Konten dari Pengguna

Puasa Asyura 2024: Jadwal, Hukum, hingga Keutamaannya

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
15 Juli 2024 14:03 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi puasa Asyura 2024. Foto: Unsplash/Masjid Pogung Dalangan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi puasa Asyura 2024. Foto: Unsplash/Masjid Pogung Dalangan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Terdapat perbedaan jadwal puasa Asyura 2024 antara Muhammadiyah dan NU. Hal tersebut karena penetapan 1 Muharram yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Puasa Asyura adalah salah satu puasa sunnah di bulan Muharram. Puasa ini memiliki sederet keutamaan bagi barang siapa yang mengerjakannya.
Artikel ini berisi informasi puasa Asyura 2024, mulai dari jadwal, hukum, sejarah, tata cara, dan keutamaannya. Simak penjelasan berikut!

Kapan Puasa Asyura 2024?

Ilustrasi puasa Asyura 2024. Foto: pexels
Mengutip laman MUI, terdapat perbedaan penetapan 1 Muharram 1446 Hijriah antara Nahdlatul Ulama (NU) dengan Muhammadiyah dan pemerintah. NU menetapkan 1 Muharram pada Senin, 8 Juli 2024, sementara pemerintah sama dengan Muhammadiyah, yakni pada Minggu, 7 Juli 2024, menggunakan penanggalan nasional.
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui kapan puasa Asyura 2024. Puasa Asyura adalah puasa sunnah yang dilaksanakan pada 10 Muharram, sehingga puasa ini jatuh pada 17 Juli 2024 apabila merujuk penetapan 1 Muharram NU.
ADVERTISEMENT
Sementara, apabila merujuk penetapan 1 Muharram Muhammadiyah dan pemerintah, puasa Asyura jatuh pada 16 Juli 2024. Selain puasa Asyura, ada beberapa puasa sunnah lainnya yang dilaksanakan pada bulan Muharram. Berikut uraiannya:

Hukum Puasa Asyura

Ilustrasi puasa Asyura. Foto: Unsplash/Rauf Alvi
Mengutip laman NU Online, puasa Asyura pada mulanya wajib sebelum puasa Ramadan diwajibkan pada tahun ke-2 Hijriah. Setelah puasa Ramadan diwajibkan, puasa Asyura hukumnya menjadi sunnah muakkad atau sangat dianjurkan.
Namun, beberapa ulama berpendapat bahwa puasa Asyura memang dahulu hukumnya sunnah muakkad dan setelah puasa Ramadan diwajibkan hukum puasa tersebut menjadi sunnah biasa.
ADVERTISEMENT
Perintah berpuasa Asyura dijelaskan dalam riwayat Imam Al-Bukhari dan Muslim berikut:
Sayyidah Aisyah ra berkata: "Dulu kaum Quraisy berpuasa Asyura pada masa jahiliah. Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan berpuasa Asyura pula, hingga diwajibkan puasa Ramadhan. Maka Rasulullah SAW bersabda, 'Barang siapa yang berkehendak (ingin berpuasa), maka silakan berpuasa. Dan barang siapa yang berkehendak (tak ingin berpuasa), maka tidak berpuasa.'"

Sejarah Puasa Asyura

Ilustrasi puasa Asyura. Foto: Pexels/Michael Burrows
Menyadur situs NU Online, setelah Nabi Muhammad SAW hijrah dari Makkah ke Madinah, Nabi mendapati kaum Yahudi melaksanakan puasa Asyura, kemudian beliau memerintah para sahabat untuk ikut berpuasa. Hal tersebut dijelaskan dalam hadis berikut:
Dari sahabat Abdullah bin Abbas radliyallahu 'anh beliau berkata: "Tatkala Nabi Muhammad SAW datang ke kota Madinah, beliau mendapati kaum Yahudi sedang berpuasa di hari Asyura, lantas beliau bersabda kepada mereka, 'Hari apa yang kalian sedang berpuasa ini?' Mereka menjawab, 'Hari ini adalah hari yang agung. Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya pada hari ini dan menenggelamkan Fir'aun beserta pasukannya. Maka Musa berpuasa pada hari ini sebagai rasa syukur dan kami turut berpuasa.’ Maka Rasulullah SAW bersabda, 'Maka kami dengan Musa lebih berhak dan lebih utama daripada kalian.' Maka Rasulullah SAW berpuasa dan memerintahkan berpuasa." (HR Bukhari dan Muslim)
ADVERTISEMENT
Selain itu, konon kaum Quraisy juga berpuasa pada hari Asyura sebagai dijelaskan dalam riwayat Bukhari dan Muslim berikut:
Sayyidah Aisyah radliyallahu 'anha berkata: "Dulu kaum Quraisy berpuasa Asyura pada masa jahiliah. Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan berpuasa Asyura pula, hingga diwajibkan puasa Ramadhan. Maka Rasulullah SAW bersabda, 'Barang siapa yang berkehendak (ingin berpuasa), maka silakan berpuasa. Dan barang siapa yang berkehendak (tak ingin berpuasa), maka tidak berpuasa.'"
Selain puasa Asyura, puasa sunnah lainnya di bulan Muharram yang dianjurkan adalah puasa Tasua. Puasa ini juga berguna untuk membedakan antara ritual ibadah kaum Islam dan Yahudi.
Diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dari sahabat Ibnu Abbas radliyallahu 'anh, marfu' (disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW) berkata, "Puasalah pada hari Asyura dan bedakanlah diri kalian dengan kaum Yahudi. Puasalah sehari sebelumnya atau setelahnya."
ADVERTISEMENT
Dalam kitab al-Um dan al-Imla' oleh Imam Syafi'i, ditegaskan untuk melaksanakan puasa sunnah tiga hari, yakni Asyura, Tasua, dan pada hari kesebalas Muharram.

Tata Cara Puasa Asyura

Ilustrasi puasa Asyura. Foto: unsplash
Cara mengerjakan puasa Asyura sama dengan puasa lainnya, yakni disunnahkan untuk melaksanakan sahur terlebih dahulu dan wajib membaca niat puasa.
Kemudian, menahan nafsu dari terbit fajar hingga tenggelam matahari. Setelah itu, segera berbuka puasa saat adzan Maghrib.
Dikutip dari situs MUI, berikut ini niat puasa Asyura apabila dibaca sebelum terbit fajar.
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ ِعَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin 'an adaa'i sunnatil aasyuuraa lillaahi ta'aalaa.
Artinya: "Aku berniat puasa sunnah Asyura esok hari karena Allah SWT."
ADVERTISEMENT
Namun, jika niatnya dibaca pada siang hari, sebelum tergelincirnya matahari, berikut bacaannya:
نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَا سُوعَاء أو عَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma haadzal yaumi 'an adaa'i sunnatit Tasuu'aa awil aasyuuraa lillaahi ta'aalaa
Artinya: "Aku berniat puasa sunnah Tasu'a atau Asyura hari ini karena Allah SWT."

Keutamaan Puasa Asyura

Ilustrasi puasa Asyura. Foto: Shutterstock
Puasa Asyura adalah salah satu puasa yang disunnahkan pada bulan Muharram. Ada beberapa keutamaan apabila melaksanakan puasa ini. Berikut uraiannya yang dirangkum dari laman MUI dan NU Online:

1. Menghapus Dosa Satu Tahun Kemarin

Keutamaan pertama adalah menghapus dosa satu tahun kemarin. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW berikut:
وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
Artinya: "Adapun puasa pada hari Asyura, aku memohon kepada Allah agar puasa tersebut bisa menghapus dosa setahun sebelumnya." (HR Muslim)
ADVERTISEMENT
Maksud dari dosa yang diampuni setahun sebelumnya dari hadis di atas dari penjelasan Imam An-Nawawi adalah dosa kecil atau tak mendapatkan keringanan atas dosa besar atau pengangkatan derajat seorang hamba. Jadi, bukan dosa keseluruhan karena dosa besar kemungkinan hanya Allah SWT ampuni apabila hamba bertaubat nasuha.

2. Nabi Muhammad Antusias Melaksanakannya

Dalam sebuah hadis menceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW sangat antusias melaksanakan puasa Asyura. Berikut isi hadisnya:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلَّا هَذَا الْيَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ
Artinya: "Tidak pernah aku melihat Nabi SAW sengaja berpuasa pada suatu hari yang beliau istimewakan dibanding hari-hari lainnya kecuali hari 'Asyura' dan bulan ini, yaitu bulan Ramadan". (HR Bukhari)
ADVERTISEMENT

3. Puasa yang Paling Utama setelah Puasa Ramadan

Puasa Asyura termasuk puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan. Hal tersebut tercantum dalam hadis berikut:
"Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulannya Allah, Muharam." (HR Muslim)
(NSF)