Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mencicipi Kuliner Malam di Kemang Bermodalkan Rp 100.000
23 Juli 2019 23:10 WIB
Tulisan dari Justian Edwin Food Blogger tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Siapa tak kenal wilayah Kemang. Bagi anak muda yang akrab dengan dunia gemerlap atau kuliner, kawasan Kemang jadi salah satu pilihan utama. Dalam konteks ini, saya masuk dalam kategori yang kedua. Kemang juga menjadi kawasan hunian yang punya predikat mewah karena harga properti yang sangat tinggi.
ADVERTISEMENT
Untuk menjadi seperti sekarang ini, Kemang melewati berbagai fase. Sebelum akhirnya diberikan label Kampung Modern oleh pemerintah daerah DKI Jakarta pada 1999, Kemang hanyalah sebuah daerah sepi yang kerap dianggap tempat ‘jin buang anak’. Era 90-an, para pendatang termasuk ekspatriat mulai memadati kawasan ini. Jadilah Kemang yang lebih modern.
Evolusi Kemang menjadi lebih modern diikuti oleh kebutuhan warganya akan tempat makan hingga belanja. Penobatan Kampung Modern bagi Kemang menjadi titik balik daerah sepi tersebut menjadi kawasan komersial. Secara perlahan, hotel, kafe, dan klub malam mulai menjamur.
Hingga 2019, berbagai restoran dan kafe hadir melengkapi kemeriahannya. Pilihan tak terbatas pada sajian mahal, tetapi juga makanan cepat saji yang buka 24 jam.
Di tengah ingar bingar Kemang, masih terselip sudut-sudut sederhana yang bisa kita nikmati. Memang tidak membangkitkan nostalgia, akan tetapi sudut-sudut ini bisa membuatmu bernapas lega dari Kemang yang bergerak dinamis. Salah satunya adalah Jalan Kemang I, di seberang La Codefin. Saya tidak tahu pasti sebutan lokasi ini, tapi lokasinya yang strategis dan selalu ramai pada malam hari sangat mudah ditemui.
ADVERTISEMENT
Bermodalkan uang sebesar Rp 100.000 saja, saya mencicipi beberapa kios kuliner juara di lokasi kaki lima ini. Ikuti terus untuk daftar makanan yang saya coba ya!
1. Mi Ayam (Rp 20.000)
Sejak 2015 lalu, gerobak mi ayam di lokasi ini tidak pernah berubah, pun begitu dengan rasanya. Tekstur mi tidak kenyal, tapi tidak mudah putus. Ukuran porsinya pas untuk mengganjal perut, karena saya dan teman-teman adalah golongan yang merasa belum makan sebelum mengunyah nasi.
2. Sate Padang (Rp 20.000)
Rasanya memang tidak seistimewa Sate Padang Ajo Ramon, tetapi meja panjang bersama membuat lidah saya merasakan sesuatu yang berbeda pada sepiring sate ini. Sepiring sate dilengkapi dengan kuah kental dengan ekstra bawang goreng. Tidak ada pembicaraan khusus dengan orang di kursi sebelah, tapi perasaan tidak sendiri membuatnya jadi istimewa.
ADVERTISEMENT
3. Takoyaki (Rp 15.000)
Seperti mi ayam dan sate padang, camilan khas Jepang ini juga sudah dijual sejak saya pertama kali mencoba makan di lokasi ini. Melihat ketahanannya berjualan di sini, saya bisa asumsikan dagangannya laku meraup untung. Takoyakinya bertekstur kenyal dengan isian sepotong kecil gurita, dilengkapi siraman mayones kental.
4. Kerang (Rp 30.000)
Seakan menjawab permintaan pasar, sepaket kerang hijau, udang segar, dan jagung manis yang disiram saus pedas hadir pula di lokasi ini. Pilihannya banyak sesuai dengan bujet pembeli. Jika di restoran harganya bisa mencapai Rp 200.000, di sini harga mulai dari Rp 25.000 sampai Rp 95.000 saja untuk porsi bersama. Jika ditambah dengan kepiting, saya yakin penjual kerang gerobak ini bisa jadi fenomenal.
ADVERTISEMENT
5. Nasi Bebek (Rp 18.000)
Selain Nasi Bebek Holil di Kemang Selatan, di pujasera ini juga tersedia nasi bebek. Bumbunya tidak terlalu pedas, tapi bebeknya cukup empuk untuk harganya yang sangat terjangkau. Selain nasi bebek, tersedia juga menu ayam dan sate khas angkringan Jogja.
Ternyata makan sebanyak itu tidak sampai Rp 100.000. Karena banyak orang mengantre, kami pindah dari meja makan panjang ke lesehan di teras sebuah kios jahit elit. Terkesan jukstaposisi kontras namun harmonis dari dua kelas yang berbeda.