Konten dari Pengguna

Gula: Teman atau Lawan untuk Anak

Jocelyn Dharma
Saya adalah seorang mahasiswa di Penabur International Kelapa Gading, Jakarta Utara. Saya sekarang di kelas 12 atau SMA 3 dan akan lulus tahun depan.
27 November 2024 16:56 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jocelyn Dharma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber photo: Sendiri
zoom-in-whitePerbesar
Sumber photo: Sendiri
ADVERTISEMENT
Penyakit gula atau yang disebut dengan diabetes sedang mengalami jumlah peningkatan kasus pada anak. Penyakit ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Tidak hanya terjadi di kota besar, namun kasusnya terjadi di berbagai pelosok Indonesia. Seperti yang kita ketahui bahwa terdapat dua tipe diabetes yaitu diabetes tipe 1 yang disebabkan oleh keturunan penyakit diabetes yang diderita keluarga dan diabetes tipe 2 karena pola hidup yang kurang sehat. Ada banyak makanan dan minuman yang menyebabkan diabetes, salah satu yang paling sering dikonsumsi adalah minuman tinggi gula yang banyak dijual di mall dan juga pinggir jalan seperti minuman teh kekinian dan minuman yang mengandung pemanis buatan dalam kemasan. Para dokter pun sudah mengingatkan bahaya minuman manis pada kesehatan yang dapat berujung diabetes. Faktanya, jumlah gula yang seharusnya dikonsumsi remaja adalah 25 gram sehari atau setara dengan 6 sendok teh. Namun demikian, walaupun kandungan gula sudah dicantumkan pada label kemasan, masih banyak konsumen yang tidak peduli untuk mengecek jumlah gula yang terkandung pada minuman itu, sehingga konsumen tetap mengkonsumsi minuman tersebut.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Antaranews, ditemukan kasus yang terjadi pada anak bernama Anindya yang berusia sebelas tahun. Ia mengaku sudah sering mengonsumsi minuman manis karena mudah didapatkan di sekolah hanya dengan harga Rp1.000, dan ia berkata bahwa hal itu tidak dilarang oleh orang tuanya. Dari kisah Anindya, dapat kita simpulkan bahwa angka kesadaran orang tua untuk melarang dan mengawasi anaknya untuk mengonsumsi minuman manis masih rendah. Tidak heran jika angka penderita diabetes pada anak masih tinggi di Indonesia. Jumlah kasus diabetes pada anak meningkat hingga 70 kali lipat yang dikutip dari IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia). Tercatat ada 1645 anak mengalami diabetes di Indonesia pada tahun 2023. Kasus peningkatan diabetes ini sebenarnya bukan hal yang mudah untuk diselesaikan. Pemerintah seharusnya lebih tegas dalam membuat aturan tentang batasan konsumsi gula pada masyarakat dan penyuluhan kesehatan tentang bahaya penyakit diabetes. Tidak hanya pemerintah yang harus tegas dalam membuat aturan, tetapi orang tua dan sekolah pun harus mengawasi anak-anaknya. Oleh karena itu, orang tua harus membiasakan anak-anak mereka untuk tidak minum minuman manis dan juga memotivasi mereka untuk berolahraga dan minum air putih.
ADVERTISEMENT
Sekolah seharusnya menerapkan aturan penjualan minuman manis karena murid biasanya akan tergoda dengan minuman tersebut dikarenakan rasanya yang enak. Seharusnya, sekolah bisa melakukan upaya untuk anak-anak menjalani hidup lebih sehat seperti melalui kantin sekolah yang menjual makanan sehat, melakukan olahraga secara teratur, mengedukasikan anak akan bahaya minuman dan makanan manis, dan yang paling penting adalah guru dan orang tua harus bekerja sama untuk selalu mengingatkan anak-anak mereka akan bahaya tersebut.
Minuman manis (Photo sendiri)
Penulis juga merupakan orang yang sangat mementingkan kesehatan. Ketika sedang jajan di luar, penulis selalu memesan teh tawar atau air putih saja. Penulis juga jarang makan kue, es krim, makanan cepat saji, atau apapun yang mengandung banyak gula. Tidak hanya itu, keluarga penulis selalu mengecek gula darah, olahraga seperti jalan sore atau gym secara rutin untuk mencegah penyakit diabetes.
ADVERTISEMENT
Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegah diabetes pada remaja seperti rutin berolahraga, menjaga pola makan yang sehat, mengecek gula darah secara rutin, mengelola stres, mengurangi minuman atau makanan manis lainnya. Setiap keluarga bisa mengimplementasikan hidup sehat dengan cara olahraga bersama, makan buah dan sayur, membiasakan anak-anak untuk tidak dibelikan minuman manis yang dijual di mal atau supermarket. Tidak hanya mengkonsumsi makanan dan minuman manis tapi juga mengurangi makanan saji cepat dan minum alkohol. Cara-cara lain seperti makan pelan-pelan, tidak atau stop merokok, mengurangi berat badan, konsumsi lebih banyak fiber dan banyak cara lain yang bisa bantu mengurangi resiko kena diabetes.
Berolahraga pagi dengan kelaurga (Photo teman)
Pemerintah juga dapat melakukan beberapa tindakan untuk mengurangi minuman dan makanan yang tidak sehat. Beberapa cara yang sudah diimplementasikan di negara lain seperti Singapura dan Inggris. Pemerintah Singapura menetapkan aturan ketat untuk mengkonsumsi gula harian karena kasus diabetes yang meningkat. Untuk mengurangi kasus diabetes yang terjadi di Singapura, pemerintah membatasi minuman dan makanan yang mengandung gula menggunakan indikator dari A sampai D yang sudah diinformasikan menggunakan persentase gula yang ada di setiap kemasan. Mereka harus membeli makanan dan minuman yang mengandung banyak nutrisi; tidak banyak mengandung gula atau makanan cepat saji. Dengan cara tersebut, pemerintah juga bisa mengawasi orang tua dan anak-anaknya konsumsi makanannya. Oleh sebab itu, pemerintah berhasil menurunkan jumlah kasus penderita diabetes yang terjadi di Singapura. Berbeda halnya dengan di Inggris, pemerintah memberikan istilah “fat tax”, pajak ini berlaku untuk minuman dan makanan yang dapat meningkatkan risiko obesitas seperti minuman dan makanan manis. Dengan cara ini, makanan dan minuman tersebut menjadi lebih mahal dan membuat orang tidak ingin membelinya.
ADVERTISEMENT
Dengan melihat bagaimana negara lain yang sangat serius dalam menangani kasus diabetes yang terjadi, semoga pemerintah dapat mencontoh kebijakan yang dilakukan negara tersebut untuk mengurangi kasus diabetes yang terjadi di Indonesia.