Kisah Nabi Ishaq a.s. beserta Keteladanannya

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
Konten dari Pengguna
4 Maret 2024 15:33 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kisah Nabi Ishaq, Foto: Unsplash/Masjid Pogung Dalangan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kisah Nabi Ishaq, Foto: Unsplash/Masjid Pogung Dalangan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kisah Nabi Ishaq a.s. menjadi salah satu kisah penuh teladan bagi manusia, utamanya umat Islam. Kisah para nabi biasanya tercantum dalam kitab suci dari masa ke masa, khususnya pada Al-Quran sebagai penyempurna seluruh kitab.
ADVERTISEMENT
Nabi Ishaq merupakan nabi ke-9 berdasarkan urutan 25 nabi dan rasul Allah yang wajib diketahui. Selain nama nabinya, umat Islam tentu harus mengetahui perihal sejarah, keturunan, keistimewaan para nabi dan lain sebagainya.
Allah Swt. menjadikan para nabi dan rasul-Nya sebagai suri tauladan bagi umat di setiap zaman. Oleh karena itu, Allah menceritakan kisahnya di dalam kitab suci agar manusia dapat mengambil pelajaran, serta melakukan hal baik darinya.

Kisah Nabi Ishaq

Tak semua manusia mampu menafsirkan apa yang termaktub dalam kitab suci, sehingga sarana seperti buku dan sumber terpercaya lainnya dibutuhkan untuk mengenal kisah nabi lebih dalam. Simak kisah Nabi Ishaq a.s. beserta keteladanannya, berikut ini:

Kisah Kelahiran Nabi Ishaq a.s.

Dikutip dari Ibnu Katsir (Kisah Para Nabi, 2014), diketahui bahwa Nabi Ishaq a.s. merupakan keturunan Nabi Ibrahim a.s. dengan istri pertamanya, ibunda Sarah. Beliau memiliki jarak kelahiran 14 tahun setelah kelahiran Nabi Ismail a.s. dari ibunda Hajar.
ADVERTISEMENT
Nabi Ishaq lahir di Kota Hebron di Daerah Kan’an tahun 1897 SM. Kata “Ishaq” berasal dari Bahasa Ibrani, yang artinya “tertawa” (Cendikia.kemenag.go.id). Hal tersebut melambangkan kegembiraan kedua pasangan yang telah lama ingin dikaruniai keturunan.
Nabi Ishaq a.s. dilahirkan setelah ayahnya berusia 100 tahun. Sedangkan, ibunda-nya mendapatkan berita gembira tentang kelahiran Ishaq a.s. pada usia 90 tahun. Berita tersebut tercantum dalam Al-Quran surat As-Saffat ayat 112-113:
وَبَشَّرۡنٰهُ بِاِسۡحٰقَ نَبِيًّا مِّنَ الصّٰلِحِيۡنَ
Artinya: “Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh.” (112)
وَبَٰرَكْنَا عَلَيْهِ وَعَلَىٰٓ إِسْحَٰقَ ۚ وَمِن ذُرِّيَّتِهِمَا مُحْسِنٌ وَظَالِمٌ لِّنَفْسِهِۦ مُبِينٌ
Artinya: “Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. Dan diantara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata.” (113)
ADVERTISEMENT
Allah Swt. memuji Ishaq a.s. pada sejumlah ayat dalam Al-Quran. Sebagaimana hadis Rasulullah saw. dari Abu Hurairah r.a., yaitu “orang mulia, anak orang mulia, anak orang mulia, anak orang mulia; Yusuf bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim,” (Ahmad dalam Al-Musnad).

Kisah Istri Nabi Ishaq beserta Keturunannya

Dikutip dari Ibnu Katsir (Kisah 31 Nabi dari Adam hingga Isa , 2015), ahli kitab menyebutkan bahwa Ishaq menikahi Rafiqa binti Batwabil saat usia beliau mencapai 40 tahun, ketika ayahnya, Nabi Ibrahim a.s. masih hidup.
Beberapa waktu setelah pernikahan, Rafiqo diketahui mandul, namun hal tersebut tidak menyurutkan keinginan Nabi Ishaq a.s. untuk memiliki keturunan darinya. Sehingga, Nabi Ishaq a.s. berdoa kepada Allah Swt. untuk istrinya.
Setelah 20 tahun pernikahan, Rafiqo mengandung dan melahirkan dua anak kembar sekaligus. Dengan anak pertama bernama Aish atau sering disebut Al-Aish oleh orang Arab. Sedangkan, anak yang terlahir selanjutnya adalah Ya’qub.
ADVERTISEMENT
Aish dikenal sebagai nenek moyang bangsa Romawi oleh orang Arab. Sedangkan, Ya’qub merupakan asal usul nasab Bani (keturunan) Israil. Keduanya sama-sama merupakan orang yang amat berpengaruh pada masanya.
Dari kisah Nabi Ishaq yang disampaikan ahli kitab (Ibnu Katsir, 2015), diketahui bahwa “Ishaq lebih mencintai Aish daripada Ya’qub, karena Aish adalah anak pertama. Kendati, ibunya lebih mencintai Ya’qub karena ia merupakan anak bungsu.”
Hal tersebut dibuktikan dengan adanya kisah yang disampaikan pula oleh ahli kitab, di mana saat Ishaq a.s. menginjak usia renta dan pandangannya mulai melemah, ia menginginkan sebuah makanan dan meminta Aish untuk berburu.
Nabi Ishaq a.s. meminta Aish memasakkannya juga, serta mendoakan keberkahan untuknya. Aish pada dasarnya dikenal sebagai sosok yang gemar berburu. Maka dari itu, setelahnya ia pun pergi berburu untuk memenuhi perintah ayahnya.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Rafiqo, ibunya menyuruh Ya’qub anaknya untuk menyembelih dua domba terbaik miliknya, serta membuatkan makanan seperti yang diinginkan ayahnya. Ya’qub datang kepada ayahnya sebelum Aish, agar ia mendapat doa berkah ayahnya.
Sebelumnya, Rafiqo memakaikan pakaian kakak Ya’qub padanya. Selain itu, kedua lengan dan leher Ya’qub dibalut ibunya dengan kulit kedua domba tadi, karena Aish memiliki bulu yang lebat, sementara Ya’qub tidak.
Saat Ya’qub datang dan menyuguhkan makanan tersebut pada ayahnya, maka Ishaq bertanya, “Kamu siapa?”, kemudian Ya’qub menjawab “Aku anakmu”. Setelah itu, Ihaq merangkul dan meraba Ya’qub untuk memastikan.
Ishaq pun berkata, “Suaranya seperti suara Ya’qub, namun bentuk tubuh dan pakaiannya sepertinya Aish.” Dari sana, Nabi Ishaq a.s. menerima makanan pemberian anaknya, kemudian memakan hidangan tersebut.
ADVERTISEMENT
Setelah memakannya, Ishaq mendoakan anaknya yang ia kira Aish padahal Ya’qub, semoga menjadi anak yang paling mulia, paling besar dan juga keturunan-keturunannya nanti, serta semoga reseki dan anaknya banyak.
Aish datang kepada Ishaq setelah Ya’qub keluar. Ia membawa makanan seperti yang diperintahkan ayahnya dan menyuguhkan makanan itu padanya. Ishaq bertanya, “Apa ini, wahai anakku?,” “Ini makanan yang ayah inginkan,” jawab Aish.
Ishaq bingung, “Bukankah tadi kau sudah datang membawa makanan itu, sebagian sudah aku makan lalu aku berdoa untukmu?,” kemudian Aish menjawab, “Tidak, demi Allah.” Aish merasa amat sedih ketika sadar ia telah didahului oleh adiknya.
Ahli kitab menyebutkan, bahwa Aish berjanji akan membunuh Ya’qub setelah ayah mereka meninggal dunia. Ia meminta ayahnya untuk berdoa lagi, agar anak keturunannya nanti menjadi orang-orang kuat di dunia, rezeki dan buah-buahan mereka melimpah.
ADVERTISEMENT
Saat Rafiqo, ibu mereka, mendengar ancaman yang disampaikan Aish pada adiknya, ia meminta Ya’qub agar pergi ke tempat saudaranya, Laban di Haran dan menetap di sana hingga amarah kakaknya mereda, serta menikahi salah satu putri saudaranya.
Rafiqo kemudian berkata pada suaminya, Ishaq, agar menyuruh Ya’qub ke Haran untuk menyampaikan wasiat dan berdoa untuknya. Ishaq menyanggupi permintaan istrinya tersebut dan meminta Ya’qub pergi ke Haran.

Kenabian Ishaq dan Ya’qub

Ishaq a.s. merupakan orang dengan sifat mulia selayaknya sifat para nabi. Dikutip dari Alhamid (Kisah 25 Nabi dan Rasul, 1995), Nabi Ishaq a.s. mendapatkan kenabiannya karena merupakan keturunan Ibrahim a.s. sebagaimana firman Allah:
وَوَهَبْنَا لَهٗٓ اِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَجَعَلْنَا فِيْ ذُرِّيَّتِهِ النُّبُوَّةَ وَالْكِتٰبَ وَاٰتَيْنٰهُ اَجْرَهٗ فِى الدُّنْيَا ۚوَاِنَّهٗ فِى الْاٰخِرَةِ لَمِنَ الصّٰلِحِيْنَ
ADVERTISEMENT
Artinya: "Dan Kami anugerahkan kepada Ibrahim, Ishak dan Yakub, dan Kami jadikan kenabian dan kitab kepada keturunannya, dan Kami berikan kepadanya balasannya di dunia; dan sesungguhnya dia di akhirat, termasuk orang yang saleh." (QS Al-Ankabut: 27)
Selain itu, terdapat pula ayat Al-Quran yang langsung memuat kenabian Ishaq. Ia termasuk orang yang saleh dan Allah mengkhususkannya dengan berkah-Nya, sebagaimana Allah telah mengkhususkan bapaknya dan malaikat memberitahu hal itu (Alhamid, 1995).
Al-Quran surat As-Saffat ayat 112:
وَبَشَّرۡنٰهُ بِاِسۡحٰقَ نَبِيًّا مِّنَ الصّٰلِحِيۡنَ
Artinya: “Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh.”
Sebagaimana Allah Swt. menyebutkan kenabian Ya’qub dengan firman-Nya kepada Rasulullah saw dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 163:
ADVERTISEMENT
إِنَّآ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ كَمَآ أَوْحَيْنَآ إِلَىٰ نُوحٍ وَٱلنَّبِيِّۦنَ مِنۢ بَعْدِهِۦ ۚ وَأَوْحَيْنَآ إِلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ وَإِسْمَٰعِيلَ وَإِسْحَٰقَ وَيَعْقُوبَ وَٱلْأَسْبَاطِ وَعِيسَىٰ وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَٰرُونَ وَسُلَيْمَٰنَ ۚ وَءَاتَيْنَا دَاوُۥدَ زَبُورًا
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.”

Keteladanan Nabi Ishaq a.s. yang Patut Dicontoh

Berdasarkan cendikia.kemenag.go.id, Nabi Ishaq a.s. merupakan pemimpin yang saleh bagi kaum Kan’an. Beliau berdakwah dengan lemah lembut. Kemampuannya memikat hati orang dan bersikap ramah tamah menjadikan ajaran agama terasa manfaatnya.
Nabi ke-9 ini menolak cara kekerasan dalam segala aspek. Beliau menggunakan cara berdakwah yang baik, yaitu santun, damai, serta bijaksana. Nabi Ishaq a.s. juga berdakwah dengan keteladanan, di mana beliau memulai ajaran agama dari diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Dengan cara tersebut, umat Nabi Ishaq a.s. mampu meneladaninya secara langsung. Umatnya senantiasa merasa senang karena memiliki hidup rukun, damai, tenteram, sejahtera dan diberi kemakmuran yang berlimpah oleh Allah Swt.
Adapun poin-poin yang dapat diambil sebagai teladan dari Nabi Ishaq a.s. di antaranya, yaitu:
Demikian kisah Nabi Ishaq a.s. berseta keteladanannya yang dapat pembaca simak dan renungkan. Pelajari lebih banyak sumber terpercaya lain untuk lebih mengenal para nabi dan rasul Allah, sehingga pembaca mampu mengambil hikmah darinya.
ADVERTISEMENT