Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Apa Itu Deflasi dalam Ekonomi? Ini Pengertian dan Pengaruhnya
4 Oktober 2024 18:15 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Apa itu deflasi? Istilah ini sering muncul dalam pembahasan ekonomi, terutama saat membahas perubahan harga-harga barang dan jasa di pasar.
ADVERTISEMENT
Ketika kondisi ekonomi tidak stabil, deflasi bisa menjadi salah satu fenomena yang muncul dan berdampak pada berbagai sektor.
Memahami faktor-faktor penyebab serta dampak yang diakibatkan oleh deflasi menjadi penting bagi para pelaku ekonomi untuk mengambil langkah yang tepat.
Apa Itu Deflasi?
Apa itu deflasi? Berdasarkan laman umsu.ac.id, deflasi adalah fenomena penurunan harga barang dan jasa secara umum dalam jangka waktu tertentu.
Deflasi membuat daya beli uang meningkat, karena dengan jumlah uang yang sama, konsumen dapat membeli lebih banyak barang atau jasa.
Meski terdengar menguntungkan, deflasi bisa membawa dampak buruk pada perekonomian, seperti menurunnya aktivitas bisnis, bertambahnya pengangguran, dan menurunnya tingkat konsumsi.
Jenis Deflasi
Ada dua jenis utama deflasi yang sering dibahas dalam literatur ekonomi:
ADVERTISEMENT
1. Deflasi Sirkulasi
Terjadi ketika produksi dan konsumsi tidak seimbang, dan pasokan barang melimpah di pasaran, namun pembelian masyarakat tidak bisa mengimbangi kondisi tersebut.
2. Deflasi Strategis
Terjadi ketika kebijakan pemerintah atau bank sentral gagal mengontrol tingkat konsumsi, sehingga menciptakan penurunan harga yang signifikan.
Perbedaan Deflasi dan Inflasi
Deflasi sering kali disandingkan dengan inflasi, di mana inflasi merupakan kebalikannya. Inflasi terjadi saat harga-harga barang dan jasa meningkat secara terus-menerus, sehingga daya beli masyarakat menurun.
Deflasi, sebaliknya, terjadi ketika harga barang dan jasa turun, dan daya beli uang meningkat. Kedua fenomena ini memiliki dampak yang berbeda pada ekonomi, dan memerlukan kebijakan yang berbeda untuk menanganinya.
Contohnya, inflasi sering kali dianggap wajar dalam ekonomi yang tumbuh karena menandakan adanya permintaan yang kuat terhadap barang dan jasa.
ADVERTISEMENT
Namun, deflasi dianggap lebih mengkhawatirkan karena bisa menyebabkan ekonomi terjebak dalam stagnasi atau resesi.
Penyebab Terjadinya Deflasi
Berikut ini adalah beberapa faktor utama penyebab deflasi:
1. Pasokan yang Melimpah
Ketika barang dan jasa tersedia dalam jumlah yang sangat banyak di pasar, dan permintaan tidak sebanding dengan persediaan tersebut, harga barang dan jasa akan cenderung turun.
Hal ini dapat terjadi karena adanya peningkatan produktivitas yang signifikan atau perkembangan teknologi yang membuat produksi lebih efisien.
Dalam skala besar, jika seluruh sektor ekonomi mengalami peningkatan produksi tanpa peningkatan permintaan, deflasi bisa terjadi.
2. Penurunan Daya Beli
Ketika daya beli masyarakat menurun—misalnya akibat peningkatan pengangguran atau krisis ekonomi—permintaan terhadap barang dan jasa berkurang.
Produsen dan pengecer yang kesulitan menjual produk mereka akan menurunkan harga demi menarik konsumen.
ADVERTISEMENT
Penurunan daya beli bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti krisis keuangan, ketidakstabilan politik, atau kebijakan fiskal dan moneter yang salah langkah.
3. Kebijakan Moneter yang Ketat
Jika bank sentral menerapkan kebijakan moneter yang terlalu ketat, seperti menaikkan suku bunga secara drastis atau memperketat persyaratan kredit, ini dapat mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat.
Ketika masyarakat lebih sulit mengakses pinjaman atau bunga simpanan terlalu tinggi, mereka cenderung menahan pengeluaran, yang pada akhirnya menyebabkan permintaan barang dan jasa menurun.
Pengaruh Deflasi Terhadap Ekonomi
Deflasi dapat membawa pengaruh serius bagi ekonomi, baik yang bersifat positif maupun negatif. Berikut ini adalah beberapa dampak utama dari deflasi:
1. Daya Beli Meningkat
Deflasi dapat membuat daya beli masyarakat meningkat. Dengan harga-harga barang dan jasa yang lebih murah, konsumen bisa membeli lebih banyak barang dengan jumlah uang yang sama.
ADVERTISEMENT
Hal ini bisa memberikan keuntungan jangka pendek bagi konsumen yang memiliki penghasilan tetap.
2. Dorongan untuk Menabung
Ketika harga barang cenderung turun, masyarakat akan cenderung menunda konsumsi dan lebih memilih menabung. Mereka akan menunggu waktu yang lebih baik untuk membeli barang dengan harga yang lebih murah
3. Pengaruh pada Konsumen
Salah satu pengaruh paling nyata dari deflasi adalah bagaimana konsumen merespons penurunan harga. Ketika harga barang dan jasa turun, masyarakat merasa daya beli mereka meningkat, yang bisa dianggap sebagai hal positif.
Namun, deflasi juga bisa mendorong konsumen untuk menunda pembelian dengan harapan bahwa harga akan terus menurun di masa depan.
Akibatnya, penurunan permintaan barang dan jasa dapat terjadi secara signifikan. Penundaan konsumsi dalam jangka panjang ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, karena permintaan agregat yang rendah akan terus menekan harga dan aktivitas produksi.
ADVERTISEMENT
4. Dampak pada Perusahaan dan Bisnis
Dalam kondisi deflasi, perusahaan menghadapi situasi sulit. Penurunan harga barang dan jasa berarti pendapatan mereka berkurang, sementara biaya tetap untuk menjalankan bisnis (seperti upah karyawan dan sewa) mungkin tidak turun dengan cepat.
Ini memaksa perusahaan untuk mengurangi biaya operasional, yang sering kali berarti mengurangi tenaga kerja atau bahkan menghentikan operasi di beberapa sektor.
Akibatnya, deflasi dapat menyebabkan peningkatan pengangguran dan penurunan investasi di berbagai sektor bisnis.
5. Meningkatnya Beban Hutang
Deflasi juga bisa meningkatkan beban hutang, terutama bagi individu atau bisnis yang memiliki pinjaman.
Dalam kondisi deflasi, nilai uang meningkat sehingga hutang dalam jumlah yang tetap menjadi lebih sulit untuk dilunasi.
Dengan kata lain, deflasi meningkatkan nilai riil dari hutang yang sudah ada. Hal ini bisa memperparah masalah ekonomi karena rumah tangga dan bisnis lebih fokus untuk melunasi hutang daripada melakukan pengeluaran atau investasi baru.
ADVERTISEMENT
6. Pengaruh pada Kebijakan Pemerintah
Deflasi memaksa pemerintah dan bank sentral untuk menyesuaikan kebijakan ekonomi. Pemerintah mungkin perlu meningkatkan belanja publik atau memberikan stimulus ekonomi untuk mendorong permintaan agregat.
Sementara itu, bank sentral bisa menurunkan suku bunga, atau dalam beberapa kasus, menerapkan kebijakan *quantitative easing* untuk menambah likuiditas dalam sistem keuangan.
Namun, dalam beberapa situasi, suku bunga sudah mendekati nol (seperti yang terjadi di Jepang selama Lost Decade, sehingga instrumen kebijakan moneter yang efektif menjadi terbatas.
7. Pengaruh Jangka Panjang
Jika dibiarkan berlanjut, deflasi dapat memperburuk resesi dan menciptakan siklus deflasi yang sulit diputus.
Dalam siklus ini, penurunan harga menyebabkan penurunan permintaan, yang mengarah pada pengurangan produksi dan pengangguran, yang kemudian kembali menekan permintaan.
Hal ini bisa menyebabkan stagnasi ekonomi yang berkepanjangan. Negara yang mengalami deflasi berkepanjangan sering kali menghadapi tantangan besar untuk mengembalikan momentum pertumbuhan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Contoh Nyata Deflasi
Beberapa contoh nyata deflasi dapat ditemukan dalam sejarah ekonomi dunia. Sebagai berikut:
1. Jepang - The Lost Decade
Jepang pada dekade 1990-an, yang mengalami apa yang dikenal sebagai "The Lost Decade". Pada masa itu, harga-harga barang dan aset seperti properti turun secara dramatis akibat pecahnya gelembung ekonomi.
Jepang kemudian terjebak dalam periode panjang pertumbuhan ekonomi yang stagnan, bahkan dengan suku bunga yang sangat rendah.
2. Amerika Serikat - Great Depression
Contoh lain adalah Amerika Serikat selama Great Depression pada tahun 1930-an. Selama periode tersebut, ekonomi AS mengalami deflasi hebat yang menyebabkan peningkatan besar-besaran dalam pengangguran dan penurunan output ekonomi secara signifikan.
Cara Mengatasi Deflasi
Deflasi tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, karena bisa mengancam stabilitas ekonomi secara keseluruhan. Berikut ini adalah beberapa cara untuk mengatasi deflasi:
ADVERTISEMENT
1. Kebijakan Moneter Ekspansif
Salah satu langkah utama yang dilakukan oleh bank sentral dalam menghadapi deflasi adalah memperluas kebijakan moneter.
Hal ini dilakukan dengan menurunkan suku bunga acuan, sehingga pinjaman menjadi lebih murah dan masyarakat lebih terdorong untuk membelanjakan uangnya.
Bank sentral juga bisa melakukan kebijakan quantitative easing (pelonggaran kuantitatif) dengan membeli aset keuangan seperti obligasi.
2. Stimulus Fiskal
Selain kebijakan moneter, pemerintah bisa mengeluarkan stimulus fiskal dengan meningkatkan pengeluaran pemerintah atau memberikan potongan pajak kepada masyarakat.
Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk meningkatkan permintaan agregat, sehingga mendorong aktivitas ekonomi dan mengurangi tekanan deflasi.
3. Mendorong Konsumsi dan Investasi
Pemerintah juga bisa memberikan insentif bagi sektor swasta untuk berinvestasi dalam proyek-proyek produktif.
Hal ini dapat menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, insentif pajak atau subsidi langsung kepada masyarakat bisa mendorong mereka untuk menghabiskan uang lebih banyak, sehingga menstimulasi permintaan.
Kesimpulannya, deflasi merupakan fenomena ekonomi yang tidak boleh dianggap remeh. Meskipun terlihat menguntungkan bagi konsumen dalam jangka pendek, dampak jangka panjang dari deflasi bisa sangat merusak ekonomi secara keseluruhan.
Dari meningkatnya pengangguran hingga risiko resesi, deflasi memerlukan perhatian serius dari otoritas moneter dan pemerintah.
Dengan penerapan kebijakan yang tepat, seperti kebijakan moneter ekspansif, stimulus fiskal, dan upaya mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Itulah pembahasan lengkap untuk menjawab pernyataan apa itu deflasi dan pengaruhnya di kehidupan sehari-hari. (Andi)