Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Konflik di Nagorno-Karabakh (2020) menurut Realisme Neoklasik & Security Dilemma
16 Desember 2022 14:07 WIB
Tulisan dari Jason Fernando tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam penulisan opini ini, penulis bekerja sama dengan beberapa rekan dalam menganalisis kasus konflik sengketa wilayah antara Armenia dan Azerbaijan di Nargono-Karabakh yang pernah terjadi pada tahun 2020; diantaranya adalah Ezra Yora Turnip, Fember Larastina, Jeremy Bryce Lim, Josephine Exaudi, dan Kezia Feradris. Jadi penulis bersama beberapa rekan merupakan mahasiswa prodi Hubungan Internasional dari Universitas Kristen Indonesia, sehingga kami tentu akan menggunakan perspektif hubungan internasional dalam menganalisis konflik yang telah menjadi isu keamanan global tersebut pada masa kini.
ADVERTISEMENT
Melalui kasus ini, penulis justru menemukan bahwa konflik mengenai sengketa wilayah Nagorno-Karabakh tidak seperti yang dibayangkan masyarakat awam, dimana konflik tersebut bukan hanya terjadi karena perebutan teritorial, namun dikarenakan dilema keamanan antara kedua negara yang menjadikan situasi lebih rumit.
Penulis akan membagi ke dalam tiga bagian utama dalam penulisan opini ini; yakni latar belakang konflik antar kedua negara, konflik sengketa wilayah di Nagorno-Karabakh bila ditinjau dari realisme neoklasik, dan Security Dilemma menjadi faktor penyebab konflik di Nagorno-Karabakh semakin rumit.
A. Latar Belakang Konflik antar Armenia dan Azerbaijan di Nagorno-Karabakh
Nagorno-Karabakh merupakan bagian dari wilayah Azerbaijan, dimana sebagian besar penduduknya berasal dari etnis Armenia. Ketika beberapa negara anggota Uni Soviet berjuang untuk kemerdekaan pada 1980-an, Nagorno-Karabakh lebih ingin bergabung dengan Armenia. Keputusan ini memicu konflik panjang yang hanya berakhir pada tahun 1994 dengan gencatan senjata.
ADVERTISEMENT
Konflik Nagorno-Karabakh adalah yang terpanjang di Eurasia pasca runtuhnya Uni Soviet. Penduduk Armenia yang tinggal di Nagorno-Karabakh menuntut agar The Nagorno-Karabakh Autonomous Oblast (NKAO) dipindahkan dari Azerbaijan ke Armenia. Akibatnya, ketegangan meningkat menjadi perang penuh antara kedua negara selama beberapa periode.
Kemudian lompat pada Juli 2020, terjadinya pertempuran skala kecil dimulai di dekat perbatasan antara Armenia dan Azerbaijan, sekitar 300 kilometer dari Nagorno-Karabakh. Namun pertempuran tersebut meletus menjadi konfrontasi militer terbesar dan paling intens pada tanggal 27 September 2020, sejak pemberlakuan gencatan senjata yang ditengahi Rusia tahun 1994. Selama pertempuran, pasukan Armenia melancarkan provokasi besar-besaran serta menembakkan senjata kaliber besar, mortir, dan artileri terhadap Azerbaijan.
Kementerian Pertahanan Azerbaijan menanggapi serangan tersebut dengan meluncurkan serangan balik militer di semua lini untuk menahan aktivitas tempur militer Armenia dan memastikan keamanan sipil. Kedua belah pihak juga segera menyerukan mobilisasi penuh atau sebagian dan mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk mempersiapkan konflik yang panjang dan pahit.
ADVERTISEMENT
B. Konflik Sengketa Wilayah di Nagorno-Karabakh bila Ditinjau dari Realisme Neoklasik
Realisme neoklasik merupakan salah satu paradigma yang populer dalam ilmu hubungan internasional. Mengacu pada realisme neoklasik, penulis berasumsi untuk menggabungkan pemahaman tentang struktur anarki dan sistem internasional dengan faktor-faktor yang muncul dari kondisi dinamis internal setiap negara sebagai aspek yang membangun politik luar negeri.
Realisme neoklasik menunjukkan bahwa sistem internasional bersifat anarki (no central police and no central authority), sehingga konflik di Nagorno-Karabakh pada tahun 2020 dikarenakan adanya aspek geopolitik, security dilemma, dan campur tangan dari kekuatan besar. Campur tangan dari kekuatan besar ini layaknya Amerika Serikat, Rusia, dan Turki telah membawa national interest-nya masing-masing menjadi aspek berpengaruh ketika konflik terjadi.
ADVERTISEMENT
Adanya campur tangan ini dibuktikan ketika Amerika Serikat dan Turki memberikan bantuan persenjataan kepada Azerbaijan sebagai kedok untuk mengamankan pasokan gas alam dan minyak bumi di wilayah Negara Bagian Karabakh Atas.
Selanjutnya, terdapat salah satu tokoh realisme neoklasik seperti Kenneth Waltz yang mendefinisikan bahwa aliansi sebagai bentuk perjanjian formal atau informal untuk kerjasama keamanan antara dua atau lebih negara berdaulat. Berdasarkan hal itu, konflik di wilayah Nagorno-Karabakh juga mengandung aliansi dengan didalamnya terdapat dua atau lebih negara yang saling bersekutu seperti aliansi Azerbaijan-Turki-Amerika Serikat dan Armenia-Rusia.
Dengan begitu, konflik sengketa wilayah di Nagorno-Karabakh antara Armenia dan Azerbaijan pada tahun 2020 telah menyebabkan munculnya rasa pesimis terhadap penemuan solusi yang tepat untuk mengakhiri perang bila dilihat dari kacamata realisme neoklasik.
ADVERTISEMENT
C. Security Dilemma menjadi Faktor Penyebab Konflik di Nagorno-Karabakh Semakin Rumit
Konflik yang terjadi di Armenia dan Azerbaijan dilatarbelakangi oleh security dilemma diantara kedua negara tersebut. Hal ini dikarenakan Armenia dan Azebaijan telah beberapa kali saling berkonflik satu sama lain sejak berakhirnya Perang Dingin, sehingga menimbulkan dilema.
Perlu dipahami bahwa dilema keamanan menurut John H. Herz (1950) merupakan situasi dimana tindakan yang diambil oleh suatu negara untuk meningkatkan keamanannya sebagai akibat reaksi dari negara lain (termasuk konflik di masa lalu) dan dapat memicu kekhawatiran bagi negara lainnya (khususnya yang memiliki kedekatan geografis).
Security dilemma juga sebagai bentuk tindakan defensif bagi suatu negara, namun bersifat mengancam. Baik Armenia maupun Azerbaijan berusaha mencapai tujuan utama bagi peningkatan power mereka berupa keamanan dengan cara pembelian persenjataan atau alutsista, serta beraliansi dengan masing-masing sekutunya.
ADVERTISEMENT
Terdapat dua alasan mengapa Armenia dan Azerbaijan mengalami dilema keamanan. Alasan pertama kedua negara tersebut meningkatkan keamanannya sebagai bentuk tindakan jaga-jaga dikarenakan mereka saling memahami bahwa serangan bisa terjadi kapan saja di masa depan, termasuk di tahun 2020. Alasan keduanya adalah untuk mencegah salah satu negara (baik Armenia maupun Azerbaijan) menguasai wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan. Dua alasan tersebut menyebabkan kedua belah pihak terjerumus dalam kesalahpahaman dan adanya ego dari mereka untuk saling merebut klaim Nargano-Karabakh sebagai wilayah yang sah.
Nagorno-Karabakh, dengan luas 4.400 kilometer persegi, terletak di perbatasan Armenia dan Azerbaijan, secara tradisional dihuni oleh orang-orang Armenia yang beragama Kristen dan orang Turki beragama Islam. Timbulnya rasa kecurigaan terhadap Armenia memicu terjadinya aliansi Turki dengan Azerbaijan yang merupakan negara yang kaya akan minyak.
ADVERTISEMENT
Dilihat dari hubungannya, kecurigaan tersebut timbul karena Armenia dan Rusia mempunyai hubungan yang sangat dekat. Jaminan militer dari Rusia menjadi salah satu pegangan yang diandalkan oleh Armenia. Dilihat dari peristiwa ini, security dilemma dirasakan secara nyata; baik antara Armenia, Azerbaijan, Rusia, maupun Turki.
Dilema keamanan yang dialami Armenia dan Azerbaijan semakin memperumit konflik dan tidak menemukan solusi secara pasti. Kedua negara tersebut selalu dibayangi rasa dilema karena masing-masing pihak saling mengklaim bahwa wilayah Nagorno-Karabakh sebagai teritori mereka tersebut bila dilihat dari faktor historis. Sebelum terjadinya konflik, Armenia melakukan latihan militer bersama dengan Rusia dalam hal penggunaan sistem pertahanan udara pada 23 Juli 2020.
Namun, Azerbaijan merespon bahwa latihan militer Armenia tersebut menjadi suatu ancaman, sehingga negara tersebut juga melaksanakan serangkaian latihan militer bersama Turki pada tanggal 29 Juli 2020. Bila dilihat dari kacamata security dilemma, penulis memahami bahwa latihan militer yang dilakukan masing-masing negara merupakan bentuk situasi yang diambil oleh negara untuk memperkuat military power. Latihan militer tersebut pertama kali dilakukan oleh Armenia menimbulkan negara tetangganya yakni Azerbaijan meresponi tindakan Armenia itu sendiri dengan tindakan serupa.
ADVERTISEMENT
Jika dianilis, tindakan seperti latihan militer yang dilakukan oleh salah satu negara kemudian direspon oleh negara tetangganya dengan tindakan serupa, maka ketegangan akan meningkat hingga menjadi suatu konflik.
Konflik tersebut benar-benar pecah pada 27 September 2020, dimana kedua negara saling menuding satu sama lain mengenai siapa yang memulai konflik terlebih dahulu. Berdasarkan hal itu, dilema keamanan menyebabkan Armenia dan Azerbaijan melaksanakan peperangan terbuka sekitar dua minggu di Nagorno-Karabakh yang mengakibatkan korban jiwa sekitar 185 penduduk sipil maupun tentara dari kedua belah pihak.
Hasil dari konflik pada tahun 2020, yakni Azerbaijan berhasil mempertahankan kendali atas Nagorno-Karabakh, sehingga semua wilayah yang diduduki Armenia di sekitar wilayah tersebut diserahkan kembali ke Azerbaijan. Tetapi faktor dilema keamanan yang masih melekat menyebabkan konflik antara kedua negara tersebut masih belum berakhir hingga saat ini.
ADVERTISEMENT