Al Alim: Arti dan Dalilnya dalam Alquran dan Hadits

Kaligrafi Allah SWT. Foto: Freepik

Allah mempunyai Asmaul Husna Al Alim yang artinya Allah Maha Mengetahui, baik yang sudah terjadi maupun belum terjadi. Secara bahasa, Al Alim artinya sesuatu yang demikian jelas.

Di bawah ini akan dibahas lebih lengkap mengenai arti dari Al Alim dalam Asmaul Husna sekaligus kumpulan dalilnya dalam Alquran dan hadits.

Apa Artinya Al Alim?

Disadur dari laman Alquran Indonesia, Al Alim berasal dari bahasa Arab Klasik yang akar katanya adalah ‘ilm atau ‘alima. Kedua kata tersebut artinya yang berpengetahuan, terjaga, sadar, teliti mencari informasi, memiliki pengetahuan dasar segala hal khususnya bertindak berdasarkan ilmu yang diketahui.

Mengutip buku bertajuk Syarah Asmaul Husna oleh Sa'id bin Ali Al-Qathani, Asmaul Husna Al Alim artinya pengetahuan Allah SWT yang tidak terbatas. Dia mengetahui hal-hal yang tampak maupun yang tidak tampak di mata manusia.

Ada juga yang berpendapat bahwa Al Alim adalah sosok yang berilmu dan berpengetahuan luas atau yang cerdik cendekia. Sebagian yang lain berkata, Al Alim adalah sosok yang mengetahui sesuatu dengan keadaan yang sebenarnya.

Ilustrasi berdoa. Foto: Freepik

Al Alim ini adalah sifat Allah. Oleh karena itu, Al Alim tidak boleh dimaknai dan dianalogikan dengan sifat manusia yang alim. Namun, hendaknya diartikan bahwa Allah adalah Maha Mengetahui.

Maksudnya, Allah mengetahui segala-galanya. Allah menyatakan bahwa dirinya Al Alim, sebab pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu. Yang diketahui-Nya tidak hanya sesuatu yang nyata, tetapi juga sesuatu yang gaib.

Sesuatu yang gaib misalnya seperti apa yang terlintas di dalam hati manusia, sesuatu yang akan dan telah terjadi. Oleh karena itu, 'alim'-nya manusia tidak bisa disamakan dengan 'alim' milik Allah SWT.

Asmaul Husna Al-Alim dalam Alquran dan Hadis

Alquran dan tasbih. Foto: Freepik

Menukil buku Sukses dan Kaya Dengan Mengamalkan Asmaul Husna karya Abu Fajar Al-Qalami, berikut dalil dalam Alquran yang menerangkan Asmaul Husna Al Alim:

1. Surat Luqman Ayat 34

اِنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗ عِلْمُ السَّاعَةِۚ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْاَرْحَامِۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًاۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌۢ بِاَيِّ اَرْضٍ تَمُوْتُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ࣖ

Artinya: “Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari Kiamat; dan Dia yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal.”

2. Surat At Tagabun Ayat 4

يَعْلَمُ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَيَعْلَمُ مَا تُسِرُّوْنَ وَمَا تُعْلِنُوْنَۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ ۢبِذَاتِ الصُّدُوْرِ

Artinya: “Dia mengetahui apa yang di langit dan di bumi, dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati.”

3. Surat Al Kahfi Ayat 109

قُلْ لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِّكَلِمٰتِ رَبِّيْ لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ اَنْ تَنْفَدَ كَلِمٰتُ رَبِّيْ وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهٖ مَدَدًا

Artinya: “Katakanlah (Muhammad): Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).”

4. Surat Al An’am Ayat 6

اَلَمْ يَرَوْا كَمْ اَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِّنْ قَرْنٍ مَّكَّنّٰهُمْ فِى الْاَرْضِ مَا لَمْ نُمَكِّنْ لَّكُمْ وَاَرْسَلْنَا السَّمَاۤءَ عَلَيْهِمْ مِّدْرَارًا ۖوَّجَعَلْنَا الْاَنْهٰرَ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهِمْ فَاَهْلَكْنٰهُمْ بِذُنُوْبِهِمْ وَاَنْشَأْنَا مِنْۢ بَعْدِهِمْ قَرْنًا اٰخَرِيْنَ

Artinya: “Tidakkah mereka memperhatikan berapa banyak generasi sebelum mereka yang telah Kami binasakan, padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukannya di bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu. Kami curahkan hujan yang lebat untuk mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa-dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan generasi yang lain setelah generasi mereka.”

5. Surat Yusuf Ayat 100

وَرَفَعَ اَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوْا لَهٗ سُجَّدًاۚ وَقَالَ يٰٓاَبَتِ هٰذَا تَأْوِيْلُ رُءْيَايَ مِنْ قَبْلُ ۖقَدْ جَعَلَهَا رَبِّيْ حَقًّاۗ وَقَدْ اَحْسَنَ بِيْٓ اِذْ اَخْرَجَنِيْ مِنَ السِّجْنِ وَجَاۤءَ بِكُمْ مِّنَ الْبَدْوِ مِنْۢ بَعْدِ اَنْ نَّزَغَ الشَّيْطٰنُ بَيْنِيْ وَبَيْنَ اِخْوَتِيْۗ اِنَّ رَبِّيْ لَطِيْفٌ لِّمَا يَشَاۤءُ ۗاِنَّهٗ هُوَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ

Artinya: “Dan dia menaikkan kedua orang tuanya ke atas singgasana. Dan mereka (semua) tunduk bersujud kepadanya (Yusuf). Dan dia (Yusuf) berkata, “Wahai ayahku! Inilah takwil mimpiku yang dahulu itu. Dan sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya kenyataan. Sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari penjara dan ketika membawa kamu dari dusun, setelah setan merusak (hubungan) antara aku dengan saudara-saudaraku. Sungguh, Tuhanku Mahalembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana.”

Berikut adalah hadits yang menyingung perihal Asmaul Husna Al Alim, seperti ditulis dalam buku Hadits Sahih Bukhari-Muslim oleh Muslim:

Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ: اْلإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ دعته امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

Artinya: “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dengan naungan ‘Arsy-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali hanya naungan-Nya semata. Mereka adalah pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh besar dalam beribadah kepada Rabbnya, seseorang yang hatinya senantiasa terpaut pada masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah; keduanya berkumpul berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang berkedudukan lagi cantik lalu mengatakan, ‘Sungguh aku takut kepada Allah’, seseorang yang bersedekah lalu merahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya, dan orang yang berdzikir kepada Allah di waktu sunyi, lalu berlinanglah air matanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

(NDA)