Mengenal Kisah Ashabul Kahfi untuk Pelajaran Hidup

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
Konten dari Pengguna
24 Maret 2024 11:11 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
 Ilustrasi Kisah Ashabul Kahfi, Foto Unsplash/Andrew Morris
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kisah Ashabul Kahfi, Foto Unsplash/Andrew Morris
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kisah Ashabul Kahfi dapat dijadikan sebagai pelajaran dalam hidup. Ashabul Kahfi merupakan kisah sekelompok orang mukmin yang melarikan diri untuk menyelamatkan agamanya dari genggaman musuhnya, dan teguh pada kebenaran ketika manusia telah meninggalkannya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan buku Matematika yang Menakjubkan, Abdi Sukamto, (2021:3), Ashabul Kahfi bukanlah sembarang kisah seperti manusia pada umumnya. Kisahnya telah terukir di dalam tinta sejarah, bahkan diabadikan Allah sebagai nama salah satu surat dari Al-Qur'an yaitu al-Kahfi (surat ke-18).
Meskipun telah berlalu ribuan tahun lamanya, Asbabul Kahfi masih tetap hangat untuk dibicarakan. Asbabul Kahfi telah berbuat atas nama kebebasan, berani mengatakan benar walau dihadapan penguasa. Bahkan mampu mempertahankan aqidah pada saat adanya paksaan dari rezim penguasa.

Kisah Asbhabul Kahfi

Ilustrasi Kisah Ashabul Kahfi, Foto Unsplash/Andres Iga
Berikut adalah kisah Ashabul Kahfi yang dapat dijadikan sebagai pembelajaran dalam menjalani kehidupan di dunia mengutip dari buku yang berjudul 99 Kisah Menakjubkan di Alquran, Ridwan Abqary, halaman 74.
Ashabul Kahfi adalah sebutan yang diberikan kepada sekawanan pemuda muslim yang mengasingkan diri ke suatu gua karena tidak tahan dengan masyarakat di lingkungannya yang tidak mau menyembah Allah Swt.
ADVERTISEMENT
Apalagi, saat itu berada di bawah kekuasaan Diqyanus, Raja Romawi saat itu yang sangat kejam terhadap Kaum Muslimin. Ditemani oleh seekor anjing, tujuh pemuda itu akhirnya mengasingkan diri ke sebuah gua.
Tujuh pemuda tersebut berpikir tidak mungkin bertujuh bisa melawan kaumnya. Tujuh pemuda tersebut pun tidak bisa memaksa kaumnya agar mengikutinya masuk Islam. Jumlah kaumnya sangat banyak. Ketujuh orang pemuda itu merasa takut apabila terus-menerus bersama Kaum Kafir, karena akan terbawa kembali pada kekafiran seperti kebanyakan kaumnya yang lain.
Akhirnya, ketujuh orang pemuda itu sepakat pergi ke gua untuk melindungi diri dari kecaman kaumnya. Seekor anjing mengikuti langkah tujuh pemuda tersebut dan duduk menjaga ketujuh pemuda itu di depan mulut gua. Di dalam gua, pemuda-pemuda itu memohon bimbingan dan perlindungan dari Allah Swt.
ADVERTISEMENT
Dengan segala kekuasaan-Nya, Allah Swt membuat ketujuh pemuda dan seekor anjing itu tertidur di dalam gua tanpa ada gangguan dari mana pun. Walaupun pikiran ketujuh pemuda tersebut tertidur lelap, matanya dibiarkan terbuka oleh Allah Swt. Setiap orang yang melihatnya tidak akan mengira kalau sedang tertidur panjang.
Bahkan, anjing itu telah membuat setiap orang yang mendekati gua merasa ketakutan dan tidak berani mendekatinya. Itulah kekuasaan Allah Swt yang ditunjukkan kepada umat-Nya. Atas kehendak-Nya, ketujuh pemuda tersebut tertidur di dalam gua itu selama 309 tahun.
Tidak bisa dibayangkan bagaimana seorang manusia dapat tertidur selama itu. Selama itu, Allah Swt sudah membolak-balik tubuh ketujuh pemuda tersebut agar peredaran darah tetap lancar. Sinar matahari pun dipancarkan dari lubang gua sehingga dapat menyinari tubuh. Oleh karena itu, tubuh tujuh orang pemuda dan seekor anjing itu tetap sehat dan tidak membusuk.
ADVERTISEMENT
Waktu pun terus berjalan tanpa henti, sampai akhirnya Allah Swt membangunkan krtujuh pemuda tersebut setelah tertidur pulas selama 309 tahun. Pada saat terbangun dari tidurnya, krtujuh pemuda tersebut tidak menyadari yang sudah terjadi. Tujuh pemuda tersebut pun tidak menyadari telah tertidur selama ratusan tahun lamanya.
Tujuh pemuda tersebut saling bertanya tentang berapa lama berada di dalam gua. Hal ini sesuai firman Allah:
وَكَذَلِكَ بَعَثْنَهُمْ لِيَتَسَاءَلُوا بَيْنَهُمْ قَالَ قَابِلٌ مِّنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْ قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ قَالُوا رَبُّكُمْ أَعْلَمُ
بِمَا لَبِثْتُمْ.
Wakażālika ba'asnāhum liyatasā'alū bainahum qāla qā'ilum minhum kam labistum qālu labisnā yauman au ba'da yaumin qālū rabbukum a'lamu bimā labistum.
Artinya: "Dan demikianlah kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya diantara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka, "Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini)". Mereka menjawab, "Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari". Berkata yang lain lagi, "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini)." (QS. Al-Kahfi: 19)
ADVERTISEMENT
"Lihat, hari sudah sore. Sudah berapa lama kita tidur di sini?" tanya salah seorang di antara mereka.
"Kita datang ke gua ini waktu siang hari dan sekarang sudah sore. Berarti kita tertidur selama setengah hari saja. Paling lama pun sehari saja kita tertidur di sini," jawab yang lainnya.
Namun, keadaan di luar gua sudah begitu banyak berubah. Tujuh pemuda tersebut pun kaget. Bagaimana mungkin setengah hari sudah mengubah keadaan di luar sana begitu banyak?
Apakah benar mereka tertidur hanya setengah hari atau satu hari? Mereka pun bertanya-tanya sendiri. Untuk membuktikannya, ketujuh pemuda tersebut menyuruh salah seorang di antaranya untuk membeli makanan ke pasar. Kebetulan, perutnya pun sudah lapar.
Sebelum pergi, orang itu dinasihati untuk tidak mengatakan kepada siapa pun tentang yang sudah dilakukan di dalam gua. Betapa terkejutnya pemuda yang disuruh membeli makanan itu. Ternyata, daerah itu memang sudah berubah sama sekali. Pemuda tersebut seperti berdiri di tempat yang sangat asing dan tidak mengenal satu orang pun penduduk yang ada di sana.
ADVERTISEMENT
Yang sangat mengherankannya, di tempat-tempat itu tidak ditemukan patung-patung berhala seperti biasanya yang dipuja-puja kaumnya dulu. Pemuda tersebut tidak menyadari bahwa selama 309 tahun itu sudah terjadi banyak sekali perubahan. Masyarakat di daerah tersebut sudah lama tidak menyembah lagi berhala dan sudah mengakui keesaan Allah Swt.
Pemuda itu juga terkaget-kaget karena uang yang dibawanya untuk membeli makanan ternyata sudah tidak dapat digunakan. Uang itu sudah lama tidak berlaku dan sudah berganti dengan mata uang yang baru. Pemuda itu kembali ke dalam gua dan menceritakan perubahan yang sudah terjadi di sekelilingnya. Pada saat itulah, tujuh pemuda tersebut menyadari bahwa telah tidur lama sekali di dalam gua atas kuasa Allah Swt.
Masyarakat di daerah itu merasa penasaran dan keheranan melihat pemuda asing itu sehingga akhirnya mengikutinya sampai ke gua tempat tujuh pemuda tersebut tinggal selama ini. Di sana, masyarakat menemukan ketujuh pemuda dan seekor anjingnya telah wafat.
ADVERTISEMENT
Kejadian itu dilaporkan kepada Raja. Mendengar kabar ini, Raja bersyukur kepada Allah, karena telah diberi kesempatan untuk menyaksikan secara langsung keagungan Allah. Kemudian, Raja mengadakan upacara penyambutan keluarnya tujuh pemuda dari dalam gua yang telah mereka huni selama 309 tahun.

Pelajaran dari Kisah Asbabul Kahfi

Ilustrasi Kisah Ashabul Kahfi, Foto Unsplash/Liana Mikah
Berdasarkan buku Pendidikan Lingkungan dan Budaya Jakarta kls 1, Sunarto, dkk., (2007:54), kisah atau kejadian masa lalu diceritakan kembali dalam Al-Quran agar dapat dijadikan perumpamaan, pelajaran, dan keteladanan bagi orang-orang yang berpikir dan bersyukur. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam surat Yusuf ayat 111 berikut ini:
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَكِن تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
ADVERTISEMENT
Laqod kāna fi qaşaşihim 'ibratul li ulil albäbi mā kāna hadīšay yuftarā walākin taşdīqal laži baina yadaihi wa taf şila kulli syaiiw wahudaw warahmatal liqaumiy yu'minūn(a).
Artinya: "Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai perunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman." (QS. Yusuf: 111)
Allah tidak sekadar menceritakan kisah para nabi dan rasul saja di dalam Al-Qur'an, melainkan menceritakan riwayat manusia yang taat dan yang durhaka kepada Allah, seperti: kisah Siti Masithoh, Qarun, Firaun, Lukman Al-Hakim, Ashabul Kahfi, Iskandar Zulkarnain, dan riwayat tokoh lainnya. Semua kisah masa lalu itu diharapkan dapat dijadikan pelajaran dan keteladanan bagi umat manusia.
ADVERTISEMENT
Kisah Ashabul Kahfi termasuk waqi'ah, yang berarti suatu peristiwa yang benar-benar terjadi. Kisah tentang Ashabul Kahfi menggambarkan adanya pertentangan antara keimanan dengan kemusyrikan, yaitu antara pemuda Ashabul Kahfi dengan penguasa zalim.
Dari kisah tentang Ashabul Kahfi di atas dapat mempelajari kisah keteladanannya. Ada beberapa pelajaran yang patut dijadikan keteladanannya, di antaranya:
ADVERTISEMENT
Demikianlah kisah Ashabul Kahfi yang dapat dijadikan sebagai pelajaran dalam menjalani kehidupan di dunia. (Adm)