Konten dari Pengguna

Bayon Kamboja: Sejarah dan Arsitektur Kuil yang Menakjubkan

Jendela Dunia
Menyajikan informasi untuk menginspirasi dan menambah wawasan pembaca
14 Juli 2024 2:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jendela Dunia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bayon Kamboja. Sumber: Unsplash/Angkor Feel
zoom-in-whitePerbesar
Bayon Kamboja. Sumber: Unsplash/Angkor Feel
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bayon Kamboja merupakan salah satu kuil yang dibangun pada abad ke-12 oleh Raja Jayavarman VII. Lokasinya berada di dalam kompleks Angkor Thom, Kamboja.
ADVERTISEMENT
Kuil ini dikenal dengan desain gotik pada 54 menaranya dan dihiasi oleh 216 wajah besar Avalokiteshvara yang tersenyum. Selain itu, kuil ini memiliki hamparan relief bas yang luar biasa sepanjang 1.2 kilometer dengan lebih dari 11.000 figur terukir yang menceritakan berbagai aspek kehidupan.
Dari segi arsitektur, Bayon merupakan pernyataan politik yang kuat mengenai transisi kepercayaan dari Hinduisme ke Buddhisme Mahayana.

Kuil Bayon Kamboja dan Arsitekturnya yang Luar Biasa

Bayon Kamboja. Sumber: Unsplash/Angkor Feel
Tingkat teratas Bayon telah diproses restorasi dan sempat tidak dibuka untuk umum hingga tahun 2022. Namun, tingkat bawahnya, tempat relief bas yang epik berada, selalu terbuka untuk pengunjung. Kuil ini paling ideal dikunjungi pada pagi atau sore hari karena orientasi bangunan mengarah ke timur.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari lonelyplanet.com, selama bertahun-tahun, asal usul Bayon Kamboja tidak diketahui dan lokasinya ditemukan tersembunyi di dalam hutan lebat. Diketahui belakangan bahwa kuil ini berdiri tepat di pusat kota Angkor Thom.
Meski banyak misteri yang masih menyelimuti Bayon, seperti fungsi dan simbolisme sebenarnya, kehadiran wajah-wajah tersenyum yang menjadi ciri khasnya menambah aura misterius kuil ini.
Dari kejauhan, Bayon bisa jadi tampak seperti tumpukan puing. Keajaiban arsitekturnya baru bisa dilihat jika sudah mendaki hingga tingkat ketiga.
Strukturnya dibagi menjadi tiga tingkat yang masing-masing menandai fase pembangunan yang berbeda. Raja Jayavarman VII memulai pembangunan kuil ini pada usia lanjut, sehingga sempat ragu apakah ia akan melihat kuil ini selesai. Setiap fase selesai, ia langsung memulai fase berikutnya.
ADVERTISEMENT
Bayon juga memiliki keunikan pada relief dinding luar tingkat pertama yang menggambarkan kehidupan sehari-hari di Kamboja abad ke-12. Relief tingkat kedua lebih kecil dan terfragmentasi.
Berbagai adegan dalam relief ini, mulai dari pertempuran laut hingga kehidupan sehari-hari di sekitar danau Tonlé Sap, menggambarkan dinamika sosial dan budaya saat itu. Pengunjung akan dapat melihat pertandingan catur, sabung ayam, dan penjualan ikan di pasar.
Salah satu panel yang paling menarik adalah yang menggambarkan prosesi militer yang masih belum selesai. Panel ini menunjukkan gajah yang sedang didorong turun dari gunung dan para brahmana yang dikejar oleh harimau. Panel lain menampilkan perang saudara dengan detail adegan pertempuran yang cukup intens.
ADVERTISEMENT
Bayon Kamboja tidak hanya merupakan monumen arsitektur dan seni, tetapi juga cerminan dari visi politik dan budaya yang ingin disampaikan oleh Jayavarman VII. Hal ini mencerminkan kontrol dan kekuasaan yang diimbangi dengan sisi kemanusiaan melalui senyum pada wajah-wajah yang diukir di setiap sudutnya. (CR)