Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Efek PIN Polio Tetes 2024 yang Perlu Diketahui
26 Juli 2024 15:21 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Efek PIN polio tetes 2024 perlu diketahui para orang tua. Vaksin yang tengah digalakkan pemerintah Indonesia dalam beberapa pekan ini wajib diberikan ke bayi dan anak-anak demi mengurangi penyebaran virus penyebab polio.
ADVERTISEMENT
PIN (Pekan Imunisasi Nasional) Polio dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama sudah dilakukan pada 27 Mei 2024 lalu, kemudian dilanjutkan tahap dua pada 23 Juli sampai 12 Agustus 2024.
Efek PIN polio tetes 2024 tergolong ringan dan jarang terjadi, tapi tetapi perlu diwaspadai. Simak uraian lengkapnya dalam penjelasan di bawah ini.
Efek PIN Polio Tetes 2024
Merujuk buku Petunjuk Teknis Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio terbitan Kementerian Kesehatan RI, PIN Polio merupakan pemberian imunisasi tambahan polio untuk kelompok sasaran imunisasi agar mendapatkan imunisasi polio tanpa memandang status imunisasi yang telah dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan kajian epidemiologi.
Dalam program pemerintah Indonesia, pencegahan polio dilakukan dengan pemberian dua jenis vaksin, yakni vaksin tetes atau oral polio vaccine (OPV) dan suntik atau inactivated polio vaccine (IPV). Pemberian vaksin polio secara kombinasi tersebut bertujuan agar kekebalan tubuh lebih optimal dalam melawan virus polio.
ADVERTISEMENT
Jenis vaksin yang diberikan dalam PIN polio 2024 adalah Novel Oral Polio Vaccine type 2 (nOPV2) dan bivalent Oral Polio Vaccine (bOPV). Vaksin tetes akan bekerja pada usus penerimanya dan virus polio dapat keluar melalui tinja selama 6 hingga 8 minggu usai pemberian vaksin.
Adapun efek PIN polio tetes 2024 adalah diare hingga lemas. Meskipun jarang terjadi, menurut situs RxList, individu penerima vaksin dengan sistem kekebalan tubuh lemah lebih rentan mengalami efek samping.
Sementara itu, dikutip dari Better Health Channel, efek samping untuk penerima vaksin suntik, yaitu nyeri otot, kemerahan, gatal, dan bengkak di tempat suntikan, demam, anak-anak tampak gelisah, dan terkadang terdapat benjolan di tempat suntikan.
ADVERTISEMENT
Untuk menghindari efek samping, sebaiknya diskusikan dengan dokter soal rencana imunisasi. Selain itu, tunggu hingga 15 menit setelah vaksin diberikan guna melihat efek yang timbul agar dapat segera ditangani.
Orang tua dapat memberikan beberapa langkah penanganan untuk mengurangi gejala yang muncul usai pemberian vaksin polio, seperti memberikan cairan tambahan apabila anak mengalami demam atau obat penurun panas.
Apabila efek samping yang terjadi pada anak berlanjut, sebaiknya segera ke dokter.
Jenis Vaksin PIN Polio 2024
PIN Polio 2024 diselenggarakan untuk mencegah virus polio yang dapat mengakibatkan kelumpuhan permanen, terutama pada anak yang belum mendapatkan imunisasi polio lengkap.
Sasaran PIN Polio adalah seluruh anak Indonesia berusia 0 hingga 7 tahun. Pemberian vaksin pada PIN Polio 2024 ini tak memandang status imunisasi sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan informasi dari situs sehatnegeriku.kemkes.go.id, jenis vaksin yang diberikan pada tahap pertama adalah Novel Oral Polio Vaccine type 2 (nOPV2) dan bivalent Oral Polio Vaccine (bOPV). Lalu, vaksin yang diberikan untuk PIN Polio 2024 tahan kedua adalah nOPV2.
Vaksin nOPV2 adalah vaksin yang hanya digunakan dalam program imunisasi respons terhadap Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio tipe 2 dan tak digunakan dalam imunisasi rutin. Vaksin tersebut telah bersertifikat PreQualified (PQ) dari WHO, serta sudah mendapatkan nomor izin edar dari BPOM.
Sementara, vaksin bOPV merupakan jenis vaksin yang rutin digunakan dalam program imunisasi sejak 2016. Vaksin ini juga telah memiliki izin edar dari WHO dan BPOM. Baik nOPV2 dan bOPV adalah vaksin yang diproduksi PT Biofarma.
ADVERTISEMENT
Jadwal PIN Polio 2024
Pemberian imunisasi secara serentak ini dilakukan setelah ditemukannya 12 kasus kelumpuhan sejak 2022 hingga 2024 akibat virus polio setelah bertahun-tahun Indonesia dinyatakan bebas Polio.
Menurut laporan sehatnegeriku.kemkes.go.id, kasus polio tersebut terjadi di Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua Selatan, dan Banten. Adapun 11 dari 12 kasus adalah kelumpuhan akibat virus polio tipe 2 dan 1 kasus karena virus polio tipe 1.
PIN polio tahap pertama dilakukan pada 27 Mei 2024, menyasar enam provinsi, yaitu Papua, Papua Tengah, Papua Selatan, Papua Pegunungan, Papua Barat, dan Papua Barat Daya. Sementara tahap kedua dimulai pada 23 Juli hingga 12 Agustus 2024, menyasar pada 27 provinsi lainnya, yaitu:
ADVERTISEMENT
Pelaksanaan imunisasi polio dapat dijumpai di berbagai pelayanan kesehatan terdekat, seperti Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), Pondok Bersalin Desa (Polindes), Pondok Bersalin Desa (Polindes), Puskesmas Pembantu (Pustu), Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), klinik swasta, rumah sakit, dan beberapa pos pelayanan imunisasi di bawah koordinasi Dinas Kesehatan setempat.
Selain dilakukan di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan seperti disebutkan di atas, PIN juga digelar di PAUD, TK, SD, dan MI.
Kemudian, untuk mendapatkan vaksin polio cukup dengan membawa fotokopi Kartu Keluarga dan Buku Kartu Indonesia Anak untuk bayi dan balita. Pemberian vaksin dilakukan oleh tim medis, bidan, dan kader posyandu.
ADVERTISEMENT
Kasus Polio di Indonesia
Berdasarkan buku yang ditulis Frida N berjudul Lebih Tahu tentang Penyakit Polio, Indonesia pernah menempati urutan ketiga jumlah penderita penyakit polio terbanyak. Saat itu, urutan pertama adalah Yaman dan urutan kedua adalah Nigeria.
Berdasarkan buku Petunjuk Teknis Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio terbitan Kementerian Kesehatan RI, pada Mei 2012, World Health Assembly (WHA) mendeklarasikan bahwa eradikasi polio merupakan satu isu darurat kesehatan masyarakat dan perlu disusun sebuah strategi menuju eradiaksi polio (Polio Endgame Strategy).
Pemerintah Indonesia pun mencanangkan pemberian vaksin polio secara besar-besaran untuk mengurangi penularan virus polio. Hingga, pada Maret 2014, Indonesia telah berhasil mendapatkan sertifikasi bebas polio bersama dengan negara anggota WHO di South Asia Region (SEAR).
ADVERTISEMENT
Meskipun begitu, untuk mempertahankan keberhasilan tersebut dan melaksanakan strategi menuju eradikasi polio dunia, Indonesia melakukan berbagai rangkaian PIN Polio secara bertahap.
Namun, setelah dinyatakan bebas polio secara bertahun-tahun, kasus polio kembali muncul di Indonesia. Berikut rinciannya menurut basis data Kemenkes tahun 2023 hingga 2024:
ADVERTISEMENT
(NSF)
Live Update