Konten dari Pengguna

Kumpulan Peribahasa Jawa Populer beserta Maknanya

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
28 Juli 2023 18:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi peribahasa Jawa. Foto: Unsplash.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi peribahasa Jawa. Foto: Unsplash.
ADVERTISEMENT
Peribahasa Jawa merupakan kalimat singkat berisi nasihat dan nilai-nilai filosofis yang dijadikan pedoman hidup masyarakat. Nasihat dan nilai-nilai tersebut diwariskan secara lisan oleh orang tua kepada anak-anaknya.
ADVERTISEMENT
Dalam bahasa Jawa, peribahasa dikenal juga dengan istilah unen-unen. Menurut Imam Budhi Santosa dalam buku Spiritualisma Jawa: Sejarah, Laku, dan Intisari Ajaran (2021), unen-unen dibedakan menjadi enam jenis, yaitu bebasan, paribasan, saloka, sanepa, isbat, dan pepindhan.
Unen-unen mencerminkan realitas perangai dan perilaku orang Jawa secara nyata. Nasihat dan ajaran moral yang tersirat dalam peribahasa dipegang teguh oleh orang Jawa dan dijadikan dasar dalam bersikap dan bertingkah laku di masyarakat.

Kumpulan Peribahasa Jawa dan Maknanya

Ilustrasi peribahasa Jawa. Foto: Unsplash.
Peribahasa masih digunakan oleh masyarakat Jawa dalam percakapan sehari-hari. Kalimat tersebut dipakai untuk mengungkapkan nasihat atau hal-hal yang tidak bisa disampaikan secara terus terang.
Dirangkum dalam buku Asal-Usul & Sejarah Orang Jawa tulisan Sri Wintala Achmad dan Nasihat-Nasihat Hidup Orang Jawa oleh Imam Budhi Santosa, berikut beberapa peribahasa Jawa populer beserta maknanya.
ADVERTISEMENT

1. Alon-alon waton kelakon

Alon-alon waton kelakon merupakan peribahasa populer yang digunakan secara luas oleh masyarakat Indonesia. Arti peribahasa ini adalah pelan-pelan asalkan terlaksana. Alon-alon waton klakon kerap digunakan untuk menasehati seseorang agar tidak tergesa-gesa dalam mengerjakan sesuatu.
Dalam konteks yang lebih luas, kata alon-alon dalam pepatah ini tidak hanya berarti pelan-pelan, tetapi juga bisa dimaknai sebagai tindakan yang sabar dan penuh kesadaran.

2. Aja ngomong waton, nanging ngomonga nganggo waton

Aja ngomong waton, nanging ngomonga nganggo waton artinya jangan asal berbicara, bicaralah menggunakan alasan yang jelas. Peribahasa ini digunakan sebagai nasihat untuk tidak asal bicara karena bisa menyakiti orang lain. Nilai-nilai peribahasa ini dijadikan pedoman bagi orang Jawa dalam pergaulan sehari-hari.

3. Ajining dhiri dumunung ing lathi, ajining raga saka busana

Secara harfiah, ajining dhiri dumunung ing lathi, ajining raga saka busana artinya nilai pribadi terletak di lidah, nilai badan tergantung pada pakaian yang dikenakan.
ADVERTISEMENT
Makna peribahasa ini adalah seseorang harus bisa menjaga perkataan dan penampilannya, sebab keduanya dapat mencerminkan karakter seseorang.

4. Desa mawa cara, negara mawa tata

Desa mawa cara, negara mawa tata serupa dengan peribahasa di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Peribahasa artinya desa punya adat-istiadat dan negara punya aturan.
Makna peribahasa desa mawa cara, negara mawa tata berkaitan dengan sikap seseorang yang harus menghormati adat dan kebiasaan daerah atau tempat yang dikunjungi.

5. Manjing Ajur-Ajer

Secara harfiah, peribahasa manjing ajur-ajer artinya masuk harus mencair. Peribahasa ini digunakan dalam hal yang berkaitan dengan hidup bermasyarakat.
Makna manjing ajur-ajer adalah seseorang harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana pun dia berada.
ADVERTISEMENT
(GLW)