Konten dari Pengguna

10 Jenis Baju Adat Betawi dan Fungsinya

Jendela Dunia
Menyajikan informasi untuk menginspirasi dan menambah wawasan pembaca
11 Mei 2024 16:24 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jendela Dunia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Baju Adat Betawi. Foto: unsplash/Afif Ramdhasuma
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Baju Adat Betawi. Foto: unsplash/Afif Ramdhasuma
ADVERTISEMENT
Baju adat Betawi tidak hanya sekadar pakaian tradisional, namun juga merupakan cerminan dari sejarah dan kekayaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Betawi. Dipengaruhi oleh berbagai unsur etnis yang menetap di wilayah Jakarta.
ADVERTISEMENT
Pakaian adat sangat bernilai dalam budaya. Setiap suku di Indonesia memiliki pakaian adat yang unik, termasuk suku Betawi dikutip dari Suku Betawi sipadu.isi-ska.ac.id.

Sejarah Baju Adat Betawi

Ilustrasi Baju Adat Betawi. Foto: unsplash/Uray Zulfikar
Asal mula baju adat Betawi dapat ditelusuri hingga ke sejarah panjang Jakarta, yang sejak dulu telah menjadi pusat perdagangan dan pertemuan berbagai etnis.
Pakaian tradisional DKI Jakarta memegang peranan penting dalam menggambarkan keragaman budaya yang ada di wilayah tersebut.
Seiring dengan perjalanan waktu, pakaian tradisional Betawi mengalami perkembangan yang sejalan dengan interaksi antar etnis yang kaya dan beragam.
Pengaruh dari berbagai kebudayaan yang berakar di tanah Betawi, seperti budaya Tionghoa, Arab, Melayu, dan Jawa, dapat dengan jelas terlihat dalam desain dan motif pakaian tradisional Betawi.
ADVERTISEMENT
Misalnya, kehadiran motif batik atau songket yang khas, yang tidak hanya mengandung nilai estetika tinggi tetapi juga memiliki makna simbolis yang dalam, sering kali menggambarkan cerita-cerita lokal dan nilai-nilai kearifan tradisional yang berharga.
Begitu pula dengan pemilihan warna-warna cerah yang menjadi ciri khas pakaian tradisional DKI Jakarta, yang tidak hanya mencerminkan keceriaan dan semangat hidup masyarakat Betawi, tetapi juga menunjukkan kekayaan alam dan lingkungan sekitarnya.
Dengan demikian, pakaian tradisional DKI Jakarta tidak hanya merupakan produk budaya semata, tetapi juga menjadi bukti nyata dari pluralitas budaya yang kaya dan harmoni yang terjalin di ibu kota Indonesia.
Melalui pakaian tradisional ini, kita dapat melihat bagaimana berbagai etnis dan budaya yang berbeda-beda dapat hidup berdampingan secara damai dan saling memperkaya satu sama lainnya.
ADVERTISEMENT
Sebagai warisan budaya yang berharga, pakaian tradisional DKI Jakarta mengajarkan kita untuk menghargai dan merayakan keberagaman sebagai salah satu kekayaan terbesar bangsa ini.

10 Jenis-Jenis Baju Adat Betawi

Ilustrasi Baju Adat Betawi. Foto: unsplash/Adrian Pranata
Di bawah ini, beberapa jenis baju adat Betawi yang memiliki keunikannya masing-masing, yang penting untuk dipahami agar dapat memahami lebih dalam tentang warisan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Betawi:

1. Kebaya Encim

Kebaya Encim, pakaian adat Betawi yang populer di kalangan wanita dari berbagai usia, kerap digunakan dalam berbagai acara seperti Pekan Raya Jakarta, seragam karyawan, hingga upacara adat.
Dahulu, kebaya ini terbuat dari kain lace atau brokat Eropa yang dipadukan dengan bordiran lokal, menciptakan kesan yang elegan.
Namun, teknologi kini telah memodifikasi pembuatan bordiran, meskipun dengan hasil yang sedikit berbeda dari kerancang tradisional.
ADVERTISEMENT
Model kebaya ini memiliki variasi seperti leher V dan lengan yang melebar, dengan bahan yang kini juga termasuk brokat, sutra, dan lainnya.
Dipadukan dengan beragam model sarung, kebaya ini menawarkan kombinasi yang klasik namun tetap modern.
Awalnya tanpa selendang, namun sekarang penambahan selendang telah menjadi modifikasi yang umum, memberikan kesan yang lebih formal.
Gaya rambut biasanya dihias dengan sanggul dan kerudung, dengan variasi untuk wanita berhijab.
Perhiasan seperti anting-anting, gelang, dan kalung menjadi tambahan untuk menambah keanggunan, dengan penekanan pada keserasian antara pakaian dan aksesoris.
Penampilan ini melambangkan kehormatan, kecantikan, dan tradisi yang dijunjung tinggi dalam budaya Betawi.

2. Baju Sadaria

Pakaian tradisional Betawi untuk pria, Baju Sadaria sering dipadukan dengan Kebaya Encim dalam berbagai acara, seperti festival Abang None dan Pekan Raya Jakarta.
ADVERTISEMENT
Penampilannya yang sederhana namun klasik tentu akrab bagi banyak orang. Baju Sadaria ini memiliki bentuk seperti baju taqwa atau baju koko dengan kerah Shanghai setinggi 3-4 cm.
Biasanya berwarna putih dan berlengan panjang, terinspirasi oleh tradisi pakaian para lelaki Tiongkok.
Terbuat dari kain katun atau kadang-kadang dari sutra atau linen alam, dengan kancing dari atas ke bawah dan saku di sisi kanan dan kiri bagian bawahnya. Terkadang, kerah bagian tengah atau sisi kanan kiri diberi bordiran, dengan berbagai bahan seperti katun atau sutra alam.
Baju Sadaria dipadukan dengan dua pilihan celana, yaitu celana bahan panjang gelap atau celana panjang komprang dengan motif batik.
Pilihan celana memengaruhi jenis alas kaki yang cocok digunakan, seperti sepatu pantofel untuk celana panjang gelap atau sandal terompah untuk celana panjang batik.
ADVERTISEMENT
Sebagai pelengkap, pria Betawi menggunakan kopiah hitam polos dan kain sarung (cukin) yang digantungkan di leher. Cukin dapat digunakan sebagai sarung atau sajadah, atau sebagai senjata pelindung.
Baju Sadaria umumnya dipakai dalam berbagai kesempatan, termasuk acara adat, turisme, menyambut tamu istimewa, dan peringatan hari besar.
Meskipun tanpa filosofi khusus, pakaian ini mencerminkan identitas pemakainya sebagai pria yang rendah hati, sopan, dan memiliki wibawa.

3. Pangsi Betawi

Pakaian tradisional Betawi yang dikenal sebagai Baju Pangsi sering dipakai oleh jawara Betawi atau pendekar. Terdiri dari Baju Tikim dan Celana Pangsi, namun belakangan lebih dikenal sebagai Baju Pangsi saja.
Baju Pangsi memiliki leher bulat dan lengan panjang, dengan ukuran longgar dibandingkan tubuh pemakainya.
Awalnya tanpa kancing, namun sekarang biasanya menggunakan kancing. Kaos putih polos sering dipakai sebagai lapisan dalam Baju Pangsi.
ADVERTISEMENT
Celana Pangsi adalah celana panjang agak longgar, disesuaikan dengan warna baju yang digunakan. Dulunya, digunakan dalam kegiatan sehari-hari, namun kini lebih sering dipakai oleh jawara, pendekar, dan petani Betawi.
Di pinggang terdapat ikat pinggang yang lebar, dan di leher terdapat kain sarung yang memiliki berbagai fungsi, seperti untuk sholat atau sebagai senjata saat duel.
Warna Baju Pangsi bermakna khusus, misalnya putih atau krem untuk jago silat yang juga pemuka agama, hitam untuk para centeng, dan merah untuk mereka yang memiliki kemampuan silat dan ilmu agama yang tinggi.
Warna atribut seperti peci juga memiliki makna sosial, dengan peci merah menunjukkan orang yang diakui masyarakat sebagai ahli atau berpengalaman.
Peci merah bersama Baju Pangsi merah adalah pakaian yang sangat sakral dan hanya digunakan oleh orang-orang tertentu, kecuali untuk keperluan seni.
ADVERTISEMENT

4. Celana Kain dengan Motif Batik

Sama seperti namanya, celana ini dirancang khusus untuk pria dan dihiasi dengan motif batik yang cocok dipadankan dengan Baju Sadariah.
Modelnya mirip dengan celana kolor biasa, dengan panjang hingga selutut dan pinggang yang elastis. Celana ini sering dipakai dalam kegiatan sehari-hari oleh masyarakat pria Betawi, bahkan hingga saat ini.
Dengan motif batik yang mencolok, celana ini tersedia dalam berbagai warna yang mencolok dan menonjol.
Tidak hanya untuk penggunaan sehari-hari, celana motif batik ini juga sering dipasangkan dengan atasan pakaian adat.

5. Selendang dan Sorban

Selendang dan sorban juga merupakan bagian khas dari pakaian adat Betawi untuk pria.Selendang atau sorban ini adalah sejenis kain yang dilipat dan dipasang di leher atau diposisikan di atas pundak.
ADVERTISEMENT
Untuk perempuan, selendang dengan beragam warna juga menjadi fitur menonjol yang memberikan sentuhan unik pada pakaian adat Betawi.
Umumnya, selendang akan diikat di kepala wanita dan dipadukan dengan kebaya serta rok atau celana panjang.

6. Aksesoris Kopiah dan Ikat Pinggang

Untuk menyempurnakan, atribut tambahan seperti kopiah dan ikat pinggang juga penting untuk menambah keunikannya pada pakaian adat Betawi bagi pria.
Kehadiran atribut ini memperkuat identitas "Betawi" pada penampilan.Sehari-hari, banyak pria Betawi yang memakai peci atau kopiah.
Biasanya, peci tersebut terbuat dari beludru dengan warna merah atau hitam.

7. Pakaian Bangsawan Ujung Serong

Pakaian tradisional Betawi yang dikenal sebagai Baju Ujung Serong memiliki ciri khas tertentu.
Disebut "Serong" karena kain di dalam jas biasanya sedikit terlihat keluar, sekitar 8 cm, dan dipotong secara serong.Awalnya, pakaian jenis ini sering dipakai oleh bangsawan dan demang Betawi.
ADVERTISEMENT
Namun, saat ini, Baju Ujung Serong lebih sering dikenakan oleh Pegawai Negeri Sipil di Provinsi DKI Jakarta, terutama untuk acara khusus. Pakaian ini terdiri dari kemeja putih, kain batik, jas berwarna gelap, dan celana yang serasi dengan jas.

8. Pakaian Pengantin Pria dan Wanita

Pakaian tradisional Betawi yang digunakan dalam upacara pernikahan tidak dapat dianggap enteng. Masyarakat Betawi tetap memelihara kebudayaan mereka dengan penuh kesungguhan, terutama dalam hal pakaian adat.
Dalam perayaan pernikahan, kekhasan pakaian adat Betawi masih sangat dijunjung tinggi. Tidak mengherankan jika mereka memiliki pakaian yang secara khusus dipersiapkan untuk momen tersebut.
Pria pengantin Betawi mengenakan kostum yang disebut "dandanan care haji", yang terdiri dari jubah panjang dan penutup kepala merah yang khas.
Sementara bagi wanita pengantin, mereka mengenakan pakaian yang disebut "rias besar dandanan care none pengantin cine", yang mencakup blus gaya Cina dipadukan dengan rok panjang bergaya duyung.
ADVERTISEMENT

9. Baju Kurung

Baju Kurung, sebuah busana dengan akar budaya Melayu, sering dipakai oleh wanita Betawi dalam aktivitas sehari-hari.
Desainnya cenderung longgar dan tidak menonjolkan bentuk tubuh.Panjang lengan bisa bervariasi, dari yang sepanjang siku hingga menutupi seluruh lengan.
Umumnya dipilih warna-warna cerah.Seiring berjalannya waktu, Baju Kurung mengalami penyesuaian.
Beberapa orang menambahkan hiasan sulaman atau bordiran, sementara yang lain memperbarui dengan penambahan saku di bagian depan.

10. Ikat Pinggang Betawi

Ketika berbicara tentang pakaian adat Betawi, salah satu aksesori yang tak boleh dilupakan adalah ikat pinggang.
Berbeda dengan ikat pinggang biasa, ikat pinggang Betawi seringkali berwarna hijau dan dihiasi dengan sulaman atau bordir yang rumit. Selain itu, ikat pinggang Betawi juga menggunakan benang emas atau warna-warna cerah yang mencolok.
ADVERTISEMENT
Itulah beberapa ragam pakaian adat dari DKI Jakarta yang perlu dipahami.
Jika ingin pakaian-pakaian ini dilestarikan dan dikenakan oleh anak-anak dan cucu-cucu kelak, pastikan untuk turut serta dalam usaha pelestariannya.
Melalui pemahaman dan penghormatan terhadap baju adat Betawi, pembaca dapat terus menghargai keberagaman budaya Indonesia serta memperkokoh jati diri dan persatuan sebagai bangsa.(ATK)