Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Suplementasi Vitamin D, Perlu atau Tidak?
29 Agustus 2021 14:49 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Jefry Albari Tribowo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Belakangan ini sedang tren diperbincangkan mengenai dampak dari Vitamin D terhadap tubuh manusia. Memang tidak bisa dipungkiri fungsi dari Vitamin D ada banyak sekali ke tubuh, mulai dari ke tulang, sistem imun, bahkan pada organ reproduksi pria.
ADVERTISEMENT
Vitamin D dengan kadar yang cukup akan membantu menjaga kadar hormon testosteron yang optimal, jumlah konsentrasi sperma yang lebih baik, dan meningkatkan angka kelahiran. Hal ini dikarenakan testis memiliki reseptor dari Vitamin D, sehingga kadar Vitamin D yang normal diperlukan untuk bisa bekerja secara optimal.
Penelitian terkait COVID-19 dan Vitamin D sendiri sekarang cukup sering dilakukan, di mana hasilnya menunjukkan bahwa kadar vitamin D yang rendah berkaitan dengan risiko perburukan saat terinfeksi COVID-19.
Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah kita memerlukan suplementasi Vitamin D? Jawabannya adalah, segera lakukan pemeriksaan kadar vitamin D dalam darah terlebih dahulu. Jika ternyata hasilnya menunjukkan kadar kita rendah, maka kita sangat memerlukan suplementasi tersebut.
Betul dengan rutin berjemur, mengonsumsi ikan dan susu, dapat membantu membantu meningkatkan Vitamin D pada tubuh kita secara alamiah. Namun, hal tersebut tidak menjamin kadar Vitamin D pada tubuh kita sudah normal. Bahkan, data menunjukkan angka kejadian kekurangan vitamin D bukan hanya ditemukan pada negara-negara yang beriklim dingin, namun juga pada yang beriklim panas.
ADVERTISEMENT
Hal ini dikarenakan ada banyak faktor yang bisa mengakibatkan kurangnya Vitamin D pada tubuh kita. Mulai dari gaya hidup sehari-hari yang membuat kita menjadi jarang terpapar sinar matahari, penyerapan usus yang terganggu, obesitas, dan beberapa penyakit juga obat-obat tertentu yang menurunkan kadar Vitamin D.
Pemeriksaan Vitamin D yang dianjurkan sendiri adalah yang memeriksa kadar Vitamin D 25-OH. Adapun untuk interpretasi kadar Vitamin D, adalah sebagai berikut (perhatikan satuan yang digunakkan setiap laboratorium, dalam tulisan ini saya menggunakan satuan ng/mL):
• < 10 ng/mL : kekurangan,
• 10–30 ng/mL : tidak cukup,
• 30–100 ng/mL : normal,
• > 100 ng/mL : berlebihan.
Berapa banyak jumlah dosis suplementasi Vitamin D akan bergantung pada kondisi individu tertentu dan kadar Vitamin D dalam darahnya. Sehingga akan sangat lebih bijak jika kita mengkonsultasikan hasil laboratorium tersebut dengan dokter yang memahami agar mendapatkan terapi yang optimal.
ADVERTISEMENT
Dan yang perlu lebih diperhatikan lagi adalah monitor pemberian suplementasi dan bagaimana kadar Vitamin D dalam jangka panjang. Idealnya kita bisa memeriksa kadar Vitamin D setiap 2-3 bulan agar mendapatkan data yang akurat dan kita bisa mengoptimalkannya.
Dengan kadar vitamin D dalam tubuh yang optimal, maka harapannya diri kita bisa menjadi jauh lebih sehat dan lebih baik lagi, terlebih di masa pandemi sekarang ini.