Cabuli 15 Anak Didik, Pembina Pramuka Bentuk Grup Inti Bernama Minion

JatimNow
Berani Realitas
Konten dari Pengguna
23 Juli 2019 16:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari JatimNow tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Memet, Pembina Pramuka cabul saat diamankan di Mapolda Jatim
zoom-in-whitePerbesar
Memet, Pembina Pramuka cabul saat diamankan di Mapolda Jatim
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
jatimnow.com - Rahmat Santoso Slamet alias Memet (30), pembina pramuka yang mencabuli 15 anak didiknya, ternyata sudah beraksi sejak 2016. 15 anak didik korban pencabulan pelaku, berjenis kelamin laki-laki.
ADVERTISEMENT
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera menyebut, korban pencabulan rata-rata berusia 14 hingga 16 tahun. Untuk membujuk para korban, pelaku merayu agar korban mengikuti Grup Inti Pramuka dengan syarat yang sudah ditentukan.
"Tersangka merayu korban untuk masuk ke Grup Inti Pramuka yang diberi nama Minion dengan syarat harus mengikuti tujuh tahapan tes di rumah pelaku," jelas Frans Barung, Selasa (23/7/2019).
Tujuh tahapan tersebut itulah yang digunakan pelaku untuk melakukan tindakan cabulnya terhadap para korban. Pelaku meminta para korban secara bergantian mengikuti Grup Inti Pramuka di rumahnya di Kupang Segunting, Surabaya.
"Dalam pelaksanaan tes itu, para korban dipanggil secara bergilir ke rumah pelaku dengan waktu yang berbeda," terang Frans Barung.
ADVERTISEMENT
Sementara, Kasubdit Renakta Ditreskrimum Polda Jatim AKBP Festo Ari Permana menambahkan, para anak didik yang masuk kelompok regu inti itu diundang dengan dalih akan mendapat pembinaan khusus dari pelaku. Padahal modus itulah yang dipakai pelaku untuk melancarkan aksi cabulnya.
"Selain membuat dirinya puas dengan mencabuli anak didiknya, pelaku juga menyuruh anak didiknya melakukan tindakan seksual antar sesama jenis," ungkap Festo.
Mendapat fakta itu, Festo menyebut bahwa ada indikasi orientasi seks menyimpang dari pelaku. Namun hal tersebut nantinya akan dibuktikan dengan memeriksa pelaku dari dokter.
"Apakah yang bersangkutan memiliki spesifikasi kelainan dan orientasi seks, akan dibuktikan melalui saksi ahli," paparnya.
Festo melanjutkan, timnya masih melakukan pengembangan atas kasus tersebut, lantaran anak didik pelaku sepanjang 2016-2019 berjumlah ratusan. Apalagi didapat fakta bahwa selama itu, pelaku membina pramuka di 6 sekolah, yaitu SMP dan SD.
ADVERTISEMENT
"Kami akan terus melakukan pengembangan untuk mengungkap fakta-fakta lainnya. Juga apakah ada korban lain," tambah Festo.