Konten dari Pengguna

Penjinak Matahari

Joko Priyono
Fisikawan Partikelir. Mengelola Penerbitan di Buku Revolusi. Menulis Buku Sains, Kemajuan, dan Kemanusiaan.
20 Mei 2022 23:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Joko Priyono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mohammad Setia Aji Sastroamidjojo di Majalah Tempo Edisi 18 April 1983
zoom-in-whitePerbesar
Mohammad Setia Aji Sastroamidjojo di Majalah Tempo Edisi 18 April 1983
ADVERTISEMENT
Ia adalah Mohammad Setia Aji Sastroamidjojo, salah sosok ternama dalam perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Para pembaca akan tahu, salah satu dari putranya, Seno Gumira Ajidarma kemudian menjadi salah seorang sastrawan tersohor di Indonesia dengan berbagai karya yang dihasilkan. Kita kemudian mengerti keluarga menjadi faktor penting dalam urusan pembentukan minat, bakat, kecerdasan, dan pilihan bidang keilmuan yang menjadi ketekunan.
ADVERTISEMENT
Di Majalah Tempo Edisi 18 April 1983, kita menemukan sebuah tulisan berjudul Ia Menjinakkan Matahari. Tulisan dalam rubrik Tamu Kita tersebut mengisahkan aktivitas demi aktivitas tokoh tersebut. Saat itu ia menjabat pimpinan di Pusat Penelitian Penerapan Tenaga Matahari (P3TM) UGM. Selain itu, ia juga merupakan pengajar di jurusan Fisika Fakultas Ilmu Pasti dan Alam.
Ketekunannya akan keberadaan sinar matahari terjelaskan dalam kalimat: “Dr. Mohammad Setia Aji Sastroamidjojo, laki-laki itu lewat bengkelnya masih tetap melanjutkan keasyikannya membuat alat-alat yang berkaitan dengan sinar matahari. Sejak 1952 ia sudah memperkenalkan cermin parabolis, suatu alat yang dapat memfokuskan sinar surya ke satu titik sehingga mampu memanaskan alat penggoreng kerupuk.”
Tak sampai itu, inovasi yang dilakukannya berdampak pada kebutuhan beberapa kalangan. Itu terjelaskan kalimat berikutnya: “Kemudian ia memperkenalkan satu sistem memanaskan air dengan sinar matahari. Sistem ini sampai sekarang dipakai beberapa hotel di Malang.” Kalimat tersampaikan memiliki maknan tersirat. Ia ingin menunjukkan bahwa segala hal memiliki peuang untuk dikaji dan dipelajari berdasarkan ilmu pengetahuan.
ADVERTISEMENT
Kecenderungannya terhadap dunia sains, tak menurutkan minatnya juga gemar terhadap dunia sastra. Pengakuan demi pengakuan tersampaikan dan terjelaskan. Para pembaca majalah Tempo mendapatkannya: “Ternyata, Pak Seno, yang nama intimnya ini berasal dari almarhum ayahnya (“sebagai penghormatan atas jasa beliau,” katanya) juga gemar keusastraan. Masa remajanya (1940) berpuluh-puluh puisi ia buat dan dipublikasikan dalam Majalah Kita. Puisi karyanya itu masih tersimpan rapi.”
Gagasannya di salah satu edisi Majalah Prisma
Gagasannya mengenai keberadaan energi matahari, kita menemukannya dalam Majalah Prisma Edisi No. 11, November, Tahun 1979. Di sana, terpublikasikan tulisan panjangnya berjudul Tenaga Matahari: Kini dan Tak Akan Pernah. Lewat tulisan itu, para pembaca hendak diajak berpikir dan menggagas secara serius akan keberadaan energi matahari dan bagaimana pembacaan peluang di Indonesia. Tulisan ilmiah, terstruktur, dan jelas.
ADVERTISEMENT
Dalam bagian pembukanya, ia menuliskan: “Tulisan ini akan mengupas beberapa aspek dari keadaan tenaga matahari di Indonesia dan di luar Indonesia sekarang, dan kemungkinan untuk langsung digantinya dengan tenaga matahari.” Penjelasan yang mengesahkan bahwa perkara penggantian energi sebagai sumber daya untuk memenuhi kebutuhan banyak orang sudah menjadi perhatian sejak lama.
Data demi data dan uraian demi uraian tersampaikannya dalam membuat skema pembacaan keberadaan energi matahari sebagai sebuah peluang bagi Indonesia. Analisis tersampaikan tak hanya satu, dua saja. Namun lebih dari itu. Ia menjelaskan bagaimana pertimbangan dari faktor lingkungan hidup, faktor modal, faktor ekologi, hingga faktor pengetahuan umum.
Sampailah kita mengerti, kendati belum punya fasilitas riset khusus mengenai hal itu, Indonesia perlu memberikan perhatian khusus dengan keberadaan lembaga penelitian. Misalkan saja ia sampaikan dalam kalimat: “Sudah waktunya untuk mengadakan Badan Tenaga Matahari atau Badan Sumber-Sumber Tenaga Non-Konvensional yang sifatnya tidak seperti BATAN tetapi sifatnya SAR (Search and Rescue). Karena keadaan tenaga dan lingkungan hidup sudah bersifat kritis.”[]
ADVERTISEMENT