Konten dari Pengguna

Junk Food: Nikmat di Lidah, Bahaya di Tubuh

Jeanetia Kondo
Mahasiswa Universitas Negeri Makassar
16 Oktober 2024 21:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jeanetia Kondo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: https://www.canva.com/design/DAGTjK0XlCY/1QvEfRzRivmegjHRGLYANg/view?utm_content=DAGTjK0XlCY&utm_campaign=designshare&utm_medium=link&utm_source=editor
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: https://www.canva.com/design/DAGTjK0XlCY/1QvEfRzRivmegjHRGLYANg/view?utm_content=DAGTjK0XlCY&utm_campaign=designshare&utm_medium=link&utm_source=editor
ADVERTISEMENT
Masyarakat modern kini sangat akrab dengan junk food. Makanan cepat saji ini menggoda, terutama bagi remaja yang sibuk dan membutuhkan solusi instan untuk mengatasi rasa lapar. Namun, di balik kenikmatannya, junk food menyimpan ancaman kesehatan yang serius—risiko yang tidak hanya bersifat sementara, tetapi bisa membayangi seumur hidup.
ADVERTISEMENT
Junk food dikenal kaya akan kalori, gula, lemak jenuh, serta rendah nutrisi penting seperti serat, vitamin, dan mineral. Konsumsi berlebihan jenis makanan ini terbukti menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya angka obesitas di kalangan anak-anak dan remaja. Menurut laporan World Health Organization (WHO), prevalensi obesitas pada remaja telah melonjak drastis dalam beberapa dekade terakhir. Di Indonesia sendiri, obesitas di kalangan anak-anak dan remaja mencapai lebih dari 15%—sebuah angka yang mengkhawatirkan.
Mengabaikan Risiko Jangka Panjang
Bukan hanya obesitas yang menjadi ancaman. Konsumsi junk food secara berlebihan meningkatkan risiko penyakit serius lainnya, seperti diabetes tipe 2 dan penyakit jantung. Penelitian oleh Eltom et al. (2020) menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja yang sering mengonsumsi makanan tinggi gula lebih rentan terhadap diabetes tipe 2. Penyakit ini, yang dulu umum terjadi pada orang dewasa, kini mulai muncul pada usia yang semakin muda, terutama akibat kebiasaan makan yang buruk.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, banyak remaja belum memahami konsekuensi jangka panjang dari kebiasaan makan mereka. Gaya hidup modern yang serba cepat, ditambah dengan maraknya iklan junk food yang agresif, menjadikan junk food pilihan utama. Tanpa ada kesadaran atau pendidikan yang memadai, mereka berisiko menderita penyakit kronis yang sebenarnya bisa dicegah sejak dini.
Argumen Moderasi yang Menyesatkan
Beberapa orang berpendapat bahwa junk food tidak sepenuhnya buruk jika dikonsumsi dalam jumlah moderat. Memang, sesekali menikmati junk food bukanlah masalah besar. Namun, pola konsumsi yang moderat ini sering kali sulit dikendalikan. Bagi remaja, kebiasaan mengonsumsi junk food cenderung menjadi bagian rutin dari gaya hidup sehari-hari.
Penelitian oleh Ahmed et al. (2023) menunjukkan bahwa konsumsi rutin junk food, bahkan dalam jumlah sedang, masih berkontribusi pada peningkatan risiko penyakit jantung di masa depan. Dalam hal ini, moderasi bukanlah solusi yang cukup. Penting bagi remaja untuk mengurangi konsumsi junk food secara drastis dan beralih ke makanan yang lebih sehat.
ADVERTISEMENT
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Tantangan terbesar dalam mengatasi masalah junk food ini adalah bagaimana mengedukasi masyarakat, terutama remaja, untuk lebih bijaksana dalam memilih makanan. Program edukasi kesehatan di sekolah serta peran orang tua dalam mengontrol pola makan anak-anak mereka sangat krusial. Namun, upaya tersebut harus didukung oleh regulasi yang lebih ketat dari pemerintah, terutama dalam membatasi iklan junk food yang ditujukan untuk anak-anak dan remaja.
Di beberapa negara maju, pemerintah sudah mulai memberlakukan pembatasan terhadap iklan junk food yang menyasar anak-anak serta menetapkan pajak tinggi pada produk makanan yang tinggi gula. Indonesia perlu mengikuti langkah ini untuk melindungi generasi muda dari dampak buruk junk food. Selain itu, industri makanan juga harus didorong untuk memproduksi makanan yang lebih sehat dan bergizi yang dapat diakses dengan harga yang terjangkau.
ADVERTISEMENT
Waktunya Bertindak
Mengabaikan masalah junk food sama saja dengan membiarkan generasi muda kita menghadapi risiko kesehatan serius di masa depan. Kita semua, mulai dari orang tua, guru, hingga pemerintah, memiliki tanggung jawab untuk mendorong perubahan pola makan yang lebih sehat. Edukasi, regulasi, dan tindakan nyata harus segera diambil untuk mengatasi krisis ini sebelum terlambat.
Junk food mungkin memberikan kenikmatan sesaat, tetapi risiko yang ditimbulkannya adalah ancaman seumur hidup. Mari kita mulai dari langkah kecil—dengan memilih makanan yang lebih sehat dan membatasi konsumsi junk food—agar generasi mendatang bisa menikmati masa depan yang lebih sehat dan bebas dari penyakit kronis.