Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Perbedaan Sistem Kekerabatan Matrilineal dan Patrilineal di Indonesia
3 Januari 2022 11:49 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sebelum membahas mengenai sistem kekerabatan matrilineal dan patrilineal, kamu perlu mengenal terlebih dahulu tentang sistem kekerabatan.
Mengenal Sistem Kekerabatan
Berdasarkan jurnal Sistem Kekerabatan Masyarakat Lampung Pepadun Berdasarkan Garis Bertalian Darah yang ditulis oleh Windo Dicky Irawan, sistem kekerabatan adalah hubungan yang berasal dari seorang ayah dengan anak dan seorang ibu dengan anak.
Menurut Chony dalam jurnal tersebut, sistem kekerabatan tercipta bukan hanya karena ada ikatan perkawinan atau hubungan keluarga. Melainkan karena adanya hubungan darah yang terjalin.
Istilah kekerabatan timbul karena adanya keperluan untuk menyatakan kedudukan diri seseorang secara komunikatif dalam suatu keluarga. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, dan nenek .
Dalam adat istiadat, sistem kekerabatan ini digunakan untuk mewariskan kebudayaan keluarga. Misalnya, bahasa daerah yang digunakan oleh orang tua dalam keluarga akan diwariskan kepada anak.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, sistem kekerabatan dalam struktur sosial masyarakat ini perlu dilestarikan untuk meneruskan adat istiadat ke berbagai generasi.
Jenis-jenis Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan sendiri memiliki berbagai jenis, seperti sistem kekerabatan matrilineal dan patrilineal. Berikut ini penjelasan mengenai jenis-jenis sistem kekerabatan, menurut buku Pengantar Antropologi oleh Gunsu Nurmansyah, dkk.
1. Sistem kekerabatan parental (bilateral)
Sistem kekerabatan ini terjadi berdasarkan garis keturunan ayah dan ibu. Contoh daerah yang menganut sistem kekerabatan parental ini adalah Jawa, Madura, Bugis, Sunda , dan Makassar.
Dengan sistem kekerabatan ini, seorang anak akan menghubungkan diri dengan garis keturunan kedua orang tuanya (bilateral). Dalam sistem kekerabatan parental berlaku peraturan tentang perkawinan, kewajiban memberi nafkah, penghormatan, dan pewarisan dari orang tua ke anak.
ADVERTISEMENT
Seorang anak dalam sistem kekerabatan ini hanya bisa memperoleh pertalian keluarga dengan jalan perkawinan (semenda).
2. Sistem kekerabatan patrilineal
Sistem kekerabatan ini terjalin dengan menarik garis keturunan dari pihak ayah saja. Contoh daerah yang menganuts sistem kekerabatan patrilineal adalah Batak, Bali, Ambon , Asmat, dan Dani.
Garis keturunan ayah akan terjalin berdasarkan keturunan anak laki-laki di keluarga. Anak juga menghubungkan diri dengan kerabatan ayah berdasarkan garis keturunan laki-lakinya dalam sistem patrilineal.
Menurut sistem ini, anak laki-laki dalam garis keturunan ayah akan dinilai punya kedudukan lebih tinggi dan akan mendapatkan hak-hak yang lebih banyak dibandingkan anak perempuan.
3. Sistem kekerabatan matrilineal
Sistem kekerabatan matrilineal terhubung melalui garis keturunan dari sang ibu saja. Contoh daerah yang memakai sistem kekerabatan ini adalah Minangkabau dan suku Semando, di Sumatra Selatan.
ADVERTISEMENT
Garis keturunan ibu akan terjalin berdasarkan keturunan anak perempuan. Anak juga akan menghubungkan diri dengan kerabat ibu berdasarkan garis keturunan perempuan secara satu pihak (unilateral).
Dalam masyarakat yang menganut sistem kekerabatan matrilineal, keturunan garis ibu dipandang sangat penting. Dengan begitu, akan terjalin hubungan antarkeluarga di lingkungan masyarakat yang berdasarkan garis keturunan ibu.
Sistem kekerabatan matrilineal juga akan berdampak pada pembagian warisan. Seorang anak perempuan dalam garis keturunan ibu akan mendapatkan warisan lebih banyak dibandingkan anak laki-laki dari garis keturunan ayah.
(FNS)