Konten dari Pengguna

Kapan Malam 1 Suro 2023? Ini Tanggal dan Tradisinya dalam Masyarakat Jawa

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
17 Juli 2023 8:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi malam 1 Suro 2023. Foto: Unsplash.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi malam 1 Suro 2023. Foto: Unsplash.
ADVERTISEMENT
Malam 1 Suro 2023 akan tiba dalam hitungan hari. Malam pergantian tahun bagi masyarakat Jawa itu dirayakan dengan berbagai tradisi. Suro sendiri adalah bulan pertama dalam kalender Jawa-Islam yang dianggap sebagai bulan yang sakral dan penuh mistis oleh beberapa orang.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Misteri Bulan Suro dalam Perspektif Islam Jawa yang ditulis Muhammad Solikhin, sebagian masyarakat Jawa percaya pada malam 1 Suro makhluk gaib keluar dari tempat persemayamannya, termasuk roh leluhur.
Untuk menghindari gangguan roh halus, dilakukan beberapa upacara dan ritual tradisi Jawa, mulai dari tirakatan hingga pengajian. Malam Suro juga dirayakan dengan berbagai acara kesenian, seperti pagelaran wayang dan kirab budaya.

Kapan Malam 1 Suro 2023?

Malam 1 Suro bertepatan dengan malam Tahun Baru Islam 1 Muharram. Pelaksanaan Tahun Baru Islam sendiri sudah ditetapkan oleh pemerintah melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri Nomor 3 Tahun 2022 tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2023.
Menurut surat tersebut, Tahun Baru Islam 1 Muharram ditetapkan jatuh pada 19 Juli 2023. Ini berarti 1 Suro juga akan dirayakan pada hari yang sama, yakni 19 Juli 2023. Dengan demikian, malam 1 Suro jatuh pada 18 Juli 2023.
ADVERTISEMENT

Tradisi Malam 1 Suro

Ilustrasi malam 1 Suro 2023. Foto: ANTARA/Kumparan.
Mengutip laman Pemerintahan Desa Kumpulrejo, malam 1 Suro dirayakan dengan melakukan berbagai ritual yang kental dengan budaya Jawa. Di lingkungan kraton, malam 1 Suro dimanfaatkan untuk membersihkan benda-benda pusaka.
Selain membersihkan benda pusaka, para abdi dalem dan keluarga kraton juga melakukan tradisi tapa bisu. Tapa bisu adalah ritual yang dilakukan dengan berjalan mengitari komplek keraton tanpa bersuara.
Tujuan dari ritual ini adalah untuk melakukan introspeksi diri. Selama prosesi, para pelaku tapa bisu merenungkan perbuatan yang telah mereka lakukan setahun lalu.
Khusus di Keraton Surakarta, tapa bisu atau kirab bisu juga dilakukan bersamaan dengan mengarak kebo bule. Kebo bule sendiri adalah kerbau putih peliharaan keraton.
ADVERTISEMENT
Kebo putih ini dijadikan cucuk lumpah atau pengawal kirab. Binatang yang dijadikan cucuk lumpah atau pengawal kirab ini bukanlah hewan sembarangan. Konon, kerbau tersebut adalah keturunan dari klangenan (hewan peliharaan) Sultan Pakubuwono II.
Karena asal usulnya itu, kebo bule dianggap sakral oleh sebagian masyarakat. Saat kirab, beberapa orang mengambil kotoran kebo bule sebagai jimat tolak bala.
Sementara perayaan malam 1 Suro di lingkungan rumah dilakukan dengan tirakatan atau tasyakuran. Ritual ini digelar di lingkungan rumah dengan cara berdoa dan makan bersama.
Beberapa keluarga ada yang masih menjalankan tradisi ubarampe di rumah. Ubarampe sendiri adalah perlengkapan yang diperlukan dalam ritual atau acara.
Bentuk ubarampe bisa berupa dupa, kopi, hingga jajan pasar. Salah satu ubarampe masyarakat Jawa yang paling terkenal adalah nasi tumpeng yang melambangkan kemakmuran.
ADVERTISEMENT
(GLW)