Kisah Pembalap yang Sukses di Ajang Lain Namun Gagal di Formula 1

Jerzy William Komul
Student Bina Nusantara University - Mass Communication Motorsport, football, music, and movie enthusiast
Konten dari Pengguna
6 Februari 2022 11:07 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jerzy William Komul tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Formula 1 bagian belakang mengeluarkan kembang api percikan api. Foto: thesportsrush.com
zoom-in-whitePerbesar
Formula 1 bagian belakang mengeluarkan kembang api percikan api. Foto: thesportsrush.com
ADVERTISEMENT
Menjadi pembalap formula 1 merupakan hal yang luar biasa sulit untuk dicapai. Untuk bisa berkompetisi di Formula 1, para pembalap harus mahir di balik kemudi, memiliki determinasi yang tinggi, dan mentalitas yang kuat.
ADVERTISEMENT
Ada banyak cara yang dilakukan oleh tim-tim di Formula 1 untuk merekrut seorang pembalap. Salah satunya adalah dengan merekrut pembalap yang telah meraih kesuksesan di ajang balap lain seperti karting, Formula 3, F3000, DTM, dan Indycar. Namun kesuksesan di ajang balap lain bukanlah menjadi jaminan bahwa seorang pembalap akan meraih kesuksesan di Formula 1.
Berikut adalah kisah dua orang pembalap yang sukses di ajang lain namun gagal bersinar saat berlaga di Formula 1:
Alessandro Zanardi
Alessandro Zanardi memulai karirnya di ajang karting pada usia 13 tahun. Setelah 9 tahun di ajang karting, pria asal Italia tersebut memulai debutnya di ajang balap mobil pada kejuaraan formula 3 dimana ia berhasil menjuarai musim 1990. Dengan keberhasilan ini, Zanardi pun naik kelas ke kejuaraan F3000 di tahun 1991 dimana ia berhasil memenangi balapan pertamanya dan akhirnya menyelesaikan musim di peringkat kedua.
ADVERTISEMENT
Keberhasilannya menjadi runner-up di musim pertamanya di F3000, berhasil membuat Zanardi di rekrut oleh tim Jordan F1 untuk mengendarai mobil mereka pada 3 balapan di akhir musim 1991 namun ia gagal untuk meraih poin.
Pada musim 1992 pindah ke tim Minardi dan kembali gagal untuk meraih satupun poin. Ada sebuah peningkatan saat ia pindah ke tim Lotus pada musim 1993 dimana Zanardi berhasil mengumpulkan 1 poin. Namun penampilannya lebih buruk dibandingkan rekan setimnya saat itu, Johnny Herbert, yang berhasil meraih 11 poin. Musim1994 kembali berakhir menyedihkan karena Zanardi kembali gagal meraih poin. Banyak orang menilai bahwa gaya balap Zanardi tidak cocok dengan karakteristik mobil Formula 1. Di akhir musim, tim Lotus mengalami kebangkrutan dan meninggalkan Zanardi tanpa kursi di Formula 1.
ADVERTISEMENT
Setelah memutuskan tidak mengikuti kejuaran balap secara semusim penuh pada tahun 1995, Zanardi memutuskan untuk pindah ke ajang Indycar pada tahun 1996. Keputusan ini berbuah manis bagi dirinya. Zanardi berhasil memenangi 15 balapan dan menjuarai musim 1997 dan 1998.
Performanya di Indycar membuat tim Williams F1 memberikan kesempatan kedua untuk berkompetisi di Formula 1 pada musim 1999. Namun lagi-lagi Zanardi gagal untuk bersinar. Zanardi kembali gagal meraih poin dan di depak oleh tim Williams pada akhir musim.
Hidup Zanardi berubah total pada tahun 2001. Saat itu ia mengalami kecelakaan parah yang mengakibatkan kedua kakinya harus di amputasi. Sejak saat itu Zanardi harus mengubur mimpinya untuk kembali berlaga di Formula 1.
ADVERTISEMENT
Paul Di Resta
Paul Di Resta memulai karirnya balapnya di ajang karting di usia 12 tahun pada tahun 1999. Ia menghabiskan 4 tahun berkompetisi di ajang karting dan memiliki prestasi sebagai juara nasional Inggris pada tahun 2001. Di tahun 2003 sampai 2004, Di Resta naik kelas ke ajang Formula Renault dimana ia berhasil finis di peringkat 3 pada tahun 2004.
Pada tahun 2005 Di Resta naik kelas ke ajang Formula 3 Eropa. Di tahun pertamanya, ia berhasil meraih 1 podium dan menempati urutan ke-10 klasmen akhir. Di tahun 2006, Di Resta berhasil menjadi kampiun di ajang Formula 3 Eropa dan meraih 5 kemenangan.
Setelah meraih kesuksesan di ajang Formula 3, Di Resta memutuskan untuk mengikuti ajang DTM yang merupakan kejuaran touring car paling bergengsi di dunia. Selama 4 musim Di Resta meraih 8 kemenangan dan menjadi kampiun di musim 2010. Penampilannya di ajang DTM membuatnya di rekrut oleh tim Force India untuk berlaga di Formula 1.
ADVERTISEMENT
Di Resta memulai debutnya di Formula 1 pada tahun 2011. Di Resta hanya mampu menempati peringlat 13 klasmen akhir. 4 peringkat di bawah rekan setimnya Adrian Sutil. Pada musim 2012, Di Resta menyelesaikan musim di posisi yang lebih buruk dari musim sebelumnya dimana ia hanya mampu menempati urutan ke-14 klasmen akhir.
Walau demikian, tim Force India tetap memperpanjang kontraknya untuk musim 2013 dengan catatan Di Resta harus mampu mengakhiri musim di posisi sepuluh besar. Namun Di Resta gagal memenuhi ekspetasi tim dan hanya menempati urutan 12 klasmen akhir. Banyak yang menilai bahwa Di Resta tidak dapat tampil dengan baik saat berada di bawah tekanan
Di Resta pun di depak dari tim Force India dan memutuskan kembali ke ajang DTM dan menjadi penguji di tim Williams. Di tahun 2017, ia mendapat kesempatan langka untuk menjadi pembalap pengganti di tim Williams saat Felipe Massa harus absen di GP Hongaria. Tetapi sejak saat itu Di Resta tak pernah lagi menjadi pembalap tetap di Formula 1.
ADVERTISEMENT