gumira Ajidarma merupakan seorang penulis dan wartawan yang hingga kini sudah menerbitkan belasan karya sastra seperti novel, cerpen, sajak, dan esai. Pria kelahiran Boston, 19 Juni 1958 tersebut telah meraih banyak penghargaan atas karya-karyanya. Menariknya lagi, dia enggan disebut sebagai sastrawan dan pernah menolak pemberian penghargaan kesusastraan yang diberikan Ahmad Bakrie Award pada tahun 2012. Dalam karya-karyanya, Seno sering mengemukakan kritik yang mengangkat tema sosial dan politik. Banyak karya sastra miliknya yang menggambarkan tentang realitas sosial dalam masyarakat hingga sistem pemerintahan di Indonesia sendiri. Seperti apa kira-kira kritik yang dituaikan dalam karya sastra miliknya? Mari kita simak beberapa karya Seno Gumira Ajidarma yang menampilkan kritik sosial!
ADVERTISEMENT
1. KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL “KALATIDHA”
Novel Kalathida berisi tentang kritik terhadap pemerintahan pada masa orde baru. Kritik tersebut antara lain tentang tidak adanya kebebasan rakyat untuk berpendapat. Kritik selanjutnya yaitu tentang para petinggi yang memiliki jabatan tetapi tidak menjalankan amanah rakyat dengan baik. Mereka menggunakan jabatan untuk melakukan korupsi. Novel ini juga mengkritik seorang pemimpin yang tak segan melakukan segala cara untuk mempertahankan kekuasaannya. Bahkan, Seno juga mengemukakan kritik tentang konsep orde baru terhadap pembasmian PKI.
2. KRITIK SOSIAL DALAM CERPEN “PELAJARAN MENGARANG”
Dalam cerpen ini, Seno mengemukakan kritik dari beberapa bidang, yaitu bidang ekonomi, bidang pendidikan, dan bidang moral. Pada bidang ekonomi dijelaskan bahwa terdapat seorang anak yang tinggal dengan orang tuanya. Namun, dia rela menjual diri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada bidang pendidikan, kritik tersebut menyatakan bahwa pendidikan seorang anak tidak dapat terlepaskan dari bimbingan orang tuanya. Dalam cerpen tersebut, diilustrasikan Sandra yang berumur 10 tahun tidak pernah mendapatkan pendidikan yang layak dan perlakuan yang baik dari orang tuanya. Dan pada bidang moral, dituliskan bahwa seorang anak yang mendapatkan perlakuan tidak pantas oleh orang tuanya dapat membuat moral sang anak menjadi tidak baik.
ADVERTISEMENT
3. KRITIK SOSIAL DALAM KUMPULAN CERPEN “DUNIA SUKAB”
Dalam kumpulan cerpen Dunia Sukab, terdapat enam dari 17 cerpen yang mengkritik tentang ketidakadilan dan kriminalitas. Keenam cerpen tersebut berjudul Manusia Api, Hidung Seorang Pegawai Negeri, Teriakan di Pagi Buta, Banjir, Pengaduan Sukab, dan Jakarta, 14 Februari 2039. Kritik dalam cerpen-cerpen tersebut didasarkan atas realitas sosial dalam masyarakat. Kritik terhadap ketidakadilan menjelaskan tentang tindakan penguasa yang sewenang-wenang terhadap rakyat dengan melakukan pelanggaran HAM, pelecehan, pemaksaan kehendak, dan pengancaman. Sedangkan kritik terhadap kriminalitas menjelaskan tentang kekerasan fisik dan seksual, pencurian, dan kerusuhan. Seno juga menyelipkan kritik tentang individualisme dalam cerpen-cerpen tersebut.
Selain tiga karya di atas, masih banyak lagi karya milik Seno Gumira Ajidarma yang mengandung kritik sosial. Seno juga menulis karya-karya nya dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti pembacanya.
ADVERTISEMENT