Konten dari Pengguna

6 Puasa Sunnah Muharram dan Keistimewaan Amalan tersebut

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
10 Juli 2024 14:04 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi puasa sunnah muharram. Foto: unsplash.com.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi puasa sunnah muharram. Foto: unsplash.com.
ADVERTISEMENT
Puasa sunnah Muharram merupakan puasa terbaik setelah puasa Ramadhan. Ada berbagai banyak keutamaan atau fadhilah yang bisa diambil dari ibadah sunnah tersebut.
ADVERTISEMENT
Meski puasa Muharram adalah puasa terbaik setelah Ramadhan, bukan berarti selama sebulan penuh di bulan ini dianjurkan untuk berpuasa. Ada hari-hari tertentu yang sangat dianjurkan untuk berpuasa di bulan Muharram.
Lalu, apa saja puasa sunnah tersebut? Simaklah berbagai macam puasa sunnah Muharram pada uraian berikut ini.

Puasa Sunnah Muharram

Ilustrasi puasa sunnah muharram. Foto: unsplash.com.
Dikutip dari buku Siapa Berpuasa Dimudahkan Urusannya karya Khalifa Zain Nasrullah, ibadah puasa sunnah Muharram terbagi menjadi dua jenis, yakni puasa sunnah muthlaq dan puasa sunnah tertentu atau puasa muayyan.
Adapun macam-macam puasa sunnah Muharram yang bisa dilakukan setiap muslim, yaitu:

1. Puasa Asyura

Puasa Asyura adalah puasa sunnah yang dilakukan pada tanggal 10 Muharram. Salamah bin Akhwa ra mendengar Rasulullah SAW mengutus seorang laki-laki untuk mengumumkan tentang hari Asyura.
ADVERTISEMENT
Dalam amanat tersebut, Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang telah makan, teruskanlah atau puasalah. Dan siapa yang belum makan, janganlah makan.” (HR. Bukhari).
Dalam buku Pintar Puasa Wajib dan Sunnah karya Nur Solikin, berdasarkan hadist di atas, sebagian ulama berpendapat bahwa mulanya puasa Asyura hukumnya wajib.
Namun, setelah puasa Ramadan disyariatkan, Rasulullah SAW membolehkan para sahabat untuk mengerjakan puasa Asyura atau meninggalkannya. Dengan alasan itu, puasa Asyura hukumnya menjadi sunnah muakkad atau sunnah yang sangat dianjurkan.

2. Puasa Tasu’a

Puasa Tasu’a dilaksanakan pada tanggal 9 Muharram, sehari sebelum melaksanakan puasa sunnah Asyura. Dalam hadis riwayat Muslim, Abdullah bin Abbas ra menyatakan ketika Rasulullah SAW berpuasa Asyura dan memerintahkan sahabat untuk berpuasa, para sahabat bertanya:
ADVERTISEMENT
“Wahai Rasulullah, ia (hari Asyura) adalah hari yang diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani.” Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Jika demikkian, pada tahun mendatang kita juga akan berpuasa ada hari kesembilan, insya Allah.” Ternyata sebelum tahun berikutnya tiba, Rasulullah SAW telah wafat.

3. Puasa Sunnah Muthlaq

Puasa sunnah Muthlaq merupakan puasa sunnah yang dikerjakan tanpa dibatasi waktu maupun tempat tertentu. Jenis puasa ini dapat dilakukan kapanpun dalam bulan Muharram, asalkan tidak bertepatan dengan hari-hari terlarang untuk berpuasa.

4. Puasa Daud

Puasa daud adalah puasa sunnah yang dilaksanakan selang hari, atau sehari berpuasa dan sehari berikutnya tidak berpuasa selama bulan Muharram. Dalam buku Dasyatnya Puasa Daud karya Ahmad Rifai Rifan, puasa Daud memiliki dasar hukum yang kuat.
Salah satunya hadis dari Abdullah bin Amr bin Al’Ash dalam riwayat Muslim, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, “Kerjakanlah puasa yang paling afdol di sisi Allah, yaitu puasa Daud. Beliau berpuasa sehari dan berbuka sehari.”
ADVERTISEMENT

5. Puasa Senin-Kamis

Pada bulan Muharram, setiap muslim juga bisa melakukan puasa Senin-Kamis. Jenis puasa ini menjadi amalan yang biasa dilakukan oleh Rasulullah.
Menyadur buku The Miracle of Puasa Senin Kamis karya Ubaidrurrahim El-Hamdy, puasa Senin Kamis adalah puasa di hari yang istimewa, yakni hari dibukanya pintu surga dan hari di saat Allah menebar cinta untuk hamba-hamba-Nya.
Dalam hadis Muslim, Abu Dawud, dan Nasai, Rasulullah SAW bersabda:
“Pintu-pintu di surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Maka pada hari itu, akan diampuni setiap hamba yang tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, kecuali orang yang diantara dirinya dan saudaranya terdapat permusuhan. Lalu dikatakan, “Lihatlah kedua orang ini hingga mereka berdamai.”

6. Puasa Ayyamul Bidh

Pada bulan Muharram, umat muslim juga boleh melaksanakan puasa sunnah Ayyamul Bidh pada tanggal 13, 14, dan 15 Muharrram.
ADVERTISEMENT
Puasa sunnah tersebut sangat dianjurkan oleh Rasulullah, sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan An-Nasai dari Ibnu milhan Al-Qoisy dari ayahnya, yang berkata:
“Rasulullah SAW biasa memerintahkan pada kami untuk berpuasa pada Ayyamul bidh yaitu 13, 14, dan 15 dari bulan Hijiriyah, beliau bersabda, ‘Puasa Ayyamul Bidh itu seperti puasa setahun.”

Keutamaan Puasa Sunnah Muharram

Ilustrasi keutamaan puasa sunnah muharram. Foto: unsplash.com.
Dari beberapa puasa sunnah Muharram di atas, yang paling utama dilakukan adalah puasa Asyura dan puasa Tasu’a. Ada nilai penting yang terkandung dalam amalan tersebut, sehingga beliau Nabi SAW menganjurkan berpuasa sunnah pada tanggal 9 dan 10 Muharram.
Dikutip dari buku Kedasyatan Puasa terbitan Galangpress Group, fadhilah puasa sunnah bulan Muharram, yaitu:
ADVERTISEMENT

1. Menebus Dosa Setahun Silam

Manusia merupakan makhluk yang tak bisa luput dari dosa dan kesalahan. Menyadari hal itu, setiap muslim perlu berusaha mengikis habis dosa-dosa yang telah dilakukan. Salah satunya dengan melakukan berbagai puasa sunnah, seperti puasa Asyura.
Seperti halnya diungkap Abi Qatadah, saat Rasulullah ditanya tentang puasa Asyura oleh para sahabat, beliau bersabda, “Menebus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim)

2. Mengikuti Anjuran Rasulullah

Rasulullah SAW sangat mencintai umatnya sehingga senantiasa menganjurkan berbagai amalan-amalan baik agar umatnya hidup bahagia di dunia dan akhirat. Salah satunya, anjuran tentang puasa sunnah Muharram mengingat manfaatnya yang sangat besar.
Dari Ibnu Abbas dalam riwayat Muslim menyatakan bahwa Rasulullah telah berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan supaya orang-orang berpuasa.
Selain itu, istri Rasulullah SAW , Aisyah ra bercerita bahwa hari Asyura merupakan hari di mana orang-orang Quraisy pada masa jahiliyah berpuasa. Ketika datang ke Madinah, Rasulullah berpuasa dan menganjurkan semua orang untuk turut berpuasa.
ADVERTISEMENT
Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang ingin berpuasa, ia berpuasa, dan siapa yang tidak ingin berpuasa, maka ia boleh berbuka.” (HR. Bukhari)

3. Keutamaannnya Setelah Puasa Ramadan

Melihat dari berbagai hadis yang menerangkan bahwa puasa Asyura lebih utama dari puasa Ramadan menunjukkan bahwa puasa sunnah Muharram tersebut memiliki keutamaan dan fadhilah yang luar biasa. Sebab, puasa Ramadan hukumnya wajib dan puasa Asyura Muharram hukumnya sunnah.

4. Hari Puasa Umat Nabi Musa

Hal menarik lainnya terkait dengan amalan puasa Asyura adalah hari puasanya umat Nabi Musa. Hal itu diungkap oleh Ibnu Abbas dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim. Saat Rasulullah datang ke Madinah, dilihatnya orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura.
Rasulullah SAW bertanya, “Ada apa ini?” Mereka menjawab. “Hari baik, saat Allah membebaskan Nabi Musa dan Bani Israil dari musuh mereka, hingga membuat Musa berpuasa karenanya.”
ADVERTISEMENT
Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Saya lebih hormat terhadap Musa dari Kamu.” Setelah itu, beliau berpuasa pada hari itu dan menganjurkan para sahabat untuk berpuasa.
Pada hadis yang diriwayatkan Mutafaq alaih, Abu Musa Al-Asyari ra menambahkan bahwa hari Asyura dibesarkan oleh orang Yahudi dan dijadikan sebagai hari raya. Rasulllah SAW bersabda, “Puasakanlah hari itu oleh kamu semua.”
Begitulah antusiasme Nabi Muhammad SAW yang berhubungan erat dengan Nabi sebelum beliau, yaitu Musa dan kaumnya. Maka dari itu, beliau memuliakan hari itu dengan berpuasa.

5. Mewujudkan Mimpi Rasulullah SAW

Rasulullah adalah junjungan seluruh umat muslim sebagai manusia yang paling dihormati dan dicintai. Sebelum Rasulullah wafat, beliau ingin melaksanakan puasa Tasua, yakni puasa tanggal 9 Muharram.
ADVERTISEMENT
Dalam hadis yang diceritakan Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda, “Kalau saya lanjut umur sampai tahun yang akan datang, niscaya saya akan berpuasa Tasu’a (tanggal 9 Muharram).” (HR. Muslim).

Bacaan Niat Puasa Sunnah Muharram

ilustrasi bacaan niat puasa sunnah muharram. Foto: unsplash.com.
Tata cara puasa sunnah Muharram baik puasa Asyura maupun Tasu’a dilaksanakan seperti halnya mengamalkan puasa Ramadan. Mulai dari mengakhirkan sahur, menyegerakan berbuka, dan lain-lainnya.
Niat puasa Asyura dan Tasu’a bisa diucapkan maupun dilafalkan dalam hati. Bagi yang terbiasa melafadzkan niat puasa, berikut bacaan niat puasa Asyura dan Tasu’a yang bisa disimak.

a. Bacaan Niat Puasa Tasu’a

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ مِنْ يَوْمِ تَسُوْعَاءٍ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin min yaumi tasuu-'aa-in sunnatan lillahi ta'aalaa.
Artinya: "Saya niat berpuasa sunnah hari Tasua esok hari karena Allah Ta'ala."
ADVERTISEMENT

b. Bacaan Niat Puasa Asyura

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ ِعَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin 'an ada'i sunnati 'Asyura lillahi ta'ala
Artinya: "Saya berniat puasa sunnah Asyura karena Allah Lillahi ta'ala."
Bacaan niat puasa di atas bisa dilafalkan sejak terbenamnya matahari atau tepat malam harinya. Jadi, niat puasa Tasua dibaca pada malam 8 Muharram, sedangkan niat puasa Asyura dibaca pada malam 9 Muharram.
(IPT)