Konten dari Pengguna

Niat Qadha Puasa Ramadan di Hari Kamis

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
12 Oktober 2024 15:40 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Niat Qadha Puasa Ramadan di Hari Kamis, Unsplash/Abdullah Arif
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Niat Qadha Puasa Ramadan di Hari Kamis, Unsplash/Abdullah Arif
ADVERTISEMENT
Dalam Islam, niat qadha puasa Ramadan di hari Kamis dapat dilakukan pada hari-hari tertentu di luar bulan Ramadan dan salah satu hari yang sering dipilih adalah hari Kamis.
ADVERTISEMENT
Hari Kamis dianggap memiliki keutamaan tersendiri dalam ajaran Islam.
Mengutip buku Tata Cara dan Tuntunan Segala Jenis Puasa, Nur Solikhin, (2015:109), puasa qadha adalah puasa untuk menggantikan puasa yang tidak bisa dilaksanakan di bulan Ramadan karena beberapa alasan.

Niat Qadha Puasa Ramadan di Hari Kamis yang Lengkap

Ilustrasi Niat Qadha Puasa Ramadan di Hari Kamis, Unsplash/Abdullah Arif
Mengutip buku Tata Cara dan Tuntunan Segala Jenis Puasa, Nur Solikhin, (2015:118), berikut adalah lafaz niat qadha puasa Ramadan di hari Kamis: نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ رَمَضَانَ لِلَّهِ تَعَالَى.
Artinya: “Saya niat berpuasa esok hari sebagai ganti fardhu Ramadan karena Allah Ta'ala.”
Lafaz niat ini dapat dilafalkan di malam hari sebelum melaksanakan puasa. Jika seseorang melafalkan niat qadha untuk hari Kamis, maka puasanya dihitung sebagai puasa qadha Ramadan.
ADVERTISEMENT
Sebelum melaksanakan puasa, baik itu puasa wajib maupun puasa sunah, seseorang harus melafalkan niat terlebih dahulu.
Niat ini tidak perlu diucapkan dengan keras tetapi cukup dalam hati saja. Niat merupakan salah satu rukun puasa sehingga jika seseorang tidak berniat sebelum fajar, puasanya tidak sah.

Hukum dan Tata Cara Qadha Puasa Ramadan

Ilustrasi Niat Qadha Puasa Ramadan di Hari Kamis, Unsplash/ibrahim abdullah
Hukum melaksanakan qadha puasa Ramadan adalah wajib bagi yang meninggalkan puasa di bulan Ramadan dengan alasan syar’i, seperti: sakit, bepergian atau karena haid bagi perempuan.
Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an: فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
Artinya: "Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu." (QS. Al-Baqarah: 185).
ADVERTISEMENT
Dalam ayat ini, Allah memberikan keringanan bagi orang yang tidak dapat menjalankan puasa di bulan Ramadan untuk menggantinya di hari-hari lain setelah bulan Ramadan.
Qadha puasa ini dapat dilakukan kapan saja, kecuali pada hari-hari yang diharamkan untuk berpuasa, seperti pada hari raya Idul Fitri, Idul Adha, dan hari-hari Tasyrik.
Dikutip dari buku Tata Cara dan Tuntunan Segala Jenis Puasa, Nur Solikhin, (2015:113), puasa qadha harus dijalankan jika ada hal-hal sebagai berikut:

Keutamaan Hari Kamis dalam Islam

Ilustrasi Niat Qadha Puasa Ramadan di Hari Kamis, Unsplash/mostafa meraji
Hari Kamis merupakan salah satu hari yang dianjurkan untuk berpuasa sunah dalam Islam. Rasulullah saw sangat menganjurkan umatnya untuk memperbanyak amalan sunah di hari Kamis.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa hadis yang menjelaskan keutamaan hari Kamis, di antaranya adalah: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "تعرض الأعمال يوم الاثنين والخميس فأحب أن يعرض عملي وأنا صائم
Artinya: “Rasulullah saw bersabda: ‘Amal-amal manusia diperlihatkan kepada Allah pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka ketika amalku diperlihatkan dalam keadaan aku sedang berpuasa.’” (HR. Tirmidzi).
Hadis ini menunjukkan bahwa puasa pada hari Kamis merupakan amalan yang memiliki nilai tersendiri di sisi Allah Swt.
Oleh karena itu, jika seseorang memilih hari Kamis untuk melaksanakan puasa qadha, dia tidak hanya mendapatkan pahala dari melunasi kewajiban qadha tetapi juga pahala dari menjalankan sunah puasa pada hari Kamis.

Waktu yang Diperbolehkan untuk Melaksanakan Qadha

Ilustrasi Niat Qadha Puasa Ramadan di Hari Kamis, Unsplash/Saj Shafique
Meski tidak ada waktu khusus yang ditetapkan untuk melaksanakan qadha puasa, para ulama menganjurkan agar qadha puasa segera dilakukan setelah bulan Ramadan selesai agar tidak menunda-nunda kewajiban.
ADVERTISEMENT
Namun, qadha puasa masih sah dilakukan kapan saja sebelum datangnya bulan Ramadan berikutnya.
Jika seseorang ingin menggabungkan puasa qadha dengan puasa sunah, misalnya puasa sunah Senin-Kamis, hal ini juga diperbolehkan, meski niat utama tetaplah untuk melaksanakan qadha puasa.
Dalam hal ini, seseorang dapat mendapatkan dua pahala sekaligus, yakni: pahala qadha puasa Ramadan dan pahala puasa sunah Kamis.

Panduan Praktis Qadha Puasa

Ilustrasi Niat Qadha Puasa Ramadan di Hari Kamis, Unsplash/Levi Meir Clancy
Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan qadha puasa.

1. Niat

Niat puasa qadha harus dilakukan di malam hari sebelum fajar, dan niatnya harus jelas bahwa puasa yang akan dilakukan adalah untuk mengganti puasa Ramadan yang terlewat.

2. Waktu Pelaksanaan

Qadha puasa dapat dilakukan kapan saja setelah bulan Ramadan hingga sebelum bulan Ramadan berikutnya, kecuali pada hari-hari yang diharamkan untuk berpuasa.
ADVERTISEMENT

3. Berpuasa pada Hari Kamis

Jika qadha puasa dilaksanakan pada hari Kamis, maka seseorang dapat memperoleh tambahan pahala karena melaksanakan puasa pada hari yang dianjurkan dalam Islam.

4. Menggabungkan dengan Puasa Sunah

Termasuk niat qadha puasa Ramadan di hari Kamis, diperbolehkan untuk menggabungkan niat puasa qadha dengan puasa sunah, misalnya puasa Senin-Kamis, tetapi niat utama tetap harus untuk melaksanakan qadha.

Keutamaan Bersegera dalam Qadha Puasa

Ilustrasi Niat Qadha Puasa Ramadan di Hari Kamis, Unsplash/Rachid Oucharia
Disunahkan untuk segera meng-qadha puasa Ramadan setelah bulan Ramadan berakhir. Hal ini didasarkan pada prinsip umum dalam Islam yang menganjurkan untuk segera menunaikan kewajiban agar tidak ada lagi beban yang tertinggal.
Imam Nawawi menyatakan dalam kitabnya Al-Majmu’ bahwa menunda-nunda qadha puasa tanpa uzur adalah makruh, meski tidak sampai pada derajat haram.
Jika seseorang menunda qadha puasanya hingga mendekati Ramadan berikutnya, maka dia diwajibkan untuk menyelesaikan qadha-nya sebelum Ramadan tiba.
ADVERTISEMENT
Apabila dia tidak sempat melakukannya hingga datangnya Ramadan berikutnya, maka selain harus meng-qadha, dia juga diwajibkan membayar fidiah sebagai denda menurut sebagian ulama.

Keutamaan Menggabungkan Niat Qadha dengan Puasa Sunah

Ilustrasi Niat Qadha Puasa Ramadan di Hari Kamis, Unsplash/GR Stocks
Menggabungkan niat qadha puasa Ramadan dengan puasa sunah, seperti puasa hari Kamis, adalah praktik yang dibolehkan dalam Islam.
Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa ketika seseorang melaksanakan satu jenis ibadah yang wajib (qadha puasa) dan pada saat yang sama menggabungkannya dengan niat ibadah sunah, dia dapat mendapatkan dua pahala sekaligus.
Meski demikian, niat utama yang harus dihadirkan adalah niat qadha puasa, karena qadha merupakan kewajiban yang harus ditunaikan terlebih dahulu.
Misalnya, seseorang yang ingin meng-qadha puasa Ramadan pada hari Kamis dapat memiliki niat utama untuk melaksanakan qadha tetapi dia juga dapat mengharapkan pahala tambahan dari puasa sunah hari Kamis.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini, seseorang mendapatkan dua pahala, yaitu pahala mengganti puasa wajib dan pahala puasa sunah di hari Kamis.
Beberapa ulama membahas masalah ini dalam kitab-kitab fikih dan mayoritas membolehkan penggabungan niat tersebut.
Namun penting diingat bahwa keutamaan puasa sunah hari Kamis tidak boleh menjadi alasan untuk menunda qadha puasa hingga hari Kamis berikutnya.
Apabila seseorang sudah mampu dan memiliki kesempatan untuk berpuasa, lebih baik segera melaksanakan qadha tanpa harus menunggu hari-hari tertentu.
Hal ini sesuai dengan prinsip Islam yang menganjurkan segera menyelesaikan kewajiban.

Hukum Menunda Qadha Puasa hingga Ramadan Berikutnya

Ilustrasi Niat Qadha Puasa Ramadan di Hari Kamis, Unsplash/Masjid MABA
Menunda qadha puasa Ramadan hingga mendekati bulan Ramadan berikutnya tanpa uzur yang jelas adalah makruh, bahkan dapat berdosa jika dilakukan tanpa alasan yang sah.
ADVERTISEMENT
Sebagian ulama berpendapat jika seseorang menunda qadha puasanya hingga Ramadan berikutnya tiba, maka dia diwajibkan untuk tidak hanya melaksanakan qadha, tetapi juga membayar fidiah sebagai denda karena kelalaiannya.
Fidiah ini berupa pemberian makanan kepada fakir miskin. Pendapat ini didasarkan pada riwayat dari sahabat Nabi, seperti Ibnu Abbas, yang menyatakan bahwa orang yang tidak meng-qadha puasa hingga datang Ramadan berikutnya harus meng-qadha puasanya dan membayar fidiah.
Fidiah ini adalah tambahan denda untuk menebus keterlambatan dalam melaksanakan kewajiban.
Namun jika seseorang memiliki uzur syar’i yang terus berlanjut, seperti sakit yang tidak kunjung sembuh atau uzur lainnya, maka dia tidak diwajibkan untuk membayar fidiah dan hanya diwajibkan meng-qadha puasanya ketika sudah mampu.
ADVERTISEMENT
Dalam situasi ini, kelalaian tidak dianggap sebagai pelanggaran karena ada alasan yang sah.

Tata Cara Membayar Fidiah bagi yang Menunda Qadha

Ilustrasi Niat Qadha Puasa Ramadan di Hari Kamis, Unsplash/Masjid MABA
Jika seseorang terpaksa menunda qadha puasa Ramadan hingga datangnya Ramadan berikutnya tanpa uzur, maka dia wajib membayar fidiah.
Fidiah adalah memberi makan kepada fakir miskin sebagai bentuk denda atas kelalaian tersebut.
Jumlah fidiah yang harus dibayarkan adalah satu mud (kurang lebih setara dengan 600 gram beras atau makanan pokok) untuk setiap hari puasa yang tertunda. Berikut adalah tata cara membayar fidiah.

1. Jumlah Fidiah

ADVERTISEMENT
Fidiah diberikan satu kali untuk setiap hari puasa yang tertunda. Misalnya, jika seseorang menunda qadha selama lima hari, maka dia harus membayar fidiah sebanyak lima kali (setara dengan 5 mud makanan).
ADVERTISEMENT

2. Pemberian Fidiah

Fidiah harus diberikan kepada fakir miskin. Cara pemberiannya dapat dengan menyerahkan langsung makanan pokok, seperti beras, atau dengan menyajikan makanan siap santap.
Jika seseorang kesulitan memberikan makanan secara langsung, dapat disalurkan melalui lembaga amal yang dapat dipercaya.

3. Niat Membayar Fidiah

Ketika membayar fidiah, seseorang harus berniat untuk membayar fidiah sebagai pengganti dari keterlambatan qadha puasa Ramadan. Niat ini harus hadir di dalam hati sebagai bentuk penebusan dari kelalaian.

4. Waktu Pembayaran

Fidiah harus dibayarkan segera setelah qadha puasa tidak terlaksana hingga Ramadan berikutnya tiba. Tidak boleh menunda-nunda pembayaran fidiah karena kewajiban tersebut berkaitan langsung dengan ibadah yang ditunda.
Puasa qadha Ramadan adalah kewajiban bagi yang meninggalkan puasa di bulan Ramadan dengan alasan syar’i.
Dengan niat qadha puasa Ramadan di hari Kamis yang benar dan dilaksanakan sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan, qadha puasa Ramadan akan menjadi ibadah yang mendatangkan banyak pahala dan keberkahan dari Allah Swt. (mey)
ADVERTISEMENT