Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Apa yang Dimungkinkan oleh Karya Sastra ?
8 November 2022 10:56 WIB
Tulisan dari Juli Prasetya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Karya sastra menjadi penting dalam perjalanan sejarah dan tumbuh kembang suatu bangsa. Karya sastra sebagaimana mafhum dipahami sebagai cerminan atau refleksi dari suatu masyarakat, saksi dari perjalanan jatuh bangunnya suatu peradaban manusia. Sastra pula seringkali menjadi suatu jalan untuk mencari alternatif kebenaran, selain juga bisa ditempuh melalui filsafat dan agama. Kata A. Teeuw, karya sastra tidak dibangun dari ruang hampa, atau dari kekosongan budaya. Namun sudah barang tentu, ia terlahir, mengada, dari sesuatu yang melatarbelakangi hadirnya karya sastra itu sendiri. Ada suatu bahan yang dipertimbangkan sebelum karya sastra kemudian terlahir.
ADVERTISEMENT
Karya sastra, tentu saja tidak menawarkan sebuah kebenaran absolut, ataupun ketetapan hukum yang kaku dan tak bisa diubah. Karya sastra sejatinya tidak bersifat statis, namun dinamis dan fleksibel. Nah, pergerakan karya sastra yang lentur inilah yang kemudian membuka dan memberikan kemungkinan dan alternatif baru, guna melihat kenyataan dan realitas dengan sudut pandang yang lebih kaya dan beragam.
Karya sastra memungkinkan hal itu, untuk mencari dan melihat melalui sudut pandang yang baru dan berbeda sama sekali. Sehingga para penikmat sastra tidak hanya melihat sesuatu itu hanya secara hitam putih belaka, namun lebih kompleks dan juga lebih berwarna. Sebagaimana yang dikatakan oleh Derrida dalam dekonstruksinya; pembacaan dan pemaknaan yang selalu ditunda dan tak pernah final, menjadikan segala alternatif-alternatif makna yang plural itu mendapatkan tempat. Sehingga pada gilirannya akan menghasilkan kekayaan sekaligus kedewasaan dalam memandang segala persoalan apapun.
ADVERTISEMENT
Seno Gumira Ajidarma dalam kredonya pun pernah mengatakan “Ketika jurnalisme dibungkam, sastra harus berbicara” tidak hanya itu, baginya fungsi karya sastra dari dulu hingga sekarang tetap sama, yakni membongkar tabu dan mitos. Ini tentu saja menjadi apa yang dimungkinan oleh karya sastra, ia bisa menjadi semacam pembuka kebuntuan jalan dengan menawarkan alternatif kemungkinan, dengan memberikan alternatif perspektif melalui fiksi dan alternatif kebenaran-kebenaran di dalam sastra.
Tentu saja sastra memang tidak lepas dari fiksi dan imajinasi. Karena pada dasarnya karya sastra diproduksi melalui perangkat-perangkat fiksi dan imajinasi, perangkat inilah inilah yang kemudian menjadikan karya sastra memberikan kekayaan pemikiran, gagasan, ide, dan keterbukaan kemungkinan itu sendiri.
Bagi Ricoeur, fiksi merupakan calon dunia atau potential world, yakni sebuah dunia imajinasi, fantasi, angan-angan, dan rekaan seorang pengarang, yang pada suatu ketika ia boleh jadi direalisasikan menjadi dunia realitas yang sesingguhnya. Fiksi memiliki kekuatan untuk membentuk ulang realitas (remakes reality) yang mampu menawarkan sebuah dunia kemungkinan, a possible world, yaitu membentuk ulang realitas lewat kekuatan imajinasi, fantasi dan ilusi yang tersimpan di dalamnya. Fiksi mampu menciptakan berbagai horison realtias yang baru, sehingga membentuk dunia yang baru. Fiksi memang mengambil sebagaian bahan bakunya dari dunia realitas, akan tetapi bahan baku tersebut kemudian diolah lewat kapasitas imajinasi dan fantasi, sehingga mampu menciptakan sesuatu yang belum ada sebelumnya di dalam dunia realitas, dan realitas baru ini menemukan ruang hidupnya dengan mengubah dunia realitas yang ada sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Nah, di titik inilah kemudian seorang sastrawan yang membuka kemungkinan-kemungkinan imajinatif dan kebenaran alternatif itu juga harusnya meningkatkan kualitas dirinya sendiri. Artinya si sastrawan ini juga sudah seharusnya membuka diri selebar-lebarnya akan kemungkinan-kemungkinan itu, sehingga karya yang kemudian dihasilkan akan menjadi sebuah karya sastra yang dapat terus dikaji dan dibaca ulang oleh generasi setelahnya. Pun bukankah di sini karya sastra lagi-lagi membuka kemungkinan untuk menjadikan manusia abadi? Mengawetkan ingatan dan pemikirannya melalui karya. Ini sungguh-sungguh merupakan hal-hal yang bisa dimungkinkan oleh karya sastra.
Sastra menurut Ajip Rosidi memiliki sifat yang paling manusiawi. Artinya ia tak pernah puas dengan yang sudah ada dan senantiasa mencari kemungkinan-kemungkinan yang dianggapnya lebih tepat, lebih baik, lebih indah, lebih kena untuk perasaan zamannya.
ADVERTISEMENT
Karya sastra selain bisa menciptakan dunia-dunia alternatif yang ideal, juga dapat mengubah dunia yang dipenuhi dengan kepedihan menjadi kehidupan yang menyenangkan, atau bahkan sebaliknya. Bahkan bagi salah satu sastrawan kita Soebagio Sastrowardoyo menganggap bahwa karya sastra, khusunya puisi baginya dapat menghindarkan dirinya dari “pisau dan tali”. Bagi Soebagio karya sastra menjadi semacam kesenangan dan suatu “pelarian” dari hidupnya yang dipenuhi dengan kepedihan.
Pada akhirnya karya sastra memang memiliki gen bawaan, untuk memperkaya perspektif dan membuka kemungkinan baru dari sebuah realitas atau kenyataan dunia ini, yang mungkin saja selama ini luput atau tak pernah terpikirkan oleh orang-orang, atau bahkan oleh diri kita sendiri. Ya karya sastra memungkinkan itu semua bisa mewujud di dalam teks, lalu memberikan penikmatnya kenikmatan tekstual. Karya sastra memungkinkan itu semua jika ditulis dan dibicarakan. Nah, tepat di titik inilah kita akan bergerak ke peran pembaca dan pembacaan. Karena sebuah karya yang telah ditulis dan dilahirkan harus menemui para pembacanya sebagai si para penafsir. Soalnya sebuah karya dikatakan berhasil manakala karya tersebut melahirkan pembaca dan pembacaan. Kalau tidak ada pembaca, apa yang dimungkinkan oleh karya sastra ini kemudian hanya akan menjadi abab kosong dan angan-angan belaka, yang hanya mandek di dalam teks. Mandek hanya sebagai pohon mati, jumud dalam dirinya sendiri.
ADVERTISEMENT