Konten dari Pengguna

Peran Serta Indonesia dalam Gerakan Non-Blok

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
9 Desember 2021 14:29 WIB
·
waktu baca 5 menit
clock
Diperbarui 31 Maret 2022 20:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi peran Indonesia dalam GNB. Foto: Unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi peran Indonesia dalam GNB. Foto: Unsplash.com
ADVERTISEMENT
Apa peran Indonesia dalam GNB? Sebagai negara yang menjalankan politik luar negeri bebas-aktif, kontribusi tersebut tergolong penting. Mengingat Indonesia merupakan salah satu negara yang memelopori gerakan ini.
ADVERTISEMENT
Salah satu keikutsertaan Indonesia dalam ranah politik luar negeri terwujud dalam Gerakan Non-Blok. Lantas, apa yang dimaksud dengan Gerakan Non-Blok? Lalu bagaimana sejarah gerakan non-blok dan apa saja peran Indonesia dalam GNB? Sebelum itu, simak latar belakang berdirinya GNB dan informasi lainnya di bawah ini terlebih dahulu.

Latar Belakang Berdirinya GNB

Mengutip dari buku 99% Sukses Menghadapi Ulangan Harian SD/MI Kelas 6 yang disusun oleh Tim Guru Eduka, Gerakan Non-Blok dibentuk karena dunia terbagi menjadi dua blok, yaitu blok barat yang menganut paham liberal dan blok timur yang berpaham komunis.
Pra-GNB terbentuk, ide tersebut sudah ada lima tahun sebelumnya. Saat itu, Presiden Soekarno mengadakan pertemuan dan mengundang para pemimpin negara-negara di Asia dan Afrika yang baru merdeka ke Bandung, Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Pertemuan tersebut melahirkan sebuah gagasan yang disebut dasasila. Ide ini kemudian menjadi cikal bakal lahirnya ide GNB. Pertemuan ini dikenal sebagai Konferensi Asia-Afrika (KAA).
Gerakan ini diprakarsai oleh lima tokoh dari tiap-tiap negara, yakni Ir. Soekarno (Presiden Indonesia), Pandit Jawaharlal Nehru (Perdana Menteri India), Gamal Abdel Nasser (Presiden Mesir), Josep Broz Tito (Presiden Yugoslavia), dan Kwame Nkrumah (Presiden Ghana).
Adapun blok barat dipimpin oleh Amerika Serikat, sementara blok timur dipimpin oleh Uni Soviet. Gerakan Non-Blok memiliki lima prinsip, di antaranya:
Ilustrasi Gerakan Non-Blok Foto: Unsplash.com

Tujuan Gerakan Non Blok

Gerakan Non-Blok bermula dari Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika pada 1955. Menurut sumber yang sama di atas, tujuan Gerakan Non-Blok antara lain sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Gerakan ini sempat kehilangan kredibilitasnya pada akhir 1960-an karena terpecahnya negara anggota yang memutuskan untuk bergabung bersama blok lain. Gerakan Non-Blok sepenuhnya terpecah pada akhir 1979, ketika terjadi invasi Soviet terhadap Afganistan.
Kemudian, berdasarkan Tim Presiden Eduka dalam buku Best Score Tes CPNS 2021, tujuan Gerakan Non-Blok selengkapnya adalah sebagai berikut:
Ilustrasi bendera-bendera negara di dunia. Foto: Unsplash.com

Peran Indonesia dalam Gerakan Non Blok

Lalu, bagaimana peran Indonesia dalam GNB? Dalam buku Explore Sejarah Indonesia Jilid 3 untuk SMA/MA Kelas XII oleh Abdurrakhman dan Arif Pradono, peran Indonesia dalam GNB antara lain sebagai berikut:
ADVERTISEMENT

Peran Lain Indonesia dalam Menciptakan Perdamaian Dunia

Ilustrasi keterlibatan Indonesia dalam mewujudkan perdamaian dunia. Sumber foto: Unsplash
Selain peran Indonesia dalam GNB, ada juga kontribusi lainnya. Mengutip dari buku berjudul Indonesia dan Perdamaian Dunia karya Doharni Julianti Hutauruk dkk., berikut berbagai peran Indonesia dalam menciptakan perdamaian dunia.
ADVERTISEMENT
1. Konferensi Asia-Afrika
Indonesia berkontribusi pada Konferensi Asia-Afrika. Dalam hal ini, Indonesia menjadi salah satu pionir terselenggaranya Konferensi Asia-Afrika.
Tujuan diadakannya konferensi ini adalah untuk mempersatukan negara-negara Asia-Afrika yang saat itu baru saja merdeka. Selain itu, Konferensi Asia Afrika juga dapat meningkatkan kerja sama antar-negara dan menentang segala bentuk penjajahan.
Konferensi ini dipromotori oleh Menteri Luar Negeri RI saat itu, yaitu Ali Sastromidjojo dan empat tokoh lainnya. Di antaranya dari India, Pakistan, Bangladesh, dan Myanmar yang kemudian disusul 24 negara Asia-Afrika lainnya.
2. Kontingen Garuda
Kontingen Garuda adalah pasukan perdamaian yang anggotanya adalah militer Indonesia. Mereka bertugas di bawah pimpinan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Kontingen Garuda melaksanakan misi pertamanya pada 1957. Hingga saat ini kontingen ini masih aktif menjalankan berbagai misi perdamaian.
ADVERTISEMENT
Adapun negara-negara yang telah menjadi tujuan dalam misi Kontingen Garuda, antara lain negara-negara di Timur Tengah seperti Mesir, Lebanon, Palestina, dan Irak. Kemudian, ada juga negara di Asean seperti Filipina, Kamboja, dan Vietnam, serta negara-negara Eropa Timur seperti Georgia dan Bosnia.
3. Sengketa Laut Cina Selatan
Laut Cina Selatan merupakan kawasan strategis yang berbatasan dengan Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Republik Rakyat Tiongkok.
Terdapat beberapa bagian laut yang mengalami tumpang tindih yurisdiksi antar-negara claimant, sehingga membuat potensi konflik tinggi. Istilah claimant states mengacu pada negara yang mengklaim kepemilikan atas suatu pulau atau beberapa pulau.
Melalui Declaration of Conduct (DOC), Indonesia memiliki peran besar dalam menciptakan perdamaian di Laut Cina Selatan. Pada akhirnya, Indonesia menginginkan negara-negara yang terlibat untuk merumuskan Code of Conduct yang berisi kesepakatan bersama dan mengatur apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di wilayah yang disengketakan.
ADVERTISEMENT
4. Membentuk ASEAN
Indonesia dan Malaysia sempat mengalami konflik, tetapi pada akhirnya berdamai. Kedua negara ini bersama negara lain di kawasan Asia Tenggara, seperti Singapura, Thailand, dan Filipina, merasa perlu untuk menciptakan perdamaian antar-negara di kawasan Asia Tenggara.
Akhirnya pada 1967 ASEAN terbentuk. Tujuan pendiriannya adalah untuk memperkuat hubungan politik, sosial, ekonomi dan keamanan di Asia Tenggara.
(ANM & AMP)