Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Penelitian Alfred Russel Wallace untuk Indonesia dalam Keanekaragaman Hayati
26 November 2021 18:42 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Penelitian Alfred Russel Wallace di penjuru dunia, tepatnya di lembah Sungai Amazon dan kemudian di Kepulauan Melayu (Nusantara), termasuk Celebes (Sulawesi) membawakan pemikiran terkait pembagian flora dan fauna.
ADVERTISEMENT
Lebih lengkap mengutip dari buku Sejarah Nasional Indonesia Edisi Revisi 2013 karya Edi Hernadi, Alfred adalah sosok yang membagi Indonesia dalam dua wilayah yang berbeda berdasarkan ciri khusus baik fauna maupun floranya.
Pembagian itu adalah paparan Sahul di sebelah timur dan juga paparan Sunda di sebelah barat. Zona di antara paparan tersebut kemudian dikenal sebagai wilayah Wallacea yang merupakan pembatas fauna yang membentang dari Selat Lombok hingga Selat Makassar ke arah utara.
Fauna-fauna yang berada di sebelah barat garis pembatas itu disebut dengan Indo-Malayan Region, sedangkan di sebelah timur disebut dengan Australia Malayan Region. Garis tersebutlah yang kemudian dikenal dengan Garis Wallacea.
Selain itu, garis wallace juga dideskripsikan sebagai zona dengan persilangan flora dan fauna yang unik antara Asia serta Australia.
ADVERTISEMENT
Zona tersebut terdiri dari Sulawesi, Kepulauan Marketing bagian Utara, dan Kepulauan Nusa Tenggara bagian selatan. Hingga sekarang, zona-zona yang disebutkan di atas merupakan zona yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya di dunia.
Biografi Alfred Russel Wallace
Mengutip dari laman resmi Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Daerah Istimewa Yogyakarta, Alfred Russel Wallace merupakan seorang ilmuwan yang berjasa dalam bidang keanekaragaman hayati.
Alfred lahir pada tahun 1823 di Monmouthshire, Wales, Britania Raya. Ia dikenal sebagai sosok naturalis, penjajah, ahli geografis, antropolog, dan juga ahli persebaran hewan di Britania Raya.
Semasa hidupnya, Alfred telah menulis buku berjudul "The Malay Archipelago" atau "Kepulauan Nusantara" di tahun 1869. Buku tersebut merupakan hasil dari perjalanannya menjelajahi Kepulauan Nusantara.
ADVERTISEMENT
Dari perjalanannya tersebut, Alfred berhasil mengumpulkan kurang lebih 125.660 spesies fauna. Salah satu spesimen fauna dari Indonesia yang dikumpulkan oleh Alfred sekarang masih dapat dilihat di University Museum of Zoology di Universitas Cambridge, yaitu satu set spesimen berisi 80 kerangka burung.
Tidak hanya sampai di situ, Alfred juga memberikan deskripsi dari katak pohon yang dapat terbang meluncur atau Rachoporus nigropalmatus.
Karena deskripsi tersebut dibuat oleh Alfred, katak pohon itu juga sering disebut dengan katak terbang Wallace.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pengamatan Alfred terhadap spesies fauna Nusantara yang kemudian membuahkan teori terkenal dan masih diakui hingga saat ini, yakni garis wallace dan efek wallace.
Lebih lanjut, garis wallace adalah sebuah garis hipotesis yang memisahkan wilayah geografi hewan antara Asia dan Australasia.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, efek wallace adalah suatu hipotesis tentang bagaimana seleksi alam dapat memberikan kontribusi pada spesiasi dengan mendorong terciptanya penghalang terhadap hibridisasi.
Kontribusi Alfred dalam menyumbangkan pengetahuan keanekaragaman hayati di Indonesia dan persebarannya membuat rakyat Indonesia tidak bisa melupakan jasa-jasanya.
(JA)