Konten dari Pengguna

Kisah Perang Uhud dan Penyebab Kekalahan Umat Muslim

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
11 Mei 2024 5:02 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Kisah Perang Uhud. Foto: Hasan Almasi/Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kisah Perang Uhud. Foto: Hasan Almasi/Unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kisah Perang Uhud menjadi catatan sejarah bagi umat Islam yang tidak terlupakan. Bagaimana tidak, perang ini telah menjadi pukulan pasukan muslim di masa lalu dengan banyak korban yang berjatuhan, termasuk paman Nabi Muhammad.
ADVERTISEMENT
Perang ini merupakan kelanjutan dari Perang Badar yang terjadi dua tahun sebelumnya. Perang Uhud terjadi antara pasukan Muslim yang dipimpin oleh Nabi Muhammad saw dan pasukan kafir Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan.
Sebelum perang terjadi, Nabi Muhammad saw menerima informasi tentang rencana pasukan Quraisy untuk menyerang Madinah sebagai balasan atas kekalahan mereka dalam Perang Badar. Para sahabat mengusulkan untuk keluar kota Madinah, tetapi sebagian berpendapat untuk menetap di dalam kota.

Kisah Perang Uhud

Ilustrasi Kisah Perang Uhud. Foto: alboomer/Pixabay
Mengutip dari buku Perang Uhud (Sabtu, 15 Syawal 3 H/Januari 625 M), Uhud adalah nama sebuah gunung yang terkenal di Madinah. Letaknya berada 3 mil di arah barat laut kota itu.
Dinamakan Uhud karena gunung ini terpencil dan terpisah dari gunung-gunung lainnya. Tempat ini juga terkenal sebagai tempat dimakamkannya Nabi Harun dan Nabi Musa.
ADVERTISEMENT
Gunung tersebut mempunyai ketinggian 1000 kaki dari permukaan tanah dengan panjang 5 mil.

Penyebab Perang Uhud

Penyebab perang Uhud yang paling utama adalah karena kaum Quraisy masih menyimpan dendam atas kekalahan mereka di Perang Badar.
Di sana ada Abdullah bin Abu Rabi’ah, Ikrimah bin Abu Jahal, Shafwan bin Umayyah dan pembesar Quraisy lainnya yang tidak terima keluarganya terbunuh dalam perang melawan kaum Muslimin.
Selain dendam, kaum kafir Quraisy juga tidak ingin posisi mereka tergeser oleh kekuatan umat Muslim yang semakin membesar. Mereka ingin menghabisi umat Muslim sebelum itu terjadi.
Faktor ekonomi juga ikut berpengaruh menyebabkan perang ini. Gerakan umat Muslim berdampak pada perekonomian kaum Quraisy. Ruang lingkup perekonomian mereka menjadi terbatas.

Persiapan Kaum Quraisy

Para pembesar Quraisy menemui Abu Sufyan yang kembali dengan membawa kafilah dagangnya. Mereka meminta bantuan para kafilah untuk membiayai perang yang berlandaskan dendam tersebut. Dari bantuan itu terkumpul 1.000 ekor unta dan 50.000 dinar.
ADVERTISEMENT
Kaum Quraisy kemudian mengumpulkan para kabilah atau suku yang setia untuk diajak bergabung. Di antara mereka ada Bani Kinanah dan orang-orang Tihamah.
Dalam perang ini, mereka dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb. Quraisy telah mengumpulkan sejumlah 3000 personil. Sejumlah 700 orang di antaranya adalah pemakai baju besi, dan 200 penunggang kuda.
Selain berisi pasukan, di antara 3000 personil itu ada juga para wanita penabuh rebana dan alat-alat musik, serta penyair. Mereka meyakini, para pemusik akan dapat menyemangati kaum Quraisy dalam peperangan.
Hindun binti Utbah, istri Abu Sufyan ikut menyertai perang Uhud. Dia ikut karena tidak terima atas kematian ayahnya di perang sebelumnya. Wanita-wanita lain yang juga ikut adalah Ummu binti Hakim (istri Ikrimah), Raithah binti Munabbih As Syam (istri Amr ibnul Ash), serta beberapa wanita lainnya.
ADVERTISEMENT
Sepanjang perjalanan mereka meratapi korban-korban perang Badar dan menyulut semangat kaum Quraisy.

Persiapan Kaum Muslimin

Di dalam Madinah, terjadi musyawarah apakah umat Muslimin harus keluar menghadapi Quraisy atau menunggu kedatangan mereka di Madinah. Sebagian mendesak untuk keluar dan sebagian lagi meminta Nabi untuk tetap tinggal.
Ibnu Ubay mengatakan pada Muhammad agar tetap tinggal saja di dalam kota. Karena begitu keluar, umat Muslimin akan ditangkap. Akan tetapi jika membiarkan Quraisy masuk, sebaliknya, umat Muslimin yang akan menangkap mereka.
Di sisi lain, beberapa muslimin yang menyesal karena tidak ikut perang Badar menginginkan untuk menghadapi kaum Quraisy. Ini adalah hari yang mereka nantikan. Mereka tidak ingin umat Muslim dianggap pengecut karena tetap berada di dalam kota.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, keputusan Rasulullah adalah berangkat menuju medan perang. Tentu Saja keputusan ini membuat Ibnu Ubay kecewa. Dia merasa Muhammad telah mendurhakainya dan lebih menuruti anak-anak.
Saat itu ada 1.000 personil yang ikut. Di antaranya ada 100 orang yang memakai baju besi. Waktu itu Rasulullah menolak 17 orang yang hendak bergabung karena masih kecil.
Pasukan Muslimin kecewa saat Ibnu Ubay membelot bersama orang-orang yang dibawanya yang berjumlah 300 orang. Kini, umat Muslim hanya memiliki 700 personil yang harus melawan 3000 personil Quraisy.
Sebelum kepulangannya, Ibnu Ubay berkata, “Dia telah mendurhakai aku, dan mematuhi anak-anak dan orang-orang yang tidak punya pikiran. Mengapa kita harus bunuh diri? Pulanglah hai orang-orang.”
Akibat perkataan itu, ada dua kelompok yang ikut terpengaruh dan hampir saja mengundurkan diri. Mereka adalah Bani Haritsah dari kaum Khazraj dan Bani Salamah dari kaum Aus.
ADVERTISEMENT

Kondisi Peperangan

Rasulullah dan pasukannya meneruskan perjalanan hingga tiba di sebuah celah di tepi lembah gunung. Setelah melakukan salat subuh, mereka berbaris di tanah kosong.
Kaum Quraisy, terbagi menjadi tiga formasi. Sayap kanan pasukan berkuda yang dipimpin Khalid bin Al-Walid, sayap kiri pasukan berkuda yang dipimpin Ikrimah bin Abu Jahal dan pejalan kaki yang dipimpin Abu Sufyan.
Sementara itu, Muslimin hanya memiliki dua ekor kuda saja. Kaum Muslimin memiliki barisan pemanah berjumlah 50 orang yang dipimpin Abdullah bin Jubair. Para pemanah itu ditempatkan di sebuah bukit kecil yang tinggi.
Nabi Muhammad berpesan, “Jagalah bagian belakang kami, jangan sampai mereka membohongi kita dari belakang. Hujani mereka dengan anak panah.
Sungguh kita akan tetap menang, selagi kalian tetap bertahan di posisi kalian. Ya Allah aku persaksikan mereka kepada-Mu.” Kemudian Rasulullah mengulurkan sebuah pedang. Dari beberapa sahabat yang mengulurkan tangannya, dipilihlah Abu Dujanah.
ADVERTISEMENT
Meskipun Abu Dujanah suka berlagak, tetapi dia membunuh setiap musyrikin yang dia temui sampai pedang itu tumpul. Kemudian dia asah lagi sebelum memukuli yang lainnya.
Pada saat perang dimulai, kedua belah pihak telah berbaris rapi. Perang dimulai dengan majunya Thalhah bin Abu Thalhah yang membawa bendera perang kaum Quraisy.
Dia menantang seseorang dari pasukan Muslimin untuk bertanding. Ali bin Abi Thalib maju dan menumbangkannya.
Setelah Thalhah gugur, bendera diambil alih oleh Utsman bin Abu Thalhah. Namun, di juga kalah diserang oleh Hamzah dan bendera kembali diambil alih oleh yang lain.
Kejadian itu terus berlangsung sampai sebelas kali. Sudah sebelas kali semua pembawa bendera kaum Quraisy tewas.
Setelah kesebelas pembawa bendera itu terbunuh, maka pasukan Quraisy terpecah-belah. Pada saat itulah kaum Muslimin mulai menyerang. Quraisy dihantam mundur hingga tak berdaya.
ADVERTISEMENT

Kekalahan Muslimin dan Penyebabnya

Mundurnya kaum Quraisy, membuat Muslimin bisa terus maju hingga mendatangi tempat perkemahan mereka. Sayangnya, mereka terlalu sibuk dengan harta rampasan perang sampai lalai dalam peperangan.
Barisan pemanah yang ditugaskan oleh Nabi untuk tetap berada di tempat ikut lalai. Mereka beranggapan bahwa mereka telah memenangkan pertempuran.
Komandan mereka mengingatkan untuk tetap di tempat, tetapi diabaikan. Hanya tersisa kurang dari sepuluh pemanah yang tetap mematuhinya.
Khalid bin Al Walid (kala itu masih berada di pihak Quraisy) melihat kejadian itu. Para pemanah menuruni bukit, dan hanya tersisa beberapa orang saja.
Bersama pasukannya dia datang dari balik bukit, diikuti oleh Ikrimah dan menyerbu sedikit penjaga itu. Mereka menangkap pemimpin barisan pemanah, Abdullah bin Jubair dan menyiksanya.
ADVERTISEMENT
Keadaan pun berbalik. Saat itu kaum Muslimin terpecah belah di medan perang. Keadaan berubah menjadi kacau. Kepanikan membuat mereka saling hantam.
Begitu banyak korban yang berjatuhan dalam perang Uhud. Dalam perang ini, ada 74 korban dari pihak Muslim. Sedangkan dari pihak Quraisy hanya 23 orang.
Dari korban pihak Muslimin, ada Mukhairiq yang disebut Muhammad sebagai sebaik-baik orang Yahudi. Dia adalah orang Yahudi yang alim dan kaya.
Sebelum meninggal, dia berpesan agar hartanya diwariskan pada Muhammad jika nanti gugur dalam perang. Sepeninggalnya, Rasulullah membagi-bagikan harta itu.
Korban lain yang disebutkan adalah Qazman, yang melakukan bunuh diri karena tidak dapat menahan rasa sakit. Tidak diketahui dari mana dia datang, tetapi Qazman sangat gigih dalam perang.
ADVERTISEMENT
Korban yang paling membuat Rasulullah bersedih adalah Hamzah, pamannya sendiri. Hamzah tidak hanya dibunuh, tetapi juga dirobek perutnya dan diambil isinya.
Hal tersebut dilakukan oleh Hindun binti Utbah, istri Abu Sufyan, yang punya dendam terhadap Hamzah. Sebelum berangkat perang dia telah bersumpah untuk memakan hati Hamzah jika bisa membunuhnya.
Maka saat Hamzah terbunuh, dirobeklah perut Hamzah dan dimakan hatinya. Hindun kemudian memuntahkan kembali hati itu karena tidak sanggup menelan.

Penutup

Ilustrasi pemanah di Perang Uhud. Foto: PausBarlaw/Pixabay
Kemenangan bisa diraih oleh kaum Muslimin jika saja pasukannya taat terhadap apa yang dipesankan oleh Muhammad.
Namun, mereka lengah hanya karena melihat harta rampasan perang. Pada akhirnya kemenangan yang hampir mereka peroleh berbalik menjadi kekalahan.
Dengan pasukannya yang bertahan bersamanya, Muhammad kembali ke Madinah. Beliau menenangkan hati orang-orang berbaris rapi di belakangnya. Kisah Perang Uhud menjadi ujian bagi umat Muslim saat itu dan pelajaran bagi umat Muslim saat ini.
ADVERTISEMENT
[Aditri]