Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Komunikasi Politik Buruk, RK Bisa Terjungkal di Pilkada Jabar
6 November 2017 9:33 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
Tulisan dari Kabar Bandung tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kontestasi pemilihan Kepala Daerah Jawa Barat mulai riuh rendah, berbagai alat propaganda dan promosi kandidat banyak tertebar di beberapa ruang publik. Pengamat politik Universitas Telkom melihat, kondisi tersebut tidak mengherankan dalam praktik demokrasi pemilihan.
ADVERTISEMENT
"Promosi politik hanya salah satu strategi memupuk popularitas, tetap saja keterpilihan kandidat dilihat dari aspek yang lebih substantif" ujarnya.
Meskipun demikian, Dedi memperingatkan bakal calon Gubernur Jawa Barat untuk tidak jemawa dengan popularitas, menurutnya popularitas hanya memantik sedikit suara saja, tidak dapat dijadikan rujukan signifikan.
"Era keterbukaan informasi saat ini, masyarakat sangat mudah mencari referensi pilihan, popularitas tidak menjamin keterpilihan dalam kontestasi pilkada" lanjutnya.
Ketika disinggung popularitas Ridwan Kamil (RK), ia dengan mantap menjawab sekalipun RK dapat menelan kekalahan jika hanya bersandar pada popularitas.
"RK populer, tetapi bisa saja hanya di media sosial, tidak mengakar pada pemilih potensial yang justru lebih banyak mengenal kandidat lain, Dedi Mulyadi misalnya. Terpenting hari ini adalah dengan pandai menata komunikasi, RK sejauh ini cukup sensitif, mudah tersinggung, dan itu potensi keterjungkalannya nanti" terang Doktor Diplomasi Politik ini.
ADVERTISEMENT
Ditanya soal kemungkinan duet Dedi Mulyadi-Deddy Mizwar (Demul-Demiz), ia lebih optimis daripada RK, penilaiannya lebih pada cara bagaimana Demul dan Demiz selama ini mengelola komunikasi.
"Mereka (Demul-Demiz) selama ini cukup matang dalam komunikasi, sadar bahwa mereka bagian dari masyarakat, sehingga cukup disukai, tidak arogan, tidak merasa paling sukses memimpin birokrasi dan pembangunan daerahnya masing-masing, karakter inilah yang justru dekat dengan keterpilihan saat ini" tegasnya.
Dedi Kurnia mengingatkan, hal terpenting dalam memenangi pilihan maayarakat adalah dengan menata komunikasi yang baik, pilihan diksi yang tidak arogan dan menonjolkan sikap mengalah, menghargai pilihan orang lain. "RK terlalu sering reaktif terhadap kritik yang dialamatkan atas kinerjanya, bahkan cenderung anti kritik, mungkin saja memang ia bekerja dengan baik, tetapi kinerja RK jelas bukan kinerja personal" tutupnya.
ADVERTISEMENT