Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Mendikbud: Jangan Sebut 8 Jam Belajar sebagai Full Day School
14 Juni 2017 17:54 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
ADVERTISEMENT
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) segera mengimplementasikan program penguatan karakter siswa melaui program belajar 8 jam di sekolah. Kebijakan itu akan dimulai pada tahun ajaran 2017/2018 mendatang. Banyak kalangan menyebut program tersebut sebagai full day school .
ADVERTISEMENT
Namun ternyata istilah itu mendapat tanggapan dari pembuat kebijakan. Mendikbud Muhadjir Effendi meminta kepada seluruh pihak untuk tidak menggunakan istilah full day school pada program 8 jam belajar. Sebab menurutnya program 8 jam belajar di sekolah berbeda dengan program full day school.
[Baca juga: MUI Setuju Program Full Day School ]
"Mohon teman-teman media dan masyarakat untuk tidak menggunakan istilah full day school pada program kami. Karena (full day school) berbeda dari program kami," ujar Muhadjir saat ditemui di kantor pusat MUI, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (14/6).
Dia mengungkapkan bahwa rentang belajar selama 8 jam di sekolah bukan merupakan kegiatan full day school. Selama 8 jam itu akan ada penambahan program kokurikuler dan ekstrakulikuler, di luar program intrakulikuler.
ADVERTISEMENT
"Program tambahan ini adalah program kokurikuler dan ekstrakurikuler, jadi penunjang dari intrakurikuler. Sehingga penunjang belajar di sekolah untuk penguatan karakter," ungkap dia.
[Baca juga: Full Day School Cegah Guru Nyambi Jadi Tukang Ojek ]
"Rentang yang dimanfaatkan adalah 8 jam belajar itu jangan dibayangkan full day," tegas Muhadjir.
Program tambahan yang termasuk ke dalam program penguatan karakter siswa ini bersifat pilihan. Artinya, sekolah-sekolah bebas melakukan kegiatan apapun sesuai dengan potensi sekolah, siswa dan daerah tersebut.
"Jadi kalau siswa, kondisi sekolah, hingga kondisi daerah itu. Di Madrasah Diniyah, maka ditekankan di sekolah itu tentang agama, tapi kalau di daerah lain lebih kesenian, maka akan ditekankan di kesenian. Terserah nanti, akan kita lihat bagaimana kondisi dari luar sekolah yang akan jadi sumber belajar itu," kata Muhadjir.
ADVERTISEMENT