Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Gempa Megathrust: Penyebab, Potensi, Zona, dan Kasusnya di Indonesia
21 Agustus 2024 11:33 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Peringatan terkait gempa ini kerap kali diungkapkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia, mengingat negara Indonesia berada dalam jalur cincin api Pasifik yang aktif secara tektonik.
Penyebab Gempa Megatrhust
Dikutip dari buku Geologi Gempa Bumi Indonesia, Agung Harijoko, Secara geologi dan tektonik, di Indonesia terdapat 13 segmentasi sumber gempa megathrust dan lebih dari 295 segmentasi sumber gempa sesar aktif (PUSGEN, 2017).
Kondisi semacam ini menjadikan aktivitas gempa di Indonesia dapat terjadi kapan saja dalam berbagai magnitudo dan kedalaman hiposentrum yang digambarkan pada peta seismisitas Indonesia
Zona-zona ini terbentuk dari pertemuan lempeng tektonik besar seperti Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Di Indonesia, gempa bumi Megathrust utamanya disebabkan oleh aktivitas subduksi, di mana lempeng samudera yang lebih padat menyusup di bawah lempeng benua yang lebih ringan.
ADVERTISEMENT
Proses ini mengakumulasi energi selama bertahun-tahun, dan saat batuan tidak lagi mampu menahan tekanan, energi tersebut dilepaskan secara tiba-tiba dalam bentuk gempa bumi besar.
Penyebab gempa bumi megathrust dapat dirinci sebagai berikut:
1. Akumulasi Stress
Tekanan yang terus-menerus pada zona subduksi mengakibatkan akumulasi stress pada batuan.
2. Pelepasan Energi
Ketika batuan tidak mampu lagi menahan tekanan, energi dilepaskan secara tiba-tiba.
3. Pergerakan Lempeng
Aktivitas pergerakan lempeng tektonik menyebabkan deformasi pada batuan.
4. Zona Seismic Gap
Wilayah yang lama tidak mengalami gempa besar berpotensi mengalami gempa bumi Megathrust.
5. Karakteristik Batuan
Sifat dan struktur batuan di zona subduksi mempengaruhi potensi terjadinya gempa bumi Megathrust.
Dampak
Zona subduksi gempa bumi Megathrust berada di sekitar Samudra Pasifik yang memiliki area berbentuk tapal kuda. Di sebagian besar zona ini lempeng benua menimpa lempeng samudra karena lempeng samudra lebih berat dan dingin.
ADVERTISEMENT
Sumber gempa ini biasanya terletak di bawah laut. Oleh karena itu sulit untuk melakukan pengamatan mendetail berdasarkan pengukuran seismik, geologi, dan geodetik.
Satu gempa bumi Megathrust ini setara dengan energi yang dilepaskan oleh 32.000 bom nuklir Hiroshima. Pelepasan energi yang sangat dahsyat selama gempa bumi Megathrust dapat menimbulkan konsekuensi bencana bagi wilayah di sekitarnya dan menyebabkan potensi kerusakan yang sangat besar dari peristiwa seismik ini.
Megathrust berpotensi menghasilkan tsunami yang dahsyat akibat pergerakan vertikal dasar laut yang besar yang terjadi ketika gempa bumi berlangsung.
1. Kerusakan Infrastruktur
Gempa bumi Megathrust dapat menyebabkan kerusakan parah pada bangunan, jembatan, jalan, dan infrastruktur lainnya. Bangunan yang tidak dirancang untuk tahan gempa bisa runtuh, menyebabkan korban jiwa dan luka-luka.
ADVERTISEMENT
2. Tsunami
Satu di antara dampak paling serius dari gempa bumi Megathrust adalah kemampuannya untuk memicu tsunami besar. Tsunami yang dihasilkan bisa mencapai pantai dengan sangat cepat, membawa gelombang setinggi puluhan meter yang menghancurkan wilayah pesisir, merusak rumah, dan menyapu orang serta harta benda ke laut.
3. Korban Jiwa
Lantaran skala besar dari gempa dan tsunami yang ditimbulkannya, gempa bumi Megathrust sering kali menyebabkan banyak korban jiwa. Jumlah korban bisa mencapai ribuan hingga ratusan ribu, seperti yang terjadi pada tsunami Samudra Hindia 2004.
4. Gangguan Ekonomi
Gempa bumi Megathrust dapat menghancurkan infrastruktur penting seperti pelabuhan, pabrik, dan fasilitas lainnya yang mendukung ekonomi lokal dan nasional. Hal ini bisa menyebabkan gangguan besar pada aktivitas ekonomi, dengan dampak jangka panjang pada pertumbuhan ekonomi di wilayah yang terkena dampak.
ADVERTISEMENT
5. Kerusakan Lingkungan
Selain kerusakan pada infrastruktur dan manusia, gempa bumi Megathrust dapat menyebabkan kerusakan lingkungan yang signifikan. Tsunami yang mengikuti gempa bisa membawa puing-puing dan bahan beracun ke laut, merusak ekosistem laut, hutan bakau, dan terumbu karang.
Peta Zona Megathrust di Indonesia
Zona Megathrust adalah istilah untuk menyebut jalur subduksi lempeng bumi yang sangat panjang, tetapi relatif dangkal. Gempa bumi Megathrust digambarkan dengan menumpuknya lempeng bumi, yaitu lempeng di bawah mendorong lempeng di atasnya.
Ada tiga zona Megathrust di Indonesia yang termasuk dalam zona subduksi aktif yaitu subduksi Sunda mencakup Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba. Lalu ada subduksi Banda, subduksi Lempeng Laut Maluku, subduksi Sulawesi, subduksi Lempeng Laut Filipina, dan subduksi Utara Papua.
ADVERTISEMENT
Ada pula tiga segmentasi megathrust di Samudra Hindia selatan Jawa. Segmentasi megathrust tersebut, yaitu segmen Jawa Timur, segmen Jawa Tengah-Jawa Barat, dan segmen Banten-Selat Sunda.
Ketiga segmen megathrust ini memiliki magnitudo tertarget M 8.7, yang artinya zona Megathrust menyimpan potensi gempa besar.
Kasus Gempa Megathrust di Indonesia
Indonesia memiliki sejarah gempa bumi Megathrust yang merusak. Berikut adalah beberapa contoh yang telah tercatat:
1. Gempa Bumi Megathrust Sumatra 1833
Pada tahun 1833, gempa berkekuatan diperkirakan sekitar M8,8 mengguncang wilayah barat Sumatera. Gempa ini juga menghasilkan tsunami yang besar, meskipun rincian kerusakannya tidak sebanyak data modern.
2. Gempa Bumi Megathrust 2004 di Aceh
Pada 26 Desember 2004, gempa berkekuatan M9,1 mengguncang lepas pantai barat Sumatera dan memicu tsunami dahsyat yang melanda 14 negara. Bencana ini mengakibatkan lebih dari 230.000 korban jiwa dan merupakan salah satu gempa terkuat yang pernah tercatat.
ADVERTISEMENT
3. Gempa Bumi Megathrust Mentawai 2010
Pada 25 Oktober 2010, gempa berkekuatan M7,7 terjadi di dekat kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Gempa ini juga memicu tsunami yang menyebabkan kerusakan signifikan dan menewaskan lebih dari 400 orang.
Potensi dan Mitigasi Gempa Bumi Megathrust di Indonesia
Mengingat potensi yang besar dari gempa bumi Megathrust di Indonesia, BMKG terus memberikan peringatan dan mendesak masyarakat untuk selalu waspada. Langkah-langkah mitigasi yang dapat diambil mencakup:
1. Edukasi dan Kesiapsiagaan Masyarakat
Edukasi dan simulasi gempa serta tsunami perlu dilakukan secara berkala untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat, terutama di daerah rawan.
2. Pembangunan Infrastruktur yang Tahan Gempa
Standar bangunan yang tahan gempa harus diterapkan di seluruh wilayah berisiko. Pembangunan harus memperhatikan kode-kode bangunan yang dapat mengurangi dampak kerusakan saat gempa terjadi.
3. Sistem Peringatan Dini
Pengembangan dan pemeliharaan sistem peringatan dini tsunami yang efisien dapat memberikan waktu bagi masyarakat untuk evakuasi sebelum gelombang besar mencapai daratan.
ADVERTISEMENT
4. Monitoring dan Riset Seismik
Konsistensi dalam monitoring dan riset seismologi sangat penting untuk memprediksi dan memahami pola aktivitas tektonik. Data yang diperoleh dapat membantu dalam menyusun strategi mitigasi yang lebih efektif.
5. Simulasi dan Latihan Evakuasi
Simulasi yang melibatkan masyarakat, pemerintah lokal, dan lembaga terkait harus dilakukan secara berkala untuk memastikan kesiapan dalam menghadapi skenario terburuk.
Tanda-Tanda Munculnya Gempa Bumi Megathrust
Berikut adalah tanda-tanda munculnya gempa bumi Megathrust yang harus diwaspadai:
1. Aktivitas Seismik Kecil (Foreshocks)
Sebelum terjadinya gempa besar, terkadang muncul aktivitas seismik kecil atau gempa pendahuluan yang dikenal sebagai foreshocks. Namun, tidak semua gempa besar didahului oleh foreshocks, dan tidak semua foreshocks diikuti oleh gempa besar sehingga ini bukan tanda yang pasti.
2. Deformasi Permukaan Tanah
Perubahan pada permukaan tanah, seperti pergeseran atau pergerakan tanah yang tidak biasa, dapat menjadi tanda bahwa ada tekanan besar yang sedang terbentuk di bawah permukaan bumi.
ADVERTISEMENT
Deformasi ini dapat diukur dengan alat-alat geodesi seperti GPS atau InSAR (Interferometric Synthetic Aperture Radar).
3. Anomali pada Level Air Tanah
Sebelum gempa bumi, perubahan tekanan di dalam bumi dapat menyebabkan perubahan pada level air tanah. Penurunan atau peningkatan mendadak dalam level air sumur atau mata air dapat menjadi indikasi aktivitas tektonik yang sedang berlangsung.
4. Perubahan Medan Magnetik
Aktivitas tektonik dapat memengaruhi medan magnetik bumi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada anomali medan magnetik yang terdeteksi sebelum gempa bumi besar, termasuk gempa bumi Megathrust.
5. Tekanan Tektonik yang Terakumulasi
Satu di antara tanda paling signifikan dari potensi gempa bumi Megathrust adalah akumulasi tekanan tektonik di zona subduksi. Pemantauan terus-menerus terhadap pergerakan lempeng dan tekanan yang terakumulasi di zona ini dapat memberikan indikasi bahwa gempa besar mungkin akan terjadi.
ADVERTISEMENT
6. Gempa Subduksi Terdahulu
Riwayat gempa di suatu daerah juga dapat memberikan petunjuk tentang kemungkinan gempa bumi Megathrust di masa depan. Jika suatu wilayah memiliki sejarah gempa subduksi besar, ada kemungkinan bahwa tekanan sedang terakumulasi kembali untuk gempa bumi Megathrust berikutnya.
7. Kepadatan Energi Seismik yang Tinggi
Ketika gempa kecil dan sedang sering terjadi di suatu wilayah, ini mungkin menunjukkan bahwa energi seismik sedang terakumulasi dan mungkin dilepaskan dalam bentuk gempa besar seperti megathrust.
8. Tanda-Tanda di Lautan
Lantaran gempa bumi Megathrust sering terjadi di bawah laut, ada beberapa tanda yang dapat diamati di lautan, seperti perubahan kecepatan arus laut, peningkatan suhu air laut, atau perubahan dalam perilaku hewan laut.
Gempa Megathrust adalah ancaman nyata yang harus dihadapi dengan serius, terutama bagi negara yang berada dalam zona subduksi aktif seperti Indonesia. Penting untuk selalu waspada terhadap potensi gempa besar melalui edukasi, mitigasi, dan kesiapsiagaan.(glg)
ADVERTISEMENT