Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Benarkah Saturnus Kehilangan Cincinnya? Ini Penjelasannya
13 Oktober 2023 16:54 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Baru-baru ini, media sosial diramaikan dengan berita Saturnus kehilangan cincinnya. Planet keenam dalam sistem tata surya ini disebut sedang dalam proses kehilangan cincin yang telah menemaninya selama ratusan juta tahun itu.
ADVERTISEMENT
Mengutip laman Cool Cosmos, cincin Saturnus tersusun atas miliaran keping es, debu, dan batuan. Sebagian partikel-partikel ini berukuran sekecil sebutir garam, sementara yang lainnya sebesar rumah.
Bongkahan-bongkahan batu dan es yang membentuk cincin Saturnus diperkirakan merupakan pecahan komet, asteroid, atau bulan yang terkoyak oleh gravitasi Saturnus yang kuat sebelum bisa mencapai planet ini.
Benarkah Saturnus Kehilangan Cincinnya?
Kabar Saturnus kehilangan cincinnya bukan rumor belaka. Pada tahun 2018, NASA dibantu oleh pesawat ruang angkasa tanpa awak Voyager 1 dan 2 melakukan penelitian untuk mengamati pergerakan Saturnus dan cincinnya.
Hasilnya, Saturnus dikatakan akan kehilangan cincinnya dalam kurun waktu yang belum bisa dipastikan. Cincin-cincin tersebut ditarik oleh gravitasi Saturnus sebagai hujan partikel es yang berdebu akibat pengaruh medan magnet Saturnus.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan NASA, peneliti dari Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA James O’Donoghue mengungkapkan bahwa hujan cincin itu mengalirkan sejumlah produk air yang sangat banyak dari cincin Saturnus dalam waktu setengah jam saja.
Jika terjadi terus-menerus, seluruh cincin Saturnus diperkirakan akan menghilang dalam 300 juta tahun lagi. Jika ditambah dengan materi cincin yang diukur Wahana Cassini, maka cincin Saturnus diprediksi hanya punya waktu kurang dari 100 tahun lagi sebelum menghilang sepenuhnya.
Dikutip dari situs Space, penelitian menunjukkan bahwa hilangnya cincin Saturnus turut dipengaruhi oleh batuan luar angkasa dan radiasi matahari. Aktivitas luar angkasa tersebut mengganggu partikel cincin dan memberinya muatan listrik sehingga partikel-artikel tersebut terikat pada garis medan magnet planet Saturnus.
ADVERTISEMENT
Gravitasi Saturnus kemudian menarik partikel-partikel es yang dipandu oleh medan magnet untuk mengalir ke atmosfer bagian atas planet, tetapi tidak selalu dengan kecepatan yang sama.
Ketika Saturnus mengelilingi matahari dalam orbitnya, planet ni bergeser mendekati dan menjauhi matahari. Cincinnya pun melakukan hal yang sama. Kemiringan planet saat mengelilingi matahari ini menentukan seberapa besar radiasi matahari memengaruhi lapisan terdalam sistem cincin Saturnus.
Ketika cincin-cincin Saturnus berada dekat dengan matahari, hujan cincin akan melambat. Sebaliknya, ketika cincin-cincin itu miring menghadap matahari, hujan cincin akan meningkat. Akibatnya, proses Saturnus kehilangan cincinnya pun semakin cepat.
Sampai sekarang, para peneliti masih mengamati aktivitas Saturnus dan cincinnya untuk mengetahui berapa banyak materi cincin yang menghujani planet tersebut. Hasil penelitian juga dapat memastikan kapan cincin Saturnus akan hilang sepenuhnya.
ADVERTISEMENT
(ADS)