Konten dari Pengguna

Mengenal Hisab dan Rukyat, Metode Penentuan Puasa Awal Ramadan

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
7 Januari 2022 18:13 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Ramadan. Foto: iStock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Ramadan. Foto: iStock
ADVERTISEMENT
Penentuan puasa awal Ramadan ditentukan melalui dua metode, yaitu hisab dan rukyah. Perbedaan metode antara hisab dan rukyat umumnya terletak pada alat yang digunakan.
ADVERTISEMENT
Biasanya, dalam penentuan awal bulan Ramadan di Indonesia selalu terjadi perbedaan pendapat. Hal ini disebabkan perbedaan pemahaman dan metode dalam penentuan awal puasa Ramadan tersebut.
Padahal, pemerintah telah membentuk sebuah lembaga yang bertugas untuk menyatukan seluruh umat Islam di Indonesia dalam penentuan awal Ramadan, yakni Badan Hisab dan Rukyat (BHR) Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag).
Artikel ini membahas lebih lanjut mengenai metode yang digunakan dalam menentukan awal puasa Ramadan.

Metode Penentuan Awal Puasa Ramadan

Ilustrasi melakukan penentuan awal Ramadan. Foto: nu.co.id
Perbedaan antara hisab dan rukyat terletak pada alat yang digunakan. Seperti yang dikutip dari Fiqih Hisab dan Rukyah oleh Ahmad Izzuddin, metode hisab lebih merujuk pada penghitungan falak, yakni perhitungan secara matematis dan astronomi.
Sementara metode rukyat adalah penentuan awal dan akhir bulan Ramadan yang ditetapkan berdasarkan penglihatan terhadap bulan yang dilakukan pada hari ke-29. Artinya, rukyat ini hanya sebatas pengamatan dengan mata telanjang tanpa menggunakan alat.
ADVERTISEMENT
Dalam Pengantar Ilmu Falak yang ditulis oleh Watni Marpaung, dijelaskan lebih lanjut mengenai metode hisab dan rukyat sebagai berikut.
1. Metode Hisab
Hisab secara etimologi memiliki arti perhitungan. Dalam Islam, istilah hisab sering digunakan dalam ilmu falak untuk memperkirakan matahari dan bulan terhadap bumi.
Posisi matahari menjadi penting, karena merupakan patokan umat Islam dalam menentukan waktunya salat. Sementara posisi bulan sebagai penanda masuknya periode bulan baru dalam kalender Hijriah.
Hisab digunakan untuk menentukan awal puasa Ramadan, Syawal, dan Dzulhijah saat jamaah haji wukuf di Arafah (9 Dzulhijah), serta penentuan Idul Adha.
Adapun penjelasan untuk melakukan hisab sebelum datangnya Ramadan yang dijelaskan oleh Ibnu Umar yang diriwayatkan Imam An-Nasa'i adalah sebagai berikut.
ADVERTISEMENT
"Berpuasalah kalian karena melihatnya, berbukalah kalian karena melihatnya dan sembelihlah kurban karena melihatnya pula. Jika (hilal) itu tertutup dari pandangan kalian, sempurnakanlah menjadi tiga puluh hari, jika ada dua orang saksi, berpuasa dan berbukalah kalian.” (HR. An Nasai No. 2116)
Hadis itu menjelaskan bahwa yang menentukan awal Ramadan adalah apabila melihat hilal. Namun, tidak jarang umat Islam kesulitan dalam melihat hilal, sehingga dianjurkan untuk melanjutkannya pada hari berikutnya.
2. Metode Rukyat
Ilustrasi metode rukyah. Foto: iStock
Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan bulan sabit pertama kali setelah terjadinya ijmak (kesepakatan para ulama). Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang atau dengan bantuan teleskop.
Untuk mempermudah umat Islam di Indonesia, Kemenag mengadakan Sidang Isbat dalam menentukan awal Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah. Hal ini sesuai dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 2 Tahun 2004 tentang penentuan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah.
ADVERTISEMENT
Namun, tidak jarang hasil dari hisab maupun rukyat memiliki perbedaan. Jadi, apabila terdapat perbedaan dari penerapan awal Ramadan, diharapkan untuk saling menghargai dan menghormati.
(SFR)