Konten dari Pengguna

Kisah Abu Bakar As Siddiq, Sahabat Rasulullah yang Dikenal Mulia

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
11 Agustus 2024 6:06 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi untuk kisah Abu Bakar As Siddiq. Foto: Unsplash/Malik Shibly
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi untuk kisah Abu Bakar As Siddiq. Foto: Unsplash/Malik Shibly
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kisah Abu Bakar As Siddiq menjadi salah satu catatan yang tak pernah hilang pamor di tengah tumpukan sejarah keistimewaan para sahabat Rasulullah saw. Namanya selalu berada di barisan pertama pengikut setia Nabi, dari masa permulaan kenabian.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari repository.iainpare.ac.id, Abu Bakar As Siddiq dikenal sebagai sahabat yang senantiasa menemani dakwah Rasulullah saw., baik dalam suka maupun duka. Dirinya rela berkorban harta dan jiwa demi mendukung penyebaran risalah dakwah.
Tak hanya itu, Abu Bakar r.a. juga telah menemani Nabi Muhammad saw. sejak kecil. Sehingga, berkat kedekatan, dukungan, dan segala pengorbanannya, sang sahabat memiliki tempat khusus di hati Rasulullah saw., pun dalam bentangan sejarah Islam.

Kisah Abu Bakar As Siddiq

Ilustrasi untuk kisah Abu Bakar As Siddiq. Foto: Unsplash/Sajimon Sahadevan
Mengingat betapa mulianya sang sahabat di mata Allah Swt., Rasulullah saw., serta golongan orang yang beriman, menjadikan hati umat Islam tergerak untuk mempelajari kisahnya. Karena itu, simaklah sekilas kisah Abu Bakar As Siddiq r.a., berikut ini:

1. Latar belakang Abu Bakar dengan Rasulullah saw.

Abu Bakar As Siddiq r.a. memiliki nama lengkap Abdullah bin Usman bin Amir bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr al-Qurasy. Pada kakek yang ke enam, Murrah, nasabnya bertemu dengan nasab Rasulullah saw.
ADVERTISEMENT
Abu Bakar r.a. lahir di Kota Mekkah dengan rentang 2 tahun setelah peristiwa Am al-Fil. Am-al-Fil sendiri berarti tahun di mana tentara gajah yang dibawa Abrahah menyerang Makkah, yang mana di tahun itulah Rasulullah Muhammad saw. lahir.
Terpaut usia 2 tahun lebih muda dari Rasulullah saw., Abu Bakar diketahui telah menjadi teman akrab Rasulullah sejak kecil. Keduanya memiliki sifat yang sama, yakni jujur, tidak suka berbuat kejelekan, tidak menyembah berhala, dan tidak suka minum khamr.
Bahkan, pekerjaannya pun sama, di mana Abu Bakar adalah seorang pedagang, selayaknya Rasulullah yang merupakan seorang pedagang. Dalam kisahnya, semua kekayaan Abu Bakar sebagai pedagang diberikan untuk digunakan pada kepentingan dakwah Islam.
Pengorbanan sang sahabat sudah dilakukan sejak beliau pertama masuk Islam. Pada saat itu, Abu Bakar sudah memiliki empat puluh ribu dirham, yang mana semua kepemilikan ini disumbangkan untuk dakwah Islam dan untuk membebaskan budak-budak muslim.
ADVERTISEMENT

2. Kebaikan Abu Bakar yang Tiada Tandingnya

Saking banyaknya pengorbanan beliau semasa bersama nabi, dituliskan bahwa Rasulullah saw. paling banyak menggunakan harta Abu Bakar As Siddiq, beliau bersabda, “Tidak ada harta yang lebih memberikan manfaat bagiku, selain hartanya Abu Bakar.”
Suatu hari, Rasulullah saw. menganjurkan para sahabat untuk bersedekah. Saat itu, Umar bin Khattab sedang memiliki harta, maka, Umar pun bergegas pulang sembari berkata, “Hari ini, walaupun hari ini saja, aku akan mendahului kebaikan Abu Bakar.
Setelah sampai di kediamannya, Umar mengambil separuh hartanya, lalu menemui Rasulullah saw. Sesampainya di hadapan beliau, Umar ditanya, “Berapa yang kamu tinggalkan untuk keluargamu?” “Sebesar yang aku infakkan ya Rasulullah,” Umar.
Kemudian, datanglah Abu Bakar dengan membawa hartanya. Rasulullah saw. bertanya hal serupa kepadanya, “Apa yang kamu tinggalkan untuk keluargamu?” Lantas, Abu Bakar r.a. pun menjawab, “Aku tinggalkan Allah dan Rasul-Nya.”
ADVERTISEMENT
Mendengar ucapan Abu Bakar itu, Umar lantas berkata, “Sungguh aku tidak akan bisa mendahului kebaikan Abu Bakar untuk selamanya.” Begitu juga bagi para sahabat lainnya, tak ada yang mau membandingkan diri dengan kebaikan Abu Bakar r.a.
Ilustrasi untuk kisah Abu Bakar As Siddiq. Foto: Unsplash/Yasmine Arfaoui

3. Kemuliaan Abu Bakar sebagai As Siddiq

Abu Bakar r.a. adalah sosok sahabat yang paling banyak berdoa. Hatinya lembut dan pengasih, sangat pemalu dan penyayang. Beliau adalah sahabat yang sangat wara dan zuhud. Karenanya, ia dijuluki sebagai manusia terbaik setelah Rasulullah saw.
Berkat kemuliaan hati dan kedekatannya dengan Rasulullah, Abu Bakar menjadi orang yang pertama ditunjuk Rasulullah saw., dari sekian banyak sahabat, untuk menjadi imam salat, menggantikan beliau yang pada saat itu sedang sakit.
Abu Bakar terus menemani dan menjadi teman paling setia Rasulullah saw., baik ketika senang maupun susah. Rasulullah saw. menggelarinya sebagai orang yang jujur, atau As Sidiq, dan hanya Abu Bakar-lah satu-satunya orang yang memiliki gelar tersebut.
ADVERTISEMENT
Gelar As Siddiq yang melekat pada Abu Bakar diberikan Rasulullah karena beliau merupakan sosok yang paling cepat meyakini dan membenarkan apa yang disampaikan oleh beliau saw., yakni ajaran Islam, sekalipun banyak orang yang menentangnya saat itu.
Dikisahkan, pada suatu pagi, Rasulullah saw. memberi tahu manusia bahwa beliau semalam telah melaksanakan ‘isra,’ yakni perjalanan dari Masjidil Haram ke Baitul Maqdis, dan ‘mi’raj,’ yakni perjalanan dari Baitul Maqdis ke Sidratul Muntaha.
Orang-orang itu pun tidak percaya, kemudian mereka datang kepada Abu Bakar dan berkata, “Wahai Abu Bakar, apakah engkau percaya yang dikatakan temanmu, Muhammad, bahwa ia pergi ke Baitul Maqdis di malam hari, dan sampai di sini sebelum subuh?”
Apakah dia, Muhammad, yang mengatakan begitu?” tanya Abu Bakar, lalu dijawab lagi “Ya, benar.” “Kalau Muhammad yang berkata, maka aku akan membenarkan berita dari langit, dan aku akan membenarkan dia, berita yang lebih aneh daripada itu.”
ADVERTISEMENT

4. Kesetiaan Abu Bakar menemani Dakwah Rasulullah

Ketika dakwah Islam mulai menyebar ke seluruh penjuru Makkah, orang-orang Quraisy merencanakan pembunuhan terhadap Rasulullah saw. Karenanya, Rasulullah saw. pun hijrah ke Madinah, ditemani sahabat setianya, Abu Bakar As Siddiq r.a.
Dalam perjalanan itu, Rasulullah dan Abu Bakar dikejar-kejar orang-orang kafir musyrik lalu mereka bersembunyi di Gua Tsur. Ketika itu, persembunyian Rasul dan sang sahabat hampir diketahui musuh, karena orang-orang kafir itu pun sampai di gua tersebut.
Namun, saat musuh akan masuk ke dalam gua untuk memeriksa keberadaan Rasulullah dan Abu Bakar, Allah Swt. menolong mereka dengan adanya sarang laba-laba yang masih menyatu, tidak rusak sedikit pun, bak tak pernah ada orang yang melewatinya.
Dari sanalah orang-orang kafir berkesimpulan, tidak mungkin Rasulullah dan Abu Bakar ada di dalam gua. Lantas, para musuh melanjutkan pencarian ke tempat lain, dan Rasul beserta Abu Bakar selamat dari kejahatan yang direncanakan mereka.
Ilustrasi untuk kisah Abu Bakar As Siddiq. Foto: Unsplash/Anna Jahn

5. Pengangkatan Abu Bakar sebagai Khalifah

ADVERTISEMENT
Pada tahun ke 11 Hijriah, Rasulullah saw. wafat. Oleh karena itu, para sahabat melakukan musyawarah untuk menentukan pemimpin selanjutnya, hingga akhirnya, para sahabat sepakat membaiat Abu Bakar, sang sahabat pertama, sebagai Khalifatur-Rasulillah.
Setelah beliau diangkat menjadi Khalifah, beliau menyampaikan pidato singkat, namun penuh makna, di Masjid Nabawi. Beliau memuji Allah dan berkata, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku telah diangkat menjadi pemimpin kalian.
Padahal aku bukan orang terbaik di antara kalian. Jika aku berbuat baik, maka bantulah aku. Jika aku berbuat keliru, maka luruskanlah aku. Kejujuran itu adalah amanah dan kedustaan itu adalah khianat.
Orang-orang yang lemah di antara kalian, adalah kekuatan bagiku., semoga aku bisa menunaikan haknya, Insyaa Allah. Dan orang-orang yang kuat di antara kalian adalah lemah, sampai aku ambil kewajibannya secara benar, insyaa Allah.
ADVERTISEMENT
Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad fi sabilillah, kecuali Allah pasti akan menghinakan mereka. Dan tidaklah suatu kaum melakukan perbuatan keji dan maksiat, kecuali pasti Allah pasti akan menurunkan azabnya.
Taatilah aku selama aku menaati Allah dan Rasul-Nya, dan jika aku bermaksiat kepada Allah, tidak boleh kalian menaatiku.

6. Kekhalifahan Abu Bakar setelah Wafatnya Rasulullah

Pada masa pemerintahan Abu Bakar, kaum muslimin diuji dengan banyaknya orang-orang yang murtad, enggan membayar zakat, dan banyaknya kemunculan nabi-nabi palsu. Abu Bakar pun mengambil langkah tegas untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Di antaranya dengan memberangkatkan pasukan Usamah bin Zaid untuk memerangi kabilah Qudha’ah Islam yang murtad. Dengan izin Allah, pasukan ini mendapatkan kemenangan, sehingga hal ini dapat menjadi peringatan bagi kaum yang menyalahi Islam.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pada masa pemerintahannya, Al-Quran mulai dikumpulkan dan disatukan atas usulan Umar bin Khattab r.a., karena banyaknya sahabat yang khawatir akan hilangnya hafalan mereka. Tugas ini diserahkan kepada Zaid bin Tsabit r.a.
Abu Bakar juga berupaya menyebarkan dakwah Islam ke berbagai negeri, termasuk negeri adidaya saat itu, yakni Persia dan Romawi. Beliau mengangkat Khalid bin Walid sebagai panglima tertinggi kaum muslimin dalam mengemban misi dakwah ini.
Pertempuran sengit pun tidak dapat dihindarkan, baik ketika melawan Persia maupun Romawi. Namun, atas pertolongan Allah Swt. kaum muslimin meraih kemenangan, dan Abu Bakar pun sukses menjalankan misi dakwah Islam.

7. Akhir Masa Kepemimpinan dan Wafatnya Abu Bakar

Suatu hari, pada tahun ke 13 Hijriah, Abu Bakar r.a. mandi di musim dingin, sehingga beliau terserang demam selama 15 hari. Karenanya, beliau tidak bisa mengimami salat, dan lantas meminta Umar bin Khattab menggantikannya menjadi imam salat di Masjid Nabawi.
ADVERTISEMENT
Tak berselang lama, Abu Bakar r.a. wafat pada hari Senin sore, tanggal 22 Jumadil Akhir, tahun ke 13 Hijriah. Itu artinya, beliau menjadi khalifah selama 2 tahun, 3 bulan, 10 malam, serta beliau wafat di usia yang sama dengan usia Rasulullah saw. ketika wafat.
Sebelum wafat, Abu Bakar berwasiat agar jenazahnya dimandikan oleh istrinya, Asma’ binti Umais, kemudian dikafani dan dimakamkan di samping Rasulullah saw. Dengan ini, kisah sahabat mulia Rasulullah saw. berakhir dan terus melekat dalam sejarah.
(Sumber: Youtube, AKHA Animation, “Kisah Abu Bakar As Siddiq, Khulafa’ur Rosyidin”)
Demikian ulasan mengenai kisah Abu Bakar As Siddiq r.a., sahabat Rasulullah yang dikenal mulia dan bijaksana. Sebagai umat Islam, alangkah lebih baik untuk menjadikan seluruh teladan sang sahabat sebagai motivasi agar menjadi pribadi yang lebih bertakwa.
ADVERTISEMENT