Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.0
Konten dari Pengguna
Mengenal Pakaian Adat Banten dan Berbagai Keunikannya
10 Januari 2022 18:07 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Banten memisahkan diri dari Provinsi Jawa Barat pada tahun 2000. Terletak di wilayah yang sangat berdekatan dengan DKI Jakarta, Provinsi Banten memiliki kekayaan budaya yang sangat melimpah.
Banyak kebudayaan masyarakat Banten yang sangat mirip dengan kebudayaan daerah-daerah lain. Sebab, banyaknya masyarakat pendatang yang berasal dari daerah luar provinsi.
Para pendatang memasuki wilayah provinsi Banten melalui jalur laut dan mulai membumikan kebudayaan dari daerah masing-masing. Salah satu kebudayaan Provinsi Banten yang mirip atau terpengaruh dengan kebudayaan daerah lain adalah dalam hal baju adat .
Berbagai Macam Pakaian Adat Banten
Lantas, apa saja jenis-jenis pakaian adat Provinsi Banten? Menghimpun dalam buku milik R. Toto Sugiarto dengan judul Ensiklopedi Seni dan Budaya 3: Pakaian Nusantara, berikut masing-masing penjelasannya.
1. Pakaian Adat Pengantin
ADVERTISEMENT
Sesuai dengan namanya, pakaian adat Pengantin hanya digunakan para mempelai ketika acara resepsi pernikahan. Dari motif dan desainnya, pakaian ini sebetulnya sangat mirip dengan pakaian pengantin adat Sunda.
Perlengkapan dan aksesoris yang harus ada pada pakaian adat pengantin pria, yaitu:
Sementara itu, pakaian adat Banten untuk wanita terdiri dari:
2. Pakaian Adat Pangsi
ADVERTISEMENT
Baju Pangsi dikenakan oleh masyarakat Banten dalam kesehariannya. Baju ini dipadukan dengan celana komprang. Selain itu, pakaian ini kerap dipakai dalam latihan silat tradisional atau debus yang kerap digelar masyarakat Banten.
Pangsi merupakan singkatan dari Pangeusi “Numpang ka Sisi”, yakni pakaian penutup badan yang cara pemakaiannya dibelitkan dengan cara menumpang, seperti menggunakan sarung. Pangsi terdiri dari tiga susunan, yaitu Nangtung, Tangtung, dan Samping.
3. Pakaian Adat Baduy
Suku Baduy sering dianggap sebagai suku asli masyarakat Banten. Suku ini memegang erat hukum adat dan menutup diri dari masyarakat luar dan kemajuan teknologi yang semakin pesat.
Kendati begitu, dari sisi penerimaannya terhadap masyarakat luar, suku Baduy dibagi menjadi dua, yaitu suku Baduy Dalam dan Baduy Luar.
ADVERTISEMENT
Baduy Dalam sama sekali tidak mau berinteraksi dengan masyarakat luar, sedangkan suku Baduy Luar masih mau berinteraksi dengan batasan-batasan tertentu. Dalam hal pakaian adat pun, kedua jenis suku Baduy tersebut memiliki perbedaan yang mencolok.
Baju tersebut hanya memiliki lubang di bagian lengan. Baju ini juga tidak dilengkapi dengan kancing atau saku dan hanya dijahit dengan tangan. Sebagai bawahannya, orang Baduy Dalam mengenakan sarung warna hitam atau biru tua yang dililit di pinggang.
Penggunaan warna putih pada pakaian adat ini memiliki makna bahwa mereka masih suci dan belum dipengaruhi budaya luar yang cenderung merusak moral.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Baduy Luar lebih sering mengenakan pakaian adat berwarna hitam. Oleh sebab itu, baju ini diberi nama baju kampret (baju kelelawar). Desain baju adatnya cenderung lebih dinamis serta telah disematkan kancing dan kantong.
Ciri khas lainnya, yaitu adanya ikat kepala berwarna biru tua bercorak batik. Untuk pakaian kaum wanita, suku Baduy Dalam dan Baduy Luar tidak terlalu memiliki perbedaan mencolok.
Corak kainnya hampir sama, sedangkan selendangnya berwarna putih, biru, dan dipadukan dengan warna merah.
(VIO)