Kisah Kebo Ijo dalam Sejarah Kerajaan Singasari

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
Konten dari Pengguna
26 September 2023 18:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Kerajaan Singasari. Sumber: Nindya/unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kerajaan Singasari. Sumber: Nindya/unsplash.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kisah Kebo Ijo berhubungan erat dengan legenda Kerajaan Singasari. Dalam kisah tersebut, Kebo Ijo menjadi salah satu tokoh yang memiliki peran penting dalam perjalanan Ken Arok menjadi raja di Kerajaan Singasari pada 1222 Masehi.
ADVERTISEMENT
Kerajaan Singasari berada di Tumapel, yang saat ini diyakini terletak di Kecamatan Singasari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kerajaan tersebut memiliki beberapa raja yang terkenal, seperti Ken Arok, Anusapati, Tohjaya, Wisnuwardhana, dan Kertanegara.
Peninggalan Kerajaan Singasari yang masih bisa disaksikan saat ini adalah Candi Singasari, Malang. Kebo Ijo adalah sosok yang berperan penting dalam kesuksesan Ken Arok mendirikan Kerajaan Singasari. Lalu, bagaimana kisahnya?

Kisah Kebo Ijo dalam Sejarah Kerajaan Singasari

Ilustrasi kerajaan. Foto: Unsplash
Dirangkum dari buku Ken Arok: Banjir Darah di Tumapel oleh Gamal Komandoko (2012), Kebo Ijo atau Kebo Hijo adalah sosok tangan kanan Tunggul Ametung. Ia adalah orang yang memiliki kekuatan fisik dan kekuatan magis di daerah Tumapel.
Tunggul Ametung sendiri adalah penguasa Tumapel yang saat itu masih berada di bawah kekuasaan Kerajaan Kediri. Istrinya adalah Ken Dedes, yang diyakini sangat cantik seperti bidadari. Ken Dedes pun dikenal sebagai perempuan terpandang di Tumapel karena berasal dari kasta tertinggi dalam agama Hindu, yaitu Brahmana.
ADVERTISEMENT
Tokoh penting dalam kisah sejarah Kerajaan Singasari adalah Ken Arok, salah satu pengawal Tunggul Ametung di Tumapel. Selama bekerja, Ken Arok tertarik pada Ken Dedes yang berstatus sebagai istri Tunggul Ametung.
Hal tersebut dilarang karena perbedaan kasta. Namun, karena niatnya yang sudah bulat, Ken Arok tetap ingin memperistri Ken Dedes, dan berencana membunuh Tunggul Ametung.
Demi melakukan aksinya, Ken Arok memesan keris dari Mpu Gandring. Namun, karena tidak sabar, ia justru mengambil keris yang belum jadi dan membunuh Mpu Gandring.
Ken Arok pun menyusun rencana dengan memperalat Kebo Ijo Singosari sebagai kambin hitam dalam aksi pembunuhan Tunggul Ametung.
Singkat cerita, Ken Arok meminjamkan kerisnya pada Kebo Ijo. Sifat Kebo Ijo yang suka pamer pun dimanfaatkan oleh Ken Arok. Setelah mendapatkan keris tersebut, Kebo Ijo justru memamerkan pada penghuni Tumapel bahwa ia memiliki sebuah keris yang sakti.
ADVERTISEMENT
Dengan licik, Ken Arok mencuri kembali keris tersebut dan digunakan untuk membunuh Tunggul Ametung. Sementara itu, semua orang di kerajaan sudah mengetahui bahwa keris tersebut adalah milik Kebo Ijo.
Keris itu pun menjadi barang bukti pembunuhan Tunggul Ametung dan Kebo Ijo didakwa sebagai pembunuh. Ken Arok pun menjadi pemimpin Tumapel, membebaskan Tumapel dari wilayah Kediri, menikahi Ken Dedes, kemudian mendirikan Kerajaan Singasari.

Pesan Moral dari Sejarah Kebo Ijo

Ilustrasi kerajaan. Foto: Unsplash
Beberapa pesan moral atau amanat yang dapat diambil dari kisah sejarah Ken Arok dan Kebo Ijo adalah sebagai berikut:

1. Jangan Pamer

Sifat sombong dan suka pamer Kebo Ijo justru menjebloskannya pada fitnah pembunuhan. Untuk itu, sifat sombong harus dijauhi, karena termasuk sifat buruk yang tidak seharusnya dimiliki manusia.
ADVERTISEMENT

2. Hati-hati dengan Orang yang Licik

Orang yang memiliki sifat licik seperti Ken Arok bisa jadi ada di sekitar kita. Untuk itu, perlu berhati-hati ketika berinteraksi dengan orang lain.

3. Jangan Serakah

Baik Ken Arok maupun Kebo Ijo sama-sama memiliki sifat serakah. Sifat ini pun harus dijauhi.
Kisah Kebo Ijo mungkin tidak diketahui oleh banyak orang. Namun, ada pesan moral yang bisa diambil dari kisah Kerajaan Singasari ini.
(TAR)