Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Disleksia pada Anak: Definisi, Gejala, dan Penyebabnya
22 Februari 2022 16:11 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Istilah disleksia bagi sebagian orang mungkin terdengar asing. Umumnya, kata tersebut mengacu pada ketidakmampuan individu dalam mengenal huruf dan suku kata dalam bentuk tertulis. Melansir laman Healthline, para peneliti memperkirakan bahwa disleksia dapat ditemukan pada 15 hingga 20 persen populasi sampai tingkat tertentu.
ADVERTISEMENT
Pada rentang usia sekolah, orang tua dapat memperhatikan tingkat kemampuan anak dalam proses belajarnya. Sebab, tak jarang anak mengalami kesulitan belajar yang berpotensi merujuk pada disleksia.
Apa Itu Disleksia?
Apa yang dimaksud dengan disleksia? Menurut Jovita Maria Ferliana dalam buku Living with Dyslexia yang disusun oleh Lissa Weinstein, disleksia erat kaitanya dengan gangguan proses belajar seperti ketidakmampuan dalam membaca, mengeja kata, hingga kemampuan menulis.
Menurut sumber yang sama, gangguan ini terjadi pada 5 hingga 10 persen anak di dunia. Umumnya, penderita mengalami kesulitan dalam membedakan bunyi fonetik dalam sebuah kata.
ADVERTISEMENT
Mereka mampu menangkap kata-kata melalui indra pendengarnya. Akan tetapi, apabila kata tersebut dituangkan dalam media tulis, mereka akan kesulitan dalam menuliskannya. Secara tak langsung pula, penderita disleksia mengalami kesusahan dalam menuliskan sebuah kalimat panjang secara akurat.
Sederhananya, penderita gangguan proses belajar ini mengalami masalah dalam mengidentifikasi sebuah kata yang diucapkan menjadi bentuk huruf, kalimat, dan sebaliknya.
Dalam buku Disleksia: Deteksi, Diagnosis, Penanganan di Sekolah dan di Rumah yang disusun oleh Endang Widyorini dan Julia maria van Tiel, secara umum, terdapat dua subtipe disleksia, di antaranya:
ADVERTISEMENT
Sebuah riset mengungkapkan sekitar 60 persen dari total sampel mengalami disleksia auditori. Sementara penderita disleksia visual tercatat hanya 10 persen. Sedangkan 20 persen lainnya merupakan kombinasi dari penderita disleksia visual dan auditori, dan 10 persen lainnya tak dapat ditentukan.
Gejala Disleksia
Karena disleksia termasuk ke dalam gangguan proses belajar, tentu memunculkan pertanyaan, “berapa IQ anak disleksia?”. Perlu diketahui bahwa anak yang menderita disleksia memiliki kemampuan normal layaknya anak pada umumnya. Hanya saja yang membedakan yakni kemampuan dalam membaca atau menulis.
Widyorini dan van Tiel dalam sumber yang sama mengungkapkan bahwa disleksia tak memiliki korelasi dengan tingkat intelegensi para penderitanya. Sebab, kriteria ‘tingkat kepintaran’ pada gejala gangguan Specific Learning Disorder tersebut sudah tak digunakan lagi.
ADVERTISEMENT
Bahkan pada beberapa kasus di luar kemampuan membaca, penderita disleksia memiliki kemampuan dan kepintaran yang lebih tinggi dibandingkan anak normal pada umumnya.
Anak dengan gangguan disleksia umumnya memiliki IQ rata-rata 90 hingga 110. Artinya, kemampuan pada anak yang menderita disleksia masih optimal. Lantas, apa ciri-ciri anak disleksia? Berikut masing-masing uraiannya.
Mendeteksi Disleksia pada Anak
Mengidentifikasi anak dengan gangguan disleksia sebenarnya cukup mudah dilakukan saat anak menginjak usia prasekolah. Menurut buku Disleksia: Deteksi, Diagnosis, Penanganan di Sekolah dan di Rumah, berikut karakteristik disleksia pada anak:
ADVERTISEMENT
Sementara itu, dalam buku Living with Dyslexia, kekurangan penderita gangguan belajar dalam aspek membaca dapat diketahui melalui beberapa hal berikut:
Sedangkan dalam aspek menulis, penderita disleksia menunjukkan beberapa tindakan berikut:
Penyebab Disleksia
Mengutip Healthline, meski penyebab disleksia belum diketahui secara pasti, akan tetapi terdapat perbedaan neurologis pada penderita gangguan belajar yang satu ini. Sebuah studi menemukan bahwa corpus callosum pada penderita disleksia memiliki perbedaan dengan individu pada umumnya.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, otak bagian kiri pada penderita disleksia juga berpotensi memiliki perbedaan dengan orang pada umumnya. Akan tetapi, perbedaan tersebut belum jelas terbukti sebagai penyebab disleksia.
Para ahli telah mengidentifikasi beberapa gen yang terhubung dengan perbedaan otak tersebut. Mereka menyebutkan bahwa disleksia dapat disebabkan oleh faktor genetik. Sebab, sebuah riset menunjukkan bahwa anak dengan disleksia rata-rata memiliki orang tua dengan gangguan yang sama.
Lalu, apakah disleksia bahaya? Berdasarkan uraian di atas, disleksia bukanlah gangguan yang berbahaya. Meski tak dapat disembuhkan, gangguan tersebut dapat dideteksi dan ditangani melalui beberapa tindakan khusus yang dapat meningkatkan kemampuan belajar seperti membaca dan menulis.
Maka dari itu, penting bagi lingkungan sekitar, terutama orang tua dan guru untuk memberikan bimbingan sekaligus dukungan secara intens bagi penderita disleksia.
ADVERTISEMENT
(ANM)