Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Benarkah Konsep 'Tuhan adalah Alam Semesta itu sendiri' jika didasarkan pada logika belaka ?
23 Februari 2018 16:33 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
Tulisan dari Jocelyn Williams tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada artikel kali ini saya ingin mengemukakan mengenai pendapat saya pribadi tentang konsep Ke-Tuhanan. Saya tidak ingin anda sebagai para pembaca kemudian mengubah sudut pandang, cara berpikir, dan bahkan kepercayaan Iman anda kepada Tuhan Semesta Alam yang selama ini anda anut hanya karena membaca artikel saya ini. Dikesempatan ini saya ingin mengajak anda sejenak untuk berpikir secara logis guna menilai apakah premis yang saya tulis tersebut bisa di anggap benar atau tidak. Dan di akhir saya akan memberikan kesempatan berkomentar kepada anda guna menanggapi mengenai apa yang saya tulis.
ADVERTISEMENT
Pertama-tama seperti yang telah ditulis diawal, saya akan memulainya dengan mebuat sebuah premis yang berbunyi “Tuhan adalah Alam Semesta itu sendiri.”
Diawal artikel ini saya ingin menjelaskan bahwa konsep premis tersebut sangat tidaklah sama dengan Konsep Atheisme. Bagaimana titik perbedaannya ? Jika pada konsep Komunisme, seseorang yang menganut paham ini akan berpandangan bahwa keberadaan Tuhan dan Dewa-Dewi itu tidaklah ada sehingga pada akhirnya mereka tersebut tidak akan percaya lagi terhadap “Keberadaan Tuhan” itu sendiri. Hal itu sama seperti dengan pandangan dari Stephen Hawking yang merupakan seorang ilmuwan fisika dan penganut paham Atheisme. Berikut pandangan dari salah seorang ilmuwan fisika yang juga menganut paham Atheisme, Stephen Hawking, beliau mengatakan jika sesungguhnya seluruh alam semesta ini terjadi dengan sendirinya tanpa ada dari campur tangan Tuhan sedikitpun melainkan terbentuk dari peristiwa fisika yang terjadi secara alamiah karena hukum gravitasi, alam semesta dapat tercipta dengan sendirinya. Jika anda mencermati pandangan dari Stephen Hawking tersebut dapat kita lihat perbedaan yang sangat mencolok dengan isi Premis saya diatas.
ADVERTISEMENT
Jika Hawking berpendapat bahwa alam semesta terjadi dengan sendirinya tanpa ada campur tangan Tuhan, maka saya akan mengatakan sebaliknya. Saya akan mengatakan bagaimana jika sebetulnya alam semesta yang ada ini adalah Tuhan itu sendiri. Tentunya premis atau pandangan yang saya sebutkan tersebut masih perlu bukti yang kuat agar bisa di terima.
Baiklah di bagian ini saya akan menuliskan alasan-alasan mengapa saya berani membuat premis tersebut meskipun buktinya tidak berdasarkan sains melainkan berdasarkan hasil pemikiran, pengamatan secara tidak langsung dan bahkan pemberitaan-pemberitaan media mengenai eksplorasi manusia terhadap alam semesta.
Pertama-tama saya mengungkapkan pandangan saya bahwa baik Alam Semesta maupun Tuhan itu tidak dibatasi oleh batas ruang dan waktu seperti halnya manusia. Mungkin kalian akan menyanggah hal itu tidak berlaku demikian buktinya bumi ini ataupun Matahari yang kita miliki ini suatu saat akan habis energinya atau mati sedangkan bukannya Tuhan itu kekal dan abadi. Menurut saya, betul jika Tuhan itu kekal dan abadi namun untuk permasalahan bumi dan matahari atau bahkan galaksi bimasakti itu beda. Mungkin saja jika suatu saat Galaksi Bimasakti, bumi dan bahkan matahari akan habis energinya namun hal tersebut tidak berlaku dengan Alam Semesta itu sendiri sebab Alam Semesta itu sendiri terdiri dari 200 milliar galaksi. Jadi meskipun Bumi atau bahkan Matahari kita ini akan habis atau mati pada masanya namun tidak berlaku bagi keberadaan seluruh alam semesta ini. Jadi baik sama-sama Tuhan maupun Alam Semesta hukum ruang dan waktu yang berlaku bagi manusia tidaklah berlaku bagi mereka.
Kedua, manusia tidak akan mampu dan tidak akan pernah bisa menjelaskan secara rinci dan detail mengenai Alam Semesta dan Tuhan. Jika kalian ditanya apa sih alam semesta itu mungkin saja kita masih berpikir ketika hendak menjawabnya begitu pula ketika kita ditanya mengenai Tuhan.
ADVERTISEMENT
Ketiga, baik Tuhan maupun Alam Semesta ini tidak akan pernah mengalami yang namanya Hari Kiamat. Sebab jika seluruh Alam Semesta ini kiamat itu berarti tatanan-tatanan yang ada dan bahkan yang telah Tuhan siapkan ini akan hancur dan mungkin saja jika Alam Semesta ini mengalami kiamat maka Tuhan pun akan mengalami hal yang serupa. Bahkan lebih buruknya jika alam semesta ini kiamat maka keseimbangan yang telah sedemikian rupa tersusun rapi akan menjadi hancur berantakan, surga dan neraka pun menjadi tidak ada. Begitupun jika Tuhan mengalami Kiamat maka semua tatanan-tatanan dan aturan-aturan serta hukum-hukum yang telah ia buat akan menjadi tidak berlaku sehingga bagaimanakah Alam Semesta ini akan bertahan jika Tuhan mengalami Kiamat. Hal itu menunjukkan bahwa Tuhan dan Alam Semesta itu merupakan sebuah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Keempat, Alam Semesta memiliki perasaan sama seperti Tuhan. Alam semesta memiliki perasaan yang sama seperti Tuhan buktinya jika kita merusak bumi ini maka secara tidak kita sadari bahwa baik Tuhan yang ada di dalam luasnya Alam Semesta ini menangis, sedih dan bahkan marah atas apa yang manusia lakukan saat ini pada dirinya begitupun terjadi dengan bumi ini. Jika kita manusia merusak keseimbangan alam yang ada di Bumi maka Bumi ini sendiri akan marah, sedih, dan menangis kepada kita manusia yang diekspresikan melalui bencana-bencana yang terjadi dan menimpa kita manusia.
ADVERTISEMENT
Kelima, Tuhan itu adalah Hukum Alam, Alam Semesta pun memiliki Hukum. Maksud dari kalimat diatas adalah Tuhan itu bukanlah sosok pribadi seperti pada halnya dewa-dewi mitologi Yunani melainkan sebuah Hukum Alam yang didalamnya bersifat kompleks dan sangat terperinci sehingga menimbulkan keteraturan yang sedemikian rupa. Mungkin sebagian anda bertanya kenapa Tuhan itu adalah Hukum Alam itu sendiri bukannya sesosok pribadi ? Jawabannya adalah jika Tuhan itu sesosok pribadi maka Tuhan harus menciptakan hukumnya sendiri lantas logika sederhananya mengapa kita harus menyembah Tuhan jika Tuhan menciptakan sebuah hukum sendiri untuk mengatur. Logika kedua adalah jika kita meninggal mengapa sebagian besar orang percaya bahwa yang akan mengadili manusia masuk surga atau masuk neraka itu Tuhan bukannya Hukum yang telah diciptakan oleh Tuhan itu sendiri. Oleh karena itu mungkin bisa saya simpulkan bahwa Tuhan itu adalah “Hukum Alam itu sendiri yang hidup”, hal itu berkaitan dengan apa yang saya telah sampaikan di no 4. Sedangkan percaya atau tidakkah kalian bahwa sebetulnya Alam Semesta itu sendiri memiliki hukum yang mengatur lantas jika alam semesta itu sebuah benda mati bagaimanakah alam semesta itu memiliki hukum. Mari kita ambil sebagai contoh sebuah hukum alam yang mengatakan jika seseorang tidak bekerja maka ia tidak akan makan, apakah hukum tersebut tidak berlaku di kehidupan nyata atau sebaliknya. Jika Alam Semesta ini memiliki sebuah Hukum yang berlaku abadi maka dapat dipastikan bahwa Hukum itu adalah Tuhan Semesta Alam itu sendiri. Sehingga baik Alam Semesta maupun Tuhan merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan karena di dalam Alam Semesta itu pulalah Hukum Tuhan itu berlaku.
ADVERTISEMENT
Mungkin begitulah sedikit penjelasan dari saya mengenai mengapa saya menulis artikel ini. Apakah anda setuju dengan pendapat-pendapat yang telah saya sampaikan diatas ? Silahkan berikan komentar anda di kolom komentar, Terima Kasih.