Konten dari Pengguna

Mengapa Bangsa Eropa Berhasrat Memonopoli Perdagangan Rempah-Rempah?

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
8 September 2021 16:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kedatangan Bangsa Eropa di Indonesia. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kedatangan Bangsa Eropa di Indonesia. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Kekuasaan Bangsa Eropa memasuki wilayah Indonesia disebabkan semakin pesatnya perkembangan teknologi pelayaran. Bangsa Eropa kembali menjelajahi samudra secara beramai-ramai, salah satunya mendarat di wilayah Indonesia.
ADVERTISEMENT
Bangsa Eropa yang secara bergantian mendatangi wilayah Nusantara adalah Bangsa Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris. Mereka berlomba-lomba menamkan pengaruhnya di Indonesia, mulai dari kepercayaan, pendidikan, perekonomian, hingga kemajuan teknologi.
Salah satu hasrat yang timbul saat Bangsa Eropa memulai pelayarannya adalah keinginan untuk mencari wilayah penghasil rempah-rempah. Tak disangka, Indonesia yang kaya akan rempah-rempah ternyata ternyata memang menjadi incaran Bangsa Eropa.
Lantas mengapa Bangsa Eropa berhasrat memonopoli perdagangan rempah-rempah? Temukan jawaban lengkapnya berikut ini.
Ilustrasi masa penjajahan di Indonesia yang dialami rakyat. Foto: Pixabay

Mengapa Bangsa Eropa Berhasrat Memonopoli Perdagangan Rempah-Rempah?

Mengutip buku Politik Etnisitas Hindia Belanda karya Prof. Dr. Abdullah Idi, M.Ed. (2019: 28), Bangsa Eropa membutuhkan rempah-rempah sebagai bumbu penyedap makanan, obat-oabatan, dan bahan untuk menghangatkan tubuh pada saat musim dingin.
ADVERTISEMENT
Selama ini, Bangsa Eropa membeli rempah-rempah hanya melalui pedagang perantara di kawasan Asia Barat yang menyebabkan harga rempah-rempah menjadi sangat mahal.
Hal ini mendorong bangsa Eropa, seperti Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda berlabuh di Indonesia untuk mencari rempah-rempah dengan harga yang jauh lebih murah. Simak perjalanan keempat negara tersebut dalam memonopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia.
Kehidupan zaman penjajahan Bangsa Eropa. Foto: Pixabay
Portugis
Portugis adalah Bangsa Eropa pertama yang berhasil sampai di Indonesia. Tahun 1512, armada laut Portugis berhasil menginjakkan kaki di Kepulauan Maluku. Mereka datang dengan misi ekonomi-perdagangan serta penyebaran agama Katolik.
Di bawah pimpina De Abreu, pelayaran menuju kepulauan penghasil rempah-rempah dimulai. Dalam perjalanan itu, mereka singgah di Gresik dan selanjutnya melanjutkan perjalanan ke Maluku, yakni Pulau Banda.
ADVERTISEMENT
Di Pulau Banda, orang Portugis membeli pala, cengkeh, dan fuli. Saat itu, orang Ternate merasa tertekan karena harus menjual rempah-rempah ke orang Portugis. Lagi pula, sikap buruk orang Portugis yang suka memeras dan bermusuhan terus menimbulkan perlawanan dan kekacauan.
Spanyol
Pada tahun 1521, Bangsa Spanyol datang dengan dua buah kapal melalui Filipina-Kalimantan Utara menuju Tidore, Bacan, dan Jailolo. Mereka diterima baik oleh penduduk Indonesia.
Saat mereka ingin kembali ke negara asalnya, beberapa pedagang Spanyol memilih tinggal di Tidore. Namun, nasib mereka kurang baik. Beberapa orang Portugis menyerang pedagang Spanyol yang menetap di Tidore.
Orang Portugis tidak mau mendapat saingan dari Bangsa Eropa lainnya dalam monopoli perdagangan rempah-rempah.
Ilustrasi tanam paksa yang diberlakukan VOC. Foto: Pixabay
Belanda
Kedatangan Belanda di tahun 1596, membuat posisi Portugis mulai terdesak dan memilih meninggalkan Nusantara menuju Timor Timur. Armada Belanda melanjutkan ekspedisi ke wilayah Indonesia Timur untuk mencari rempah-rempah.
ADVERTISEMENT
Di bawah pimpinan Van Neck, Belanda mendirikan VOC (Verenigde Oast-Indische Company). Tujuan didirikannya VOC adalah sebagai realiasi monopoli atas rempah perdagangan di Indonesia. Selain itu, VOC juga turut meramikan bursa kompetisi perdangan dengan bangsa-bangsa Eropa lainnya.
Belanda terus memantau penanaman dan perdagangan rempah-rempah di Indonesia. Pemantauan penanaman bertujuan untuk menjaga kestabilan produski agar jumlahnya tidak berlebihan.
Jika jumlah panen terbatas, harga rempah-rempah di Eropa akan tetap tinggi. Sementara itu, pemantauan perdagangan dimaksudkan agar petani tidak menjual hasil panennya kepada pembali lain, selain kepada VOC.
Dirangkum berdasarkan buku Sejarah untuk SMA/MA Kelas XI IPS karya Ignaz Kingkin Teja Angkasa dkk (2010: 71), adapun peraturan monopoli perdangan rempah-rempah buatan VOC yang membuat orang Indonesia sangat tersika, yaitu:
ADVERTISEMENT
Inggris
Pada tahun 1602, Inggris berhasil sampai di daerah Aceh. Inggris kemudian melanjutkan ekspedisinya untuk mencari daerah yang potensial menjadi penghasil rempah-rempah. Dibandingkan dengan Bangsa Eropa lainnya, Inggris memiliki waktu singgah paling singkat di Indonesia.
(VIO)