Konten dari Pengguna

Memahami Cultural Lag dan Cara Mengatasinya

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
11 Desember 2023 7:24 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Memahami Cultural Lag dan Cara Mengatasi Cultural Lag. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Memahami Cultural Lag dan Cara Mengatasi Cultural Lag. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Istilah cultural lag merujuk pada fenomena kesenjangan antara perubahan budaya material dan non-material dalam suatu masyarakat.
ADVERTISEMENT
Budaya material adalah aspek budaya yang berhubungan dengan benda-benda fisik, seperti teknologi, alat, dan infrastruktur. Sementara budaya non-material berhubungan dengan hal-hal abstrak, seperti nilai, norma, keyakinan, dan ide.
Cultural lag terjadi ketika budaya material berubah lebih cepat daripada budaya non-material, sehingga menimbulkan masalah sosial. Simak penjelasan selengkapnya berikut ini.

Pengertian Cultural Lag

Pengertian Cultural Lag. Foto: Pexels
Selain definisi singkat mengenai cultural lag yang sudah dijelaskan di atas, cultural lag juga dapat terjadi ketika terdapat perbedaan laju perubahan antar kelompok berbeda dalam suatu masyarakat.
Misalnya, jika satu kelompok lebih cepat mengadopsi suatu teknologi baru dibandingkan kelompok lain, maka hal ini dapat menimbulkan kesenjangan pengetahuan dan pemahaman di antara kedua kelompok tersebut.
Konsep cultural lag pertama kali dikemukakan oleh sosiolog Amerika William F. Ogburn pada tahun 1920-an. Karyanya Social Change with Respect to Culture and Original Nature memperkenalkan gagasan utama ini (Ogburn, 1922).
ADVERTISEMENT
Ia berargumentasi bahwa perubahan teknologi seringkali terjadi lebih cepat dibandingkan perubahan sosial dan hal ini dapat menimbulkan kesulitan ketika masyarakat kesulitan beradaptasi dengan cara-cara baru dalam melakukan sesuatu.
Cultural lag merupakan konsep penting dalam sosiologi dan antropologi, karena membantu menjelaskan bagaimana masyarakat berubah dan beradaptasi seiring waktu.

Perbedaan Cultural Shock dan Cultural Lag

Kamu mungkin pernah mendengar tentang cultural shock. Sekilas, cultural shock dan cultural lag terlihat hampir sama, namun keduanya sangat berbeda.
Cultural shock merupakan fenomena di mana seseorang merasa kaget ketika menghadapi unsur-unsur kebudayaan baru karena perubahan. Contohnya, orang Amerika yang liburan ke Indonesia, kemudian kaget melihat orang Indonesia makan pakai tangan.
ADVERTISEMENT
Ini berbeda dengan cultural lag yang fokus utamanya adalah pada kesenjangan budaya material dan non-material.

Penyebab Culture Lag

Penyebab Culture Lag. Foto: Unsplash
Ogburn menulis ada tiga penyebab perubahan sosial yang dapat memicu keterbelakangan budaya. Yang pertama adalah difusi, ketika suatu jenis teknologi atau cara melakukan sesuatu memasuki ekosistem budaya melalui globalisasi.
Yang kedua adalah penemuan, ketika kita menemukan sumber daya atau informasi yang menyebabkan perubahan sosial.
Namun, Ogburn berpendapat bahwa katalisator perubahan yang paling penting adalah tipe ketiga, yaitu penemuan.
Menurutnya, invensi merupakan suatu tindakan memadukan unsur-unsur budaya yang sudah ada untuk membentuk sesuatu yang baru. Misalnya dengan menggabungkan roda dan mesin uap untuk menciptakan kereta api.
Tentu saja, seiring dengan semakin banyaknya teknologi dan alat yang ada, kemungkinan terjadinya kombinasi yang berbeda di antara keduanya semakin meningkat.
ADVERTISEMENT
Inilah sebabnya Ogburn berpendapat bahwa akumulasi budaya material merupakan katalis bagi penemuan. Dia juga berpikir bahwa pertumbuhan ini akan menjadi eksponensial.
Bagian dari teori Ogburn ini mempunyai dukungan empiris yang kuat. Ada teorema terkenal yang dikenal sebagai Hukum Moore yang mengidentifikasi bahwa teknologi berkembang dengan kecepatan eksponensial, dengan kekuatan pemrosesan komputer berlipat ganda setiap 2 tahun.
Dengan munculnya teknologi kecerdasan buatan terkini, jangka waktu tersebut telah dipersingkat sehingga daya komputasi meningkat dua kali lipat setiap 3,4 bulan. Tingkat penemuan tampaknya memang eksponensial.
Penyebab perubahan sosial hanyalah salah satu bagian dari penyebab cultural lag. Kita juga harus mempertimbangkan mengapa masyarakat membutuhkan waktu lama untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan ini.
ADVERTISEMENT
Mengapa kita tidak lebih bijaksana dalam mengubah hukum dan norma untuk mengakomodasi teknologi baru?
Ogburn berpendapat bahwa budaya non-materi secara aktif menolak perubahan. Ia mengatakan bahwa pandangan dunia dan gagasan bersifat keras kepala (baik pada tingkat individu maupun masyarakat) terutama jika dibandingkan dengan seberapa cepat teknologi berubah.
Kadang-kadang individu menolak perubahan karena takut akan hal-hal yang tidak diketahui.
Dengan terus diperkenalkannya teknologi-teknologi baru, sulit bagi masyarakat untuk memutuskan bagaimana teknologi tersebut harus digunakan, apalagi menyusun seperangkat undang-undang dan norma-norma yang komprehensif seputar penggunaan teknologi tersebut.

Contoh Cultural Lag

Contoh Cultural Lag. Foto: Unsplash
Berikut sejumlah contoh cultural lag atau ketertinggalan budaya.

1. Perubahan sikap terhadap pernikahan dan hubungan

Sikap terhadap pernikahan dan hubungan telah berubah secara signifikan di banyak masyarakat dalam beberapa tahun terakhir, dengan meningkatnya hidup bersama dan penerimaan terhadap hubungan non-tradisional.
ADVERTISEMENT
Perubahan ini menimbulkan perdebatan tentang peran pernikahan dalam masyarakat dan hak hukum hubungan non-tradisional.

2. Perubahan dalam pendidikan dan ketenagakerjaan

Sistem pendidikan dan pasar kerja terus berkembang. Diperlukan waktu bagi masyarakat untuk beradaptasi terhadap perubahan-perubahan ini dan agar norma-norma serta nilai-nilai sosial terkait dapat menyesuaikan diri.
Misalnya, kebangkitan gig economy telah menimbulkan perdebatan tentang peran pekerjaan tradisional dan pentingnya keamanan kerja. Dalam hal ini, budaya non-materi mungkin tertinggal dibandingkan budaya material.

3. Perubahan dalam standar fashion dan kecantikan

Industri fashion dan kecantikan terus berkembang, dan memerlukan waktu bagi masyarakat untuk beradaptasi terhadap perubahan ini, serta agar norma dan nilai sosial terkait dapat mengikuti perubahan tersebut.
Misalnya, meskipun terdapat pergeseran ke arah fashion yang lebih inklusif dan positif terhadap tubuh, standar kecantikan tradisional dan objektifikasi tubuh di media mungkin masih tetap ada.
ADVERTISEMENT

4. Perubahan dalam bidang kesehatan dan pengobatan

Kemajuan dalam bidang kesehatan dan pengobatan dapat membawa perubahan signifikan dalam cara masyarakat hidup dan mengelola kesehatannya, namun memerlukan waktu bagi masyarakat untuk beradaptasi terhadap perubahan-perubahan ini dan agar norma-norma serta nilai-nilai sosial terkait dapat menyesuaikan diri.
Misalnya, meluasnya penggunaan konsultasi online telah menimbulkan perdebatan mengenai peran konsultasi tatap muka dan privasi catatan kesehatan elektronik.

5. Perubahan dalam transportasi

Dengan diperkenalkannya moda transportasi baru, diperlukan waktu bagi masyarakat untuk beradaptasi dengan cara-cara baru dalam bepergian dan agar norma-norma serta nilai-nilai sosial terkait dapat mengikuti perkembangannya.
Misalnya, meskipun kendaraan listrik dan kendaraan tanpa pengemudi (self-driving) mungkin semakin tersebar luas, sikap tradisional terhadap kepemilikan mobil dan dampak transportasi terhadap lingkungan mungkin masih tetap ada.
ADVERTISEMENT

6. Penerapan teknologi baru

Teknologi baru sering kali membawa perubahan signifikan dalam cara masyarakat hidup dan bekerja, namun memerlukan waktu bagi masyarakat untuk beradaptasi terhadap perubahan-perubahan ini dan agar norma-norma serta nilai-nilai sosial terkait dapat mengikuti perkembangannya.
Misalnya, meluasnya penggunaan internet telah mengubah cara orang berkomunikasi dan mengakses informasi, namun hal ini juga menimbulkan perdebatan tentang privasi online dan peran media sosial dalam masyarakat.

7. WFH

Setelah pandemi COVID-19, sebagian besar penduduk dunia bekerja dari rumah atau WFH (work from home) setidaknya selama beberapa hari dalam seminggu bekerja.
Mengingat perubahan besar dalam lanskap lokasi kerja, dan seberapa cepat perubahan tersebut terjadi, tidak mengherankan jika beberapa gejala cultural lag juga menyertai perubahan tersebut.
Metode tradisional untuk melacak produktivitas, mengawasi karyawan, dan menagih jam kerja tidak dapat diterapkan dalam konteks kerja jarak jauh, dan bisnis masih menyesuaikan gaya manajemen mereka agar sesuai dengan kondisi normal baru.
ADVERTISEMENT

8. Perubahan sikap terhadap lingkungan

Terdapat perubahan signifikan dalam sikap terhadap lingkungan di banyak masyarakat dalam beberapa tahun terakhir, seiring dengan meningkatnya kesadaran akan dampak aktivitas manusia terhadap planet ini.
Diperlukan waktu agar perubahan sikap ini dapat diterima sepenuhnya dan agar norma serta nilai sosial terkait dapat diperbarui.
Misalnya saja, meskipun terdapat dukungan yang luas untuk melindungi lingkungan, masyarakat mungkin masih melakukan perilaku yang membahayakan lingkungan, seperti menggunakan plastik sekali pakai atau memilih mengemudi daripada menggunakan transportasi umum.
Artinya, budaya non-materi telah berkembang lebih jauh dibandingkan budaya material, dan budaya non-materi mungkin gagal mengejar ketertinggalannya.

​Cara Mengatasi Cultural Lag

​Cara Mengatasi Cultural Lag. Foto: Unsplash
Cultural lag adalah fenomena masyarakat yang tidak dapat dihindari, sebab perubahan sosial itu bersifat mutlak. Karena sifat manusia, kecil kemungkinannya ada solusi untuk mengatasi keterbelakangan budaya.
ADVERTISEMENT
Kecerdasan manusia akan selalu berusaha menemukan cara untuk melakukan sesuatu dengan lebih cepat dan mudah. Ia selalu berusaha untuk memperbaiki masalah yang dianggap tidak dapat diatasi.
Meski begitu, terdapat cara untuk meminimalisir dampak dari cultural lag, dikutip dari situs Universitas Islam An-Nur Lampung.
Pada intinya, untuk mengatasi fenomena ini, perlu dilakukan keseimbangan antara budaya material dan budaya non-material.
ADVERTISEMENT
(DEL)