Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Bentuk Imunisasi Polio, Dosis, hingga Efek Samping dan Penanganannya
24 Juli 2024 13:55 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ada dua bentuk imunisasi polio yang diberikan pada usia anak-anak. Kedua jenis imunisasi ini bisa diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan imunisasi lainnya.
ADVERTISEMENT
Imunisasi polio merupakan imunisasi wajib yang diberikan pada bayi dan anak-anak agar memperoleh kekebalan terhadap penyakit polio yang dapat menyebar melalui infeksi virus. Adapun bentuk imunisasi polio dapat dipelajari pada penjelasan berikut ini.
Bentuk Imunisasi Polio
Hingga saat ini, belum ditemukan obat untuk mengatasi penyakit polio. Itulah mengapa pencegahan penyakit polio perlu dilakukan sejak dini dengan imunisasi vaksin polio lengkap.
Dikutip dari buku Ajar Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah yang disusun oleh Tonasih, dkk., bentuk imunisasi polio yang diberikan pada anak menggunakan dua teknik berbeda, yakni Oral Polio Vaccine (OPV) dan Inactivated Polio Vaccine (IPV).
ADVERTISEMENT
1. Oral Polio Vaccine (OPV)
Oral Polio Vaccine adalah bentuk imunisasi polio yang diberikan melalui mulut sebanyak 2 tetes. Menurut laman resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia, vaksin polio tetes adalah virus polio yang masih hidup, tetapi dilemahkan.
Virus ini masih bisa berkembang di usus dan merangsang usus dan darah untuk membentuk zat antibodi terhadap virus polio liar. Artinya, jika ada virus polio liar masuk dalam usus anak, virus akan diikat dan dimatikan oleh antibodi yang sudah dibentuk dalam tubuh.
Dengan begitu, virus polio liar tak bisa berkembang biak dalam tubuh, tidak membahayakan anak, dan tidak menyebar ke anak-anak sekitar.
2. Inactivated Polio Vaccine (IPV)
Inactivated Polio Vaccine (IPV) adalah bentuk imunisasi polio yang diberikan dengan cara disuntik di otot lengan atau paha. Vaksin polio yang disuntikkan adalah virus polio yang sudah tidak aktif atau mati.
ADVERTISEMENT
Pemberian vaksin polio suntik bisa bersamaan dengan imunisasi DPT, HB-HIB, secara terpisah, maupun kombinasi. Cara kerja vaksin ini hanya membentuk kekebalan dalam darah.
Akibatnya, kemungkinan anak terserang virus polio masih cukup tinggi karena virus polio masih bisa berkembang melalui usus. Inilah mengapa imunisasi polio suntik perlu dilengkapi dengan vaksin polio oral atau tetes.
Dari segi biaya, vaksin polio tetes cenderung lebih murah dibanding dengan vaksin polio suntik. Jenis vaksin polio oral atau tetes sudah ada sejak lama dan diproduksi secara langsung di Indonesia. Sementara vaksin polio suntik harganya lebih mahal.
Jadwal dan Dosis Imunisasi Polio
Berdasarkan jadwal vaksin polio yang dikeluarkan oleh IDAI, imunisasi polio pada anak diberikan secara bertahap hingga usia 18 bulan dengan masing-masing dosis 0,5 ml.
ADVERTISEMENT
Bentuk Imunisasi polio tetes diberikan empat kali pada usia 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan untuk mencegah terjadinya lumpuh layu. Sedangkan Imunisasi polio suntik diberikan satu kali pada usia 4 bulan dan usia antara pra sekolah 4-6 tahun.
Selain itu, imunisasi polio suntik juga diberikan pada anak usia 13-18 tahun sebagai vaksin booster saat remaja. Tujuannya agar kekebalan yang terbentuk pada tubuh anak semakin sempurna.
Sementara itu, orang dewasa yang belum mendapatkan imunisasi polio sejak kecil akan diberi vaksin polio sebanyak tiga kali dengan dosis masing-masing 0,5 ml.
Pemberian vaksin polio pada orang dewasa dilakukan dengan cara menyuntikkan cairan melalui otot atau di bawah kulit. Dosis pertama dan kedua diberi jarak 1-2 bulan, sedangkan dosis ketiga berjarak 6-12 bulan dari dosis kedua.
ADVERTISEMENT
Selain pada bayi, anak, dan orang dewasa sehat, vaksin polio boleh diberikan pada orang yang memiliki kekebalan rendah. Misalnya sedang mendapat pengobatan kortikosteroid dosis tinggi dalam jangka lama, mendapat obat-obat anti kanker, menderita HIV/AIDS, atau di dalam rumahnya ada penderita penyakit tersebut.
Orang yang Memerlukan Vaksin Booster Polio dan Tidak Seharusnya Divaksinasi
Dikutip dari laman cdc.gov, imunisasi polio booster pada orang dewasa umumnya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, kesehatan, gaya hidup, dan pekerjaan.
Beberapa situasi yang menempatkan orang dewasa lebih risiko terpapar virus polio sehingga harus menerima vaksin, meliputi:
ADVERTISEMENT
Sementara orang yang tidak seharusnya divaksinasi polio adalah mereka yang memiliki reaksi alergi parah hingga mengancam jiwa terhadap dosis vaksin, baik secara oral maupun injeksi atau suntik.
Orang dewasa yang sedang atau sakit parah harus menunggu untuk mendapatkan vaksin sampai pulih. Kondisi tersebut juga berlaku pada bayi dengan diare sedang atau berat yang disertai dengan muntah.
Jika hanya penyakit ringan seperti batuk dan pilek, bayi dan anak masih bisa mendapatkan vaksin polio pada hari yang sudah ditentukan. Oleh karena itu, sebelum menerima vaksin, orang tua perlu memberi tahu dokter beberapa kondisi anak secara rinci.
Mulai dari suhu badan anak, memiliki alergi terhadap obat atau zat lain, atau memiliki reaksi serius terhadap kandungan zat tertentu.
ADVERTISEMENT
Efek Samping Imunisasi Polio dan Penanganannya
Umumnya, imunisasi polio cukup aman dan jarang menimbulkan efek samping yang berat. Meskipun ada, efek samping yang dihasilkan setelah imunisasi polio cenderung ringan dan sementara.
Gejala efek samping tersebut biasanya terjadi beberapa hari pertama setelah vaksinasi. Menyadur laman betterhealth.vic.gov.au, berikut beberapa efek samping yang bisa terjadi setelah menerima vaksin polio suntik atau jenis imunisasi IPV:
ADVERTISEMENT
Efek samping di atas sebenarnya tidak memerlukan penanganan khusus. Namun, untuk mengurangi efek samping tersebut pada bayi dan anak, orang tua bisa melakukan beberapa langkah-langkah berikut ini:
Jika efek samping di atas tak kunjung membaik, segera temui dokter atau langsung pergi ke fasilitas kesehatan terdekat. Sementara risiko alergi serius seperti anafilaksis sangat kecil kemungkinan terjadi.
Alasan inilah yang menjadi penyebab mengapa pasien yang sudah menerima vaksin disarankan untuk menunggu 15 menit sebelum pulang.
ADVERTISEMENT
Apabila muncul efek samping berupa gejala parah seperti alergi, wajah pucat, hingga tidak responsif baik pada bayi atau orang dewasa bisa ditangani lebih cepat.
(IPT)